Hikmawan Firdaus | Siti Nuraida
Rahayu Saraswati (Instagram/@rahayusaraswati)
Siti Nuraida
Baca 10 detik
  • Langkah ini menuai kritik sekaligus spekulasi bahwa ia disiapkan jadi Menpora baru.
  • Keputusan Saraswati dinilai berada di antara pilihan personal dan strategi politik nasional.
  • Rahayu Saraswati mundur dari DPR RI setelah enam bulan menjabat dengan alasan keluarga & integritas.
[batas-kesimpulan]

Keputusan politik mengejutkan datang dari Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, politisi muda Partai Gerindra sekaligus keponakan Presiden Prabowo Subianto. Pada Selasa, 10 September 2025, ia mengumumkan pengunduran diri dari jabatannya sebagai anggota DPR RI periode 2024–2029.

Langkah ini mengundang sorotan karena baru enam bulan sebelumnya Saraswati resmi dilantik sebagai wakil rakyat. Banyak yang bertanya-tanya, apa alasan sebenarnya di balik keputusan drastis ini?

Pengumuman Mendadak dan Permintaan Maaf

Rahayu Saraswati secara resmi menyampaikan pengunduran diri lewat pernyataan tertulis sekaligus video yang dirilis ke publik. Dalam pernyataannya, ia mengucapkan terima kasih kepada rakyat yang telah memilihnya sekaligus memohon maaf karena belum bisa menjalankan tugas secara maksimal.

"Dengan penuh kesadaran, saya memutuskan untuk mundur sebagai anggota DPR RI. Saya menyampaikan permintaan maaf kepada seluruh konstituen, masyarakat, dan Partai Gerindra atas keputusan ini," kata Saraswati dengan nada emosional.

Alasan Keluarga dan Tanggung Jawab Personal

Menurut laporan sejumlah sumber, salah satu alasan utama pengunduran diri Saraswati adalah dorongan keluarga. Ia merasa perlu memberi lebih banyak waktu untuk kehidupan pribadi yang selama ini kerap tersisih oleh kesibukan politik.

"Saat ini saya ingin lebih fokus pada keluarga dan menata prioritas hidup. Saya percaya pengabdian kepada bangsa bisa dilakukan dalam berbagai bentuk, tidak harus lewat kursi DPR," ujarnya.

Pernyataan ini menegaskan bahwa keputusannya bukan karena tekanan politik, melainkan refleksi personal yang sudah dipikirkan sejak lama.

Baru Enam Bulan Menjabat

Yang membuat publik heran, seperti diberitakan Tempo (10/9/2025), Saraswati baru enam bulan duduk di kursi DPR setelah dilantik pada Oktober 2024. Dengan masa jabatan sependek itu, pengunduran dirinya dianggap tidak biasa.

Menanggapi hal ini, Saraswati menjelaskan bahwa sejak awal ia sadar jabatan publik menuntut komitmen penuh. Jika tidak bisa maksimal, ia memilih mundur agar kursinya dapat diisi oleh orang lain yang siap bekerja lebih baik.

Isu Menpora: Kebetulan atau Rencana?

Keputusan mundurnya Saraswati juga berbarengan dengan kosongnya kursi Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) setelah pengunduran diri Dito Ariotedjo. Situasi ini memunculkan spekulasi: apakah mundurnya Saraswati memang untuk mempersiapkan diri masuk kabinet?

Dugaan ini diperkuat karena ia memiliki kedekatan politik dan keluarga dengan Presiden Prabowo. Banyak pengamat menduga Saraswati akan segera diumumkan sebagai Menpora baru dalam reshuffle kabinet mendatang.

Kritik dan Kontroversi

Di sisi lain, pengunduran diri Saraswati memicu kritik. Pandangan sejumlah pihak yang menyebut langkah itu kurang konsisten terhadap mandat rakyat. Ada juga yang mengungkit perjalanan politiknya di masa lalu, termasuk kekalahannya dari Gibran Rakabuming Raka pada Pilkada Solo 2020.

Meski begitu, Saraswati menepis anggapan bahwa dirinya lari dari tanggung jawab. "Saya mundur justru karena menghormati amanah itu. Lebih baik mundur daripada tidak bisa bekerja sepenuh hati," katanya, dikutip dari Tempo (10/9/2025).

Sikap Partai Gerindra

Bagaimana respons Partai Gerindra? Menurut laporan iNews (10/9/2025), Gerindra menghormati keputusan Saraswati. Pihak partai menyebut Saraswati sudah mengajukan surat resmi dan keputusan itu diterima dengan baik.

Gerindra juga meyakini bahwa Saraswati tetap akan berkontribusi bagi bangsa, meskipun tidak lagi melalui kursi DPR. Apalagi, ia merupakan salah satu kader perempuan yang potensial.

Analisis: Antara Idealitas dan Realitas Politik

Jika dilihat lebih jauh, pengunduran diri Saraswati dapat dipahami dari dua sisi. Dari sisi pribadi, ia tampak konsisten dengan prinsip bahwa jabatan publik adalah amanah yang tidak boleh dijalankan setengah hati. Keputusannya mundur menunjukkan bentuk integritas politik.

Namun, dari sisi politik, waktunya yang bertepatan dengan kosongnya kursi Menpora sulit dipisahkan dari spekulasi. Sebagaimana dicatat Tempo dan Tirto, publik menilai ada peluang besar Saraswati akan segera bergabung ke kabinet.

Jika benar, maka pengunduran dirinya bukan sekadar keputusan personal, melainkan bagian dari strategi politik yang lebih besar dalam pemerintahan Prabowo.

Kesimpulan

Rahayu Saraswati Djojohadikusumo mundur dari DPR RI dengan alasan pribadi dan keluarga. Ia menyatakan ingin menjaga integritas jabatan publik serta tidak ingin bekerja setengah hati. Namun, keputusan ini justru membuka ruang spekulasi bahwa dirinya sedang dipersiapkan untuk menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga, menggantikan Dito Ariotedjo.

Dapat disimpulkan bahwa langkah Saraswati berada di persimpangan antara idealitas pribadi dan strategi politik nasional.

Kini publik menanti: apakah ia benar-benar akan mengambil jeda dari panggung politik, atau justru segera muncul di kabinet sebagai Menpora baru?