Pameran bertajuk “Sutartinah” yang mengangkat kisah hidup istri pahlawan nasional Ki Hadjar Dewantara resmi dibuka di Rumah DAS, Yogyakarta, Minggu (14/9/2025). Nyi Ganawati, cucu Ki Hadjar Dewantara, secara resmi membuka pameran tersebut.
Pameran ini berlangsung dari 14 September hingga 14 Oktober 2025.
Pameran digelar untuk memperingati 135 tahun kelahiran Sutartinah sekaligus menyoroti perannya yang jarang diketahui dalam memperjuangkan hak-hak perempuan.
Pameran “Sutartinah” diselenggarakan oleh Rumah DAS dan Badan Pusat Wanita Taman Siswa, bekerja sama dengan Museum Dewantara Kirti Griya, Komunitas Cakra Dewantara, dan Moyang.Id, serta pendanaan dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X DIY dan Jawa Tengah.
Pameran ini menampilkan karya dari 27 seniman, yang terdiri dari 24 dengan karya lukis maupun media lain, serta 3 penulis.
Kisah Perempuan Biasa yang Merakit Sejarah
Salah satu karya menarik dalam pameran ini dibuat oleh Kolektif Arungkala, yang mengangkat sosok Sutartinah dan Salmiati.
Menurut Lestari dari Kolektif Arungkala, hal menarik dari karya mereka adalah penggunaan pengarsipan alternatif yang berfokus pada subjek orang biasa.
“Figur Salmiati mengingatkan kami bahwa dalam setiap peristiwa sejarah penting, terutama yang berkaitan dengan berdirinya Badan Pusat Wanita Taman Siswa dan Kongres Perempuan 1928, masih ada perempuan-perempuan biasa yang tidak terbahas,” ujar Lestari pada Kamis (18/9/2025) di Rumah DAS.
Lestari menambahkan, Salmiati adalah seorang perangkai bunga yang sebenarnya turut andil dalam sejarah Kongres Perempuan dan kongres-kongres lainnya bersama Sutartinah. Namun, sosoknya tidak banyak dikenal.
“Yang menarik bagi kami selalu ada tangan-tangan yang ikut merakit sejarah, tetapi dalam diam, seperti figur Salmiati,” tambahnya.
Peran Sutartinah dalam Gerakan Perempuan
Raden Ajeng Sutartinah atau Nyi Hadjar Dewantara adalah istri Ki Hadjar Dewantara (Raden Mas Soewardi Soerjaningrat), cucu Paku Alam III.
Ia bukan hanya seorang istri, melainkan juga penyemangat utama dalam berdirinya Perguruan Taman Siswa pada 3 Juli 1922.
Selain itu, Sutartinah menjadi penggagas Kongres Perempuan pertama di Indonesia dan pendiri Badan Pusat Wanita Taman Siswa pada 1932. Walau tidak banyak dikenal masyarakat, perannya sangat besar di balik keberhasilan Ki Hadjar Dewantara.
Ki Hadjar sendiri pernah berkata bahwa tanpa Sutartinah, ia hanyalah orang biasa yang mungkin sudah menyerah dalam perjuangan mendirikan Taman Siswa.
Perjuangan Sutartinah tidak dilakukan dengan mengangkat senjata, melainkan melalui strategi, semangat, dan ketulusan hati.
Di masa kolonial Belanda yang masih kental dengan feodalisme dan patriarki, ia ikut menyuarakan kesetaraan gender dan kemerdekaan bangsa melalui jalur pendidikan.
Jejak Keluarga dan Kisah Pernikahan
Dalam buku Nyi Hadjar Dewantara karya Bambang Sokawati Dewantara, putra dari Ki Hadjar dan Sutartinah. Diceritakan bahwa keduanya sudah dijodohkan sejak masih dalam kandungan.
Sutartinah merupakan cicit Pangeran Diponegoro, sedangkan Ki Hadjar adalah canggah dari Nyi Ageng Serang. Pernikahan mereka menjadi wujud ikrar Nyi Ageng Serang bahwa keturunannya kelak akan menikah dengan keturunan Pangeran Diponegoro.
Sintia Putri, panitia pameran, menjelaskan bahwa salah satu tantangan terbesar adalah minimnya arsip dan koleksi tentang Sutartinah. Meski ada Museum Dewantara Kirti Griya, narasi mengenai Sutartinah masih sulit ditemukan.
“Pameran ini menjadi langkah awal untuk mengenalkan Sutartinah. Di balik keberhasilan Ki Hadjar Dewantara, ada sosok Sutartinah yang selalu memberikan dukungan. Kami bahkan mengundang cucu-cucu beliau untuk ikut berpartisipasi dan memberikan inspirasi,” ujar Sintia pada Kamis (18/9/2025).
Ke depan, panitia berharap dapat membuat kegiatan seperti talkshow dan webinar untuk mengenalkan sosok Sutartinah.
Data satu tahun terakhir menunjukkan meningkatnya penelitian tentang Sutartinah di Museum Dewantara Kirti Griya, sehingga diharapkan sosok ini semakin dikenal, tidak hanya di Yogyakarta, tetapi juga di berbagai daerah.
Mari datang dan saksikan Pameran “Sutartinah” untuk mengenal lebih dekat sosok perempuan tangguh yang berperan besar dalam sejarah bangsa. Jangan lewatkan kesempatan untuk belajar dari jejak perjuangan para pahlawan yang seringkali tersembunyi!
Baca Juga
-
Pernah Ragu dan Takut, Ini Rahasia Najwa Shihab Menaklukkan Rasa Insecure!
-
UIN Walisongo Gelar Salat Ghaib dan Doa Bersama Usai Musibah 6 Mahasiswa KKN
-
Ilmu Perempuan Tak Berhenti di Dirinya, tapi Hidup di Generasi Setelahnya!
-
Jessica Iskandar Bangga dengan Hasil Rapor El Barack: You Are My Einstein!
-
Jonatan Christie Raih Juara Hylo Open 2025 usai Singkirkan Wakil Denmark!
Artikel Terkait
-
Fotografer Terkemuka Berbagi Karya dalam Pameran 80 Tahun Keberagaman Indonesia
-
ARTJOG 2025 Motif Amalan: Seni Lebih dari Estetika
-
Menperin Minta Tambahan Anggaran Rp1,46 T Buat 222 Kegiatan, Salah Satunya Buat Pameran di Rusia
-
ARTSUB di Mata Pengunjung Pemula: Menggugah, Megah, tapi Juga Gerah
-
JMX 2025: Surga Musik dan Teknologi Gratis di Jakarta yang Wajib Kamu Datangi!
News
-
Pertanian Berkelanjutan Jadi Jalan Pulang Saat Alam Kian Merapuh
-
UIN Walisongo Gelar Salat Ghaib dan Doa Bersama Usai Musibah 6 Mahasiswa KKN
-
Disebut Sebagai Putra Mahkota Keraton Solo, Intip Profil KGPH Purbaya
-
Lari sambil Menanam: Mandatalam Earth Run 2025 Buktikan Olahraga Bisa Selamatkan Bumi!
-
Ngakak Bareng Aa' Juju, Petualangan Kocak di India Bikin Netizen Ketagihan!
Terkini
-
5 Ide Outfit Boyfriend Material dan Easy To Wear ala Han Jisung Stray Kids
-
Review Air Mata Terakhir Bunda: Magenta yang Bikin Mata Menganak Sungai!
-
Penayangan Episode 6 Chitose Is in the Ramune Bottle Diundur ke 2 Desember
-
Mereka Tak Hanya Memadamkan Api, Tapi Menjaga Hidup yang Hampir Padam
-
Buka Pas Weekend! 3 Perpustakaan Gratis ini Ada di Dekat Halte Transjakarta