Kurikulum pendidikan Indonesia kembali menuai sorotan setelah seorang ibu, melalui akun TikTok @ootd_glowbytika, meluapkan kekesalannya terkait soal pelajaran yang diberikan kepada anaknya yang duduk di bangku kelas 1 SD.
Dalam video yang diunggah pada Sabtu (20/9/2025), ia tampak lelah usai mengajari sang anak mengerjakan tugas, lalu mempertanyakan apakah wajar soal seperti itu ditujukan untuk siswa kelas 1 SD.
Menurutnya, bahasa yang digunakan terlalu sulit dipahami anak-anak.
“Lihat nih, berkenalan dengan teman untuk mengetahui: a. kondisi keluarga, b. identitas, c. rutinitas. Jawabannya identitas. Pas ditanya lagi, identitas apa mas? Bengong aja. Bisa agak simpel enggak sih kata-katanya!” ungkapnya dalam video.
Ia menilai kosakata dalam soal seharusnya bisa lebih sederhana. Contoh lain, ketika anaknya diberi soal tentang “menghargai”.
Saat ia bertanya apakah anaknya tahu arti kata itu, sang anak justru menjawab, “Oh itu mi, pas jajan di warung ya kan, ini harganya berapa?” Hal ini membuat sang ibu semakin kewalahan menjelaskan ulang makna yang dimaksud.
Keluhan serupa juga ia sampaikan dalam video berbeda yang diunggah pada (21/8/2025). Kali ini ia menyoroti soal dengan tingkat kesulitan tinggi.
“Anak gua kelas 1 SD dikasih pertanyaan begini, membeli produk lokal termasuk sila ke berapa? Ini pertanyaan CPNS, dikasih ke anak kelas 1,” ujarnya.
Ia mengaku terkejut soal penerapan nilai Pancasila sudah diberikan pada siswa kelas 1. Menurutnya, jika sebatas menghafal mungkin masih bisa diterima, tapi untuk pemahaman dan penerapan jelas belum sesuai dengan kemampuan anak usia tersebut.
Di akhir videonya, ia mengimbau Dinas Pendidikan agar lebih memperhatikan keresahan orang tua.
“Ibu-ibu, bapak-bapak Dinas Pendidikan, tolong ya. Ini anak kelas satu, bacanya masih a-e-m, a-e-m…,” pungkasnya.
Perjalanan Kurikulum Pendidikan Indonesia
Kritik tersebut seakan membuka kembali diskusi panjang soal perjalanan kurikulum di Indonesia yang terus berubah mengikuti kebutuhan zaman.
Dilansir dari kanal YouTube Zuhdan Kamal Abdillah (27/1/2025), berikut rangkuman perkembangan kurikulum Indonesia dari masa ke masa:
1. Kurikulum 1947: Langkah Awal Pendidikan Indonesia
Kurikulum pertama setelah kemerdekaan ini menekankan pembentukan karakter dan cinta tanah air. Pendidikan budi pekerti serta nilai kebangsaan menjadi prioritas utama untuk membentuk generasi yang jujur dan nasionalis.
2. Kurikulum 1968: Pendidikan Pancasila
Isi kurikulum dipengaruhi situasi politik saat itu, dengan fokus pada pemahaman dan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
3. Kurikulum 1975: Lebih Teratur dan Jelas
Setiap pelajaran memiliki tujuan dan rencana pembelajaran yang jelas, sehingga guru dan siswa lebih mudah memahami proses belajar.
4. Kurikulum 1984: Mengajak Siswa Aktif
Dikenal dengan konsep Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Siswa diajak berdiskusi, bertanya, dan terlibat langsung. Namun, metode ini dinilai terlalu berat bagi sebagian guru dan siswa.
5. Kurikulum 1994: Meningkatkan Kemampuan Siswa
Perubahan besar yang bertujuan mengembangkan berbagai kemampuan siswa sesuai kebutuhan mereka.
6. Kurikulum 2004: Fokus pada Kompetensi
Lebih mengutamakan kemampuan nyata siswa, bukan sekadar menghafal, melainkan memahami serta mempraktikkan ilmu yang dipelajari.
7. Kurikulum 2006: Menuju Standar Lebih Baik
Dikenal sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), memberi keleluasaan sekolah menyusun kurikulum sesuai kebutuhan masing-masing.
8. Kurikulum 2013: Pendidikan Karakter
Menekankan pembentukan karakter dan penggunaan pendekatan saintifik seperti observasi, eksperimen, hingga diskusi.
9. Kurikulum Merdeka (2020): Belajar Lebih Fleksibel dan Kreatif
Hadir sebagai respons pandemi Covid-19, kurikulum ini memberikan kebebasan lebih kepada sekolah. Pembelajaran berbasis proyek juga diperkenalkan, termasuk Projek Penguatan Profil Pancasila.
Kini, pada tahun 2025, muncul gagasan integrasi Deep Learning. Pendekatan ini mendorong siswa tidak hanya memahami konsep, tetapi juga menerapkannya dalam pemecahan masalah nyata.
Perjalanan panjang kurikulum Indonesia menunjukkan upaya beradaptasi dengan kebutuhan zaman. Namun, kritik dari orang tua siswa kelas 1 SD menjadi pengingat penting bahwa kurikulum harus disusun sesuai tahap perkembangan anak.
Tujuan pendidikan bukan hanya mencetak generasi yang cerdas secara akademis, tetapi juga membangun proses belajar yang manusiawi, sederhana, dan mudah dipahami sejak usia dini.
Baca Juga
-
Solidaritas Palestina, Esther Ouwehand Kenakan Baju Semangka di Parlemen
-
Fatherless: Saat Ayah Ada tapi Tak Hadir
-
Dari MBG ke Bantuan Pangan, Menkeu Purbaya Pastikan Dana Negara untuk Rakyat
-
Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' Menggema, Ini Kata Istana!
-
Jadi Sultan Dadakan! Tren AI Ubah Foto Biasa Jadi Kaya Raya Viral di Medsos
Artikel Terkait
-
Alumni MDIS Dian Hunafa Turun Gunung Bela Ijazah Gibran: Aku Sakit Hati Juga Dong!
-
Roy Suryo Gebrak Meja: Sebut KPU 'Komisi Fufufafa' Lindungi Gibran, Ancam Gugurkan Jabatan Wapres
-
Heboh Bimbel Sydney Disetarakan SMK, Rismon Desak Gibran Mundur: Kemendikdasmen Ngawur!
-
Dokter Tifa Tak Bosan 'Senggol' Gibran, Kini Sindir Keras Kuliah di Singapura: Di Ruko Sebelah Mana?
-
Gibran Punya Gelar Apa? Riwayat Pendidikannya Kembali Jadi Omongan
News
-
Emban Tugas Ketua LPS, Anggito Abimanyu Rangkap Jabatan Jadi Wamenkeu?
-
Balik ke Masa Lalu di Pasar Kangen Jogja 2025, Nostalgia yang Lebih dari Sekadar Jajanan!
-
PDIP Bongkar Strategi Jokowi: Komando 2 Periode Prabowo-Gibran untuk Lindungi Diri dari Badai Hukum?
-
Erros Djarot Bongkar Borok Politik Jokowi: Nepotisme dan Buzzer Rusak Demokrasi Indonesia?
-
Di Tengah Duka, Erika Kirk Tunjukkan Keteguhan Memaafkan Pembunuh Suaminya
Terkini
-
Es Goyang 'Iki Panggung Sandiwara', Jajanan Jadul Naik Kelas di Pasar Kangen Jogja
-
11 Tahun Berjalan, Light Novel Tensura akan Segera Tamat di Volume 23
-
Tak Lagi di Level Domestik, 3 Pemain Timnas Indonesia Berpotensi Merumput di Europa League
-
Takut Di-PHP Lagi, Pengacara Reza Gladys Frustrasi Hadapi Gugatan Nikita
-
Review Film Perempuan Pembawa Sial: Kisah Cinta Tragis yang Menyisakan Duka