Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Shelomita Angela
Dokumentasi kegiatan ADECO.(Dokumentasi pribadi)

Dalam pandangan masyarakat, stereotip terhadap penyandang tuna rungu dan bisu masih sering ditemui. Mereka masih sering dianggap tidak mampu bersosialisasi, sulit bekerja secara profesional, atau kurang mandiri. Namun, adanya paguyuban atau organisasi seperti ADECO ini, perlahan mematahkan stigma dengan menunjukkan bahwa keterbatasan fisik seseorang tidak menghalangi potensi besar yang dimiliki setiap individu.

Membangun Kesadaran dan Pemberdayaan

Salah satu paguyuban yang memecahkan stereotip adalah ADECO, khususnya wilayah Yogyakarta. Organisasi ini aktif dalam memberikan melakukan kegiatan seperti, misa bulanan, dan koperasi simpan pinjam, hingga rekreasi yang dilakukan setiap perayaan tertentu. Tidak hanya fokus pada pemberdayaan internal, mereka juga berperan penting dalam mengedukasi masyarakat luas tentang inklusi.

"Kami ingin menunjukkan bahwa organisasi tuna rungu dan bisu ini, juga memiliki potensi yang sama seperti orang lain," ujar Pak Putut sebagai Ketua ADECO wilayah Yogyakarta.

Kisah Sukses yang Menginspirasi

Banyak cerita inspiratif dari individu yang berhasil mematahkan stereotip di masyarakat. Salah satunya adalah Vinta, seorang sekretaris pada organisasi ADECO ini, kini menjadi salah satu mahasiswa di universitas swasta umum di Yogyakarta. 

Workshop ADECO DIY dengan Komunitas Gerkatin

Pada minggu kemarin, ADECO baru saja menggelar acara workshop kesehatan mental dengan tema “Bullying dan Depresi: Memahami, Menghadapi dan Mengatasi”, Rabu (20/11/24). Adanya acara ini, tentu mendobrak stereotip yang selama ini melekat pada penyandang bisu ataupun tuli.

Dalam acara workshop ini, hanya diikuti oleh peserta yang tuli. Pembicara yang mengisi pada workshop ini adalah seorang Lokakarya Kesehatan Mental Tuli, Mr. Herbert Klein. Acara ini dibatasi jumlahnya, sebanyak 40 peserta tanpa dipungut biaya dan diadakan di Museum Sonobudoyo.

Workshop yang dihadiri oleh 40 orang peserta ini juga menghadirkan sesi diskusi interaktif, di mana peserta tuli dan non-tuli dapat saling bertukar pikiran menggunakan kombinasi bahasa isyarat dan verbal yang dibantu dengan penerjemah profesional.

Edukasi untuk Publik Menghilangkan Stigma

Selain memberdayakan anggotanya, organisasi ADECO ini juga aktif dalam berkegiatan, dengan mengadakan kampanye publik. Salah satunya adalah program belajar bahasa isyarat untuk masyarakat umum. Melalui cara atau inisiatif organisasi ini, merupakan bentuk ajakan untuk masyarakat memahami cara berkomunikasi dengan penyandang tuna rungu dan bisu, sehingga terbentuk interaksi yang lebih inklusif.

Aktivasi Media Sosial

Saat ini, media sosial sudah menjadi salah satu alat ampuh dalam menjangkau target audiens yang lebih luas. Dalam postingan di instagram ADECO DIY ini, terdapat dokumentasi kegiatan rutin mereka, dan juga acara besar yang akan diadakan.  Kampanye media sosial ini menjadi salah satu pesan inklusivitas, untuk mendapat respon positif dari khalayak. 

Harapan Masa Depan

Melalui kerja keras dan konsistensi, organisasi tuna rungu dan bisu (ADECO) telah membuka jalan untuk masa depan yang lebih inklusif. Masyarakat semakin memahami bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk berkontribusi di masyarakat.

Dengan terus mendukung gerakan seperti ini, kita semua dapat membantu membangun pandangan yang lebih inklusif, di mana setiap individu dihargai atas potensinya, dan tidak dibatasi oleh stereotip.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Shelomita Angela

Baca Juga