Dewan Jamu Indonesia (DJI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali mengadakan rapat sekaligus sesi minum jamu bersama. Agenda ini berlangsung di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta pada Kamis (12/12/2024) kemarin.
Dalam pertemuan ini, Ketua Dewan Jamu Indonesia DIY, Prof. Dr. dr. Nyoman Kertia SpPD-KR mengungkapkan bahwa ada berbagai hal yang akan diperbincangkan, khususnya mengenai program-program Dewan Jamu Indonesia DIY untuk ke depannya.
“Selain itu, kami juga melaporkan program yang sudah berjalan kepada Ketua Dewan Jamu Indonesia Pusat,” ungkap Nyoman Kertia di depan awak media.
Nyoman Kertia membeberkan bahwa rapat ini begitu penting lantaran dihadiri oleh seluruh pengurus Dewan Jamu Indonesia DIY, yang juga merupakan banyak di antaranya sebagai pemegang jabatan.
Selanjutnya, Nyoman Kertia berharap agar Dewan Jamu Indonesia DIY dapat memberikan kontribusi besar. Sebab dengan konsumsi jamu oleh masyarakat, bukan hanya kesehatan yang terpelihara, tetapi juga lingkungan akan menjadi lebih hijau berkat tanaman jamu.
Selain itu, ia menyampaikan bahwa tanaman jamu bisa memberikan manfaat finansial bagi masyarakat.
“Selain itu, bisa juga meningkatkan pendapatan masyarakat, dengan lahannya ditanami bahan jamu, sehingga mereka mendapatkan penghasilan,” sambungnya.
Ketua Umum Dewan Jamu Indonesia Pusat, Mayjen (Purn) Daniel Tjen menyatakan bahwa Dewan Jamu Indonesia DIY adalah salah satu pelopor dalam mendorong jamu sebagai warisan budaya tak benda.
“Jamu tidak lagi sekedar produk tapi bagian dari lifestyle kita, budaya kita yang sudah diakui UNESCO,” tutur Daniel Tjen.
Ia menegaskan bahwa jamu bukanlah sekedar obat saja. Akan tetapi, jamu memiliki muatan etnokultural, etnobudaya, etnokologi, dan yang terpenting terdapat muatan etnomedikanya.
Di sisi lain, Aan Iswanti selaku Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta menyampaikan bahwa ia sangat mendukung kegiatan yang diadakan oleh Dewan Jamu Indonesia DIY ini.
“Kami sangat mendukung upaya-upaya tersebut, terlebih terkait jamu, nanti bisa kita sebarkan ke masyarakat sebagai upaya promotif preventif,” kata Aan Iswanti.
Baca Juga
-
Meme In This Economy dan Kenyataan Pahit Hidup di Tengah Ketimpangan
-
4 Gaya Kasual ala Yunjin LE SSERAFIM, Simpel dan Tetap Fashionable
-
Mochizuki Gagal Bawa Timnas Putri ke Piala Asia, Nasibnya di Ujung Tanduk?
-
Sinopsis dan Jadwal Tayang Drama China Rose and Gun yang Dibintangi Xuan Lu
-
Ulasan novel Embrace the Serpent: Tukang Permata yang Menjadi Ratu Magis
Artikel Terkait
-
Museum Taman Tino Sidin: Warisan Seni Maestro untuk Generasi Mendatang
-
Workshop Kesehatan Mental: Komitmen Gerkatin DIY untuk Teman Tuli
-
Mahasiswa Amikom Berdayakan Pemuda Desa Baturono Kembangkan Wisata Lokal
-
Dari Ekaristi hingga Koperasi, Aktivitas Unik Paguyuban Teman Tuli ADECO Yogyakarta
-
Inklusivitas Difabel dalam Bingkai Budaya Tuli
News
-
Lebih dari Sekadar Musik, UMKM Lokal Ramaikan Prambanan Jazz Festival 2025
-
5 Potret Kenangan Ira Wibowo di Lokasi Jatuhnya Juliana Marins di Gunung Rinjani
-
Tanpa Ahmad Dhani, Ketua AKSI dan VISI Akhirnya Bertemu, Bahas Apa?
-
Rumah DAS Menjaga Eksistensi Seniman Melalui Pameran BOX TO BOX
-
Gemakan #SuaraParaJuara Versimu! Ikuti Kompetisi Menulis AXIS Nation Cup 2025, Menangkan Hadiahnya!
Terkini
-
Meme In This Economy dan Kenyataan Pahit Hidup di Tengah Ketimpangan
-
4 Gaya Kasual ala Yunjin LE SSERAFIM, Simpel dan Tetap Fashionable
-
Mochizuki Gagal Bawa Timnas Putri ke Piala Asia, Nasibnya di Ujung Tanduk?
-
Sinopsis dan Jadwal Tayang Drama China Rose and Gun yang Dibintangi Xuan Lu
-
Ulasan novel Embrace the Serpent: Tukang Permata yang Menjadi Ratu Magis