PKKMB FISIP UAJY 2025 hadir dengan tema ‘FISTOPIA’. Mahasiswa baru diajak untuk menelusuri dunia dari kerimpangan distopia hingga melangkah menuju utopia dengan kebebasan berekspresi.
Sanggit Gandhang Pradipta (22), selaku ketua panitia FISTOPIA yang kerap disebut sebagai “Chancellor” mengungkapkan bahwa tema ini hadir sebagai respons terhadap kondisi sosial, politik, budaya, ekonomi, krisis iklim, dan apatisme dari generasi muda saat ini.
Menelusuri Makna FISTOPIA
Kilas balik mengenai istilah ‘FISTOPIA’, Sanggit mengutarakan bahwa kata ini merupakan singkatan dari “FISIP, Distopia to Utopia.”
Jika dikulik lebih dalam, distopia merupakan suatu kondisi yang mewakili ketidakadilan, ketidaksempurnaan, dan kerusakan dalam masyarakat. Beralih ke utopia yang berarti kesempurnaan yang ideal dan adil, terutama segala hal yang berkaitan dengan kondisi pemerintahan, hukum, dan sosial.
Melalui konsep ini, mahasiswa baru diajak untuk menyadari realitas yang sedang terjadi, menganalisis ketimpangan, sekaligus memikirkan solusi kreatif untuk membangun perubahan. Setiap langkah dari distopia menuju utopia dirancang untuk menumbuhkan kesadaran kritis, kreativitas, dan kemampuan untuk bertumbuh.
Para tim kreatif yang kerap disebut sebagai “Prime” merepresentasikan realitas ini kedalam suatu runtutan storyline. Dalam narasi tersebut, student center & FISIP UAJY dijadikan sebagai latar, yang kemudian dinamai ‘FISIPOLIS’ sebuah negara fiktif tempat seluruh cerita berlangsung.
FISIPOLIS digambarkan sebagai suatu negara yang tengah mengalami collapse. Kehancuran yang dipicu oleh perang dan disinformasi yang membawa masyarakat terperangkap dalam krisis. Titik inilah yang melahirkan sebuah proyek rahasia bernama ‘FISTOPIA’, dirancang sebagai suatu eksperimen sosial-politik yang berjalan selama dua hari.
Ruination, Reform, dan Rise
Melalui storyline yang telah dirancang, mahasiswa baru yang disebut sebagai “Reformers” dibawa menuju tiga fase perjalanan dalam dua hari: Ruination, Reform, dan Rise. Hari pertama “Reformers” dihadapkan dengan dua fase awal yaitu Ruination dan Reform. Kemudian di hari kedua, perjalanan berlanjut menuju fase terakhir, yakni Rise."
Sanggit menyatakan bahwa ketiga fase ini tentunya bukan hanya sekadar simbol belaka, tetapi ajakan bagi mahasiswa baru untuk merefleksikan realitas, merumuskan perubahan, dan membawa dunia menjadi lebih ideal.
Rival Raditya Akbar (20), wakil ketua panitia FISTOPIA yang disebut sebagai “Vice Chancellor” menyatakan bahwa dalam fase ruination, para “Reformers” akan diperlihatkan gambaran tentang dunia yang hancur, penuh ketidakadilan, kekacauan, dan hal-hal yang jauh dari kata ideal.
Selanjutnya mereka kemudian akan dibawa ke fase reform, sebuah titik perubahan di mana kesadaran mulai dibangun dan solusi perlahan dirumuskan. Rival juga mengungkapkan bahwa refleksi ini tidak berhenti di ruang imajinasi semata, tetapi relevan dengan realitas Indonesia saat ini. Melambangkan gejolak sosial, demonstrasi, hingga ketimpangan menjadi wajah distopia yang nyata.
Beralih ke fase yang terakhir yaitu rise atau fase menuju utopia. “Di sinilah para Reformers dinyatakan “layak” sebagai warga FISIPOLIS setelah melewati proses belajar, refleksi, dan pertumbuhan,” ujar Rival. Bagi panitia, ini bukan sekadar simbol, melainkan cara untuk mengajak mahasiswa baru menyadari tantangan zaman sekaligus menyalakan harapan akan dunia yang lebih adil.
Pada momen ini, suasana semakin hidup dengan hadirnya salah satu konten kreator yaitu Pasming Based yang berperan sebagai crowd control di hari terakhir.
Perjalanan tiga fase itu akhirnya bermuara pada tagline FISTOPIA “The Rise of Us” simbol kebangkitan bersama generasi baru yang kritis, adaptif, dan juga bertumbuh.
PKKMB yang Membebaskan, Bukan Membelenggu
Berbeda dengan stigma PKKMB yang identik dengan aturan yang kaku, FISTOPIA hadir untuk menekankan kebebasan berekspresi bagi mahasiswa baru. Rival selaku Vice Chancellor, menegaskan bahwa kebebasan berekspresi yang diusung bukan hanya slogan belaka, melainkan benar-benar diimplementasikan dalam setiap rangkaian kegiatan.
Aturan-aturan kuno yang sudah tidak relevan, tidak dilanggengkan di FISTOPIA, termasuk kewajiban mengenakan seragam hitam putih, sepatu hitam, atau larangan memakai riasan dan aksesoris.
Sebagai gantinya, para Reformers diberi keleluasaan penuh untuk mengekspresikan diri. Di hari Ruination, mereka diajak tampil dalam nuansa serba hitam, di Reform Day dengan gaya petualangan, hingga puncaknya di Rise Day yang menjadi panggung kebebasan bagi mahasiswa baru untuk menampilkan outfit-nya. “Show your outfit atau show your fashion,” tambah Rival.
Selain soal kebebasan berpenampilan, panitia juga memberi perhatian serius pada aspek keamanan melalui tim “Terminator” atau yang kerap disebut sebagai “KomDis.” Sanggit dan Rival menekankan agar mereka tidak berfungsi untuk memarahi mahasiswa baru, melainkan untuk menjaga agar kegiatan tetap aman tanpa melewati batas.
Lebih jauh lagi, panitia juga menolak segala bentuk perpeloncoan, baik secara verbal maupun simbolik, dan mengedepankan rasa saling menghargai antara senior dan mahasiswa baru.
Konsep atau pendekatan ini justru membuat mahasiswa baru merasa lebih nyaman, percaya diri, dan terlibat aktif dalam kegiatan. Rival menambahkan, kebebasan berekspresi yang diberikan justru membuktikan bahwa PKKMB bisa berjalan tertib tanpa harus membelenggu.
Seluruh rangkaian FISTOPIA ini tentunya tidak akan pernah hadir sedemikian rupa tanpa dedikasi para “Agents” atau seluruh panitia. Penggerak sekaligus perajut di balik layar yang mengubah ide dan menjadikan FISTOPIA lebih dari sekadar imajinasi.
FISTOPIA 2025 akhirnya menutup perjalanannya dengan membawa mahasiswa baru belajar membaca keruntuhan sekaligus menuai harapan. Dari distopia menuju utopia, perjalanan ini mengingatkan bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah kecil di lingkungan kampus.
Baca Juga
-
Terungkap di Discord: Pembunuh Charlie Kirk Diduga Akui Kejahatan
-
Edit Foto Cuma Modal Gemini AI, Simak Prompt Andalan Netizen
-
Berkelas! Intip Fasilitas Mewah RS Mount Elizabeth, Tempat Amy Qanita Dirawat
-
Auto Chill! 5 Rekomendasi Map Gunung Tanpa Rintangan di Roblox
-
Tren Anak Naik Sepeda Listrik, Simak Aturan dan Risikonya!
Artikel Terkait
-
'Ini Tugas Negara!' DPR Ultimatum Polisi Usut Tuntas 3 Mahasiswa Hilang Usai Demo Akhir Agustus
-
Polda Metro Jaya Bentuk Tim Khusus Cari Tiga Mahasiswa yang Hilang
-
Tak Tunggu Laporan Resmi; Polisi 'Jemput Bola', Buka Hotline Cari 3 Mahasiswa yang Hilang
-
Kopi, Laptop, dan Tugas: Seni Nugas Berkedok Nongkrong
-
Giliran Gen Z Timor Leste Demo! Dipicu Pembelian Toyota Prado untuk Anggota DPR
News
-
Terungkap di Discord: Pembunuh Charlie Kirk Diduga Akui Kejahatan
-
Skandal Kuota Haji: Antara Tanggung Jawab Moral Khalid Basalamah dan Integritas Ibadah
-
Asap Kebakaran Hutan Jadi Masalah Lintas Negara: Solusi Sudah Ada, Tapi Kenapa Diabaikan?
-
Retno Marsudi dan Sri Mulyani, dari Sahabat Sekolah hingga Rayakan Wisuda Putra
-
KPU Bikin Aturan Aneh: Ijazah Sampai SKCK Capres Jadi Rahasia, DPR Gak Suka
Terkini
-
Anime A Gatherers Adventure in Isekai: Petualangan Seru Pencari Material
-
Smart TV untuk Pendidikan, Langkah Strategis atau Proyek yang Tergesa-gesa?
-
Lapangan Demonstrasi dan Jarak Etis Demokrasi
-
4 Serum Heartleaf untuk Lawan Jerawat dan Kemerahan, Harga Mulai Rp45 Ribu
-
Kuliah di Amerika, Tapi Bahasa Inggris Anak Pejabat Ini Malah Jadi Bahan Ledekan Netizen