M. Reza Sulaiman
Puluhan pengemudi ojek online yang tergabung dalam aliansi Gabungan Roda Dua (Garda) menggelar aksi di depan gedung DPR RI, Senayan, Jakarta. (Suara.com/Faqih)

Di saat banyak dari kita mungkin memilih meringkuk di bawah selimut, puluhan pengemudi ojek online (ojol) justru menantang hujan deras. Pada Rabu (17/9), mereka menggelar aksi di depan Gedung DPR RI, menyuarakan sederet tuntutan yang sudah lama mereka pendam.

Meskipun jumlahnya tidak seramai demo-demo sebelumnya, semangat mereka benar-benar membara. Teriakan dari mobil komando, musik yang menggelegar, dan goyangan riuh di tengah guyuran hujan menjadi pemandangan yang heroik sekaligus menyentuh.

Saat Hari Perhubungan Jadi Hari Perlawanan

Pemilihan tanggal 17 September ini ternyata bukan kebetulan. Para driver ojol sengaja memilih Hari Perhubungan Nasional untuk menggelar aksi besar-besaran. Ini adalah sebuah sindiran telak.

Momen yang seharusnya jadi perayaan kemajuan, justru mereka jadikan panggung untuk menyoroti kemunduran nasib para pejuang aspal.

"Hari Perhubungan Nasional... akan menjadi saat yang tepat... menyuarakan bahwa terjadi kemunduran Kementerian Perhubungan," ujar Raden Igun Wicaksono, Ketua Umum Garda Indonesia.

Aksi ini tidak hanya digelar di DPR. Diperkirakan sekitar 5.000 pengemudi ojol mengepung tiga titik vital: Istana Kepresidenan, Kementerian Perhubungan, dan Gedung DPR RI.

'Bapak Dewan, Ayo Dong Keluar!'

Di depan Gedung DPR, di tengah hujan yang makin deras, suara orator dari atas mobil komando terdengar pilu namun penuh semangat.

“Bapak dewan ayo dong keluar, temui kami. Kami sudah kedinginan,” teriaknya, sebuah kalimat yang merangkum semua rasa lelah dan frustrasi mereka.

Meskipun kedinginan, mereka tetap mencoba menjaga semangat dengan berjoget saat musik diputar. Aksi berjalan tertib, tidak sampai menutup total Jalan Gatot Subroto.

Ini Dia 'Daftar Belanja' Tuntutan Mereka

Jadi, apa sih sebenarnya yang diperjuangkan oleh para driver ojol ini? Tuntutannya sangat teknis dan menyangkut hajat hidup mereka sehari-hari. Ini dia beberapa di antaranya:

  • Sahkan RUU Transportasi Online: Biar ada payung hukum yang jelas dan mereka diakui sebagai pekerja.
  • Potongan Aplikator 10% Harga Mati: Menolak potongan yang dianggap terlalu besar.
  • Audit Investigatif Potongan 5%: Meminta transparansi soal potongan misterius yang diambil aplikator.
  • Hapus Sistem yang Merugikan: Menolak sistem seperti Aceng, slot, dan multi order yang dianggap tidak adil.
  • Copot Menteri Perhubungan: Tuntutan paling keras sebagai bentuk ketidakpuasan.
  • Usut Tuntas Tragedi 28 Agustus: Menuntut keadilan untuk rekan mereka, Affan Kurniawan, yang tewas terlindas rantis.

Akhirnya Diterima Masuk DPR

Perjuangan mereka di tengah hujan akhirnya membuahkan hasil. Beberapa perwakilan dari aliansi Garda Indonesia akhirnya diizinkan masuk ke dalam Gedung DPR untuk bertemu dengan anggota Komisi V.

"Siapanya saya belum tau, tapi katanya ada Bang Dasco juga,” kata Arya Adang Hidayat, perwakilan Garda Jawa Barat, merujuk pada Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad.

Aksi para driver ojol ini menjadi pengingat penting. Di balik jaket hijau yang setiap hari kita lihat, ada para pejuang keluarga yang nasibnya sering kali terabaikan oleh regulasi dan kebijakan.