Hikmawan Firdaus | Mira Fitdyati
Cek kesehatan oleh Fresht (Dokumen Pribadi/Mira Fitdyati)
Mira Fitdyati

Masjid Walidah Dahlan Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta kembali menggelar kegiatan bulanan Sangaji (Sabtu Mengaji dan Berbagi) pada Sabtu (27/9/2025).

Dengan mengusung tema “Seni Merawat Kesehatan Mental”, kegiatan ini menghadirkan psikolog sekaligus dosen, Ustadzah Pihasniwati. Kegiatan ini terbuka untuk umum, baik untuk mahasiswa maupun masyarakat sekitar.

Antusiasme jamaah terlihat jelas dari ramainya peserta yang hadir. Selain kajian, Sangaji juga menghadirkan berbagai kegiatan seperti cek kesehatan gratis, pembagian sayuran, serta sarapan bersama, yang semakin mempererat hubungan mahasiswa dengan masyarakat sekitar.

Ruang Silaturahmi dan Berbagi dengan Sesama

Pembagian sayur gratis kepada jamaah (Dokumen pribadi/Mira Fitdyati)

Zulfi (21), salah satu relawan, berharap Sangaji bisa menjadi sarana silaturahmi antara mahasiswa, masyarakat, hingga pemuda sekitar kampus.

“Harapannya, bukan hanya mahasiswa, tapi juga masyarakat dan pemuda di sekitar kampus bisa ikut terlibat. Sangaji bisa jadi ruang silaturahmi bersama,” ujarnya.

Hal serupa disampaikan Waji (45), jamaah yang hampir selalu hadir setiap bulan. Ia mengaku semakin semangat mengikuti Sangaji karena manfaatnya langsung terasa.

“Karena kegiatannya bagus, saya berusaha untuk datang. Apalagi ada pembagian sayur, dan yang paling penting bagi saya bisa cek kesehatan,” katanya.

Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh organisasi mahasiswa Federation of Rescue Health Team (Fresht) yang memang memiliki fokus pada bidang kesehatan.

Waji (45) menuturkan bahwa ia rutin memanfaatkan fasilitas cek kesehatan ini. “Setiap datang, saya langsung cek gula darah. Alhamdulillah hasilnya normal, tapi saya tetap ingin rutin memantau,” ujarnya.

Selain gula darah, pemeriksaan lain yang disediakan antara lain cek asam urat dan kolesterol, meski dalam beberapa bulan terakhir hanya difokuskan pada gula darah dan asam urat.

Sementara itu, sayuran segar seperti kangkung, wortel, bayam, tomat, kacang panjang, terong hingga labu siam dibagikan secara gratis. Adapun menu sarapan kali ini berupa nasi kuning.

Merawat Relasi, Kunci Kesehatan Mental

Pembagian sarapan gratis kepada jamah (Dokumen pribadi/Mira Fitdyati)

Dalam ceramahnya, Ustadzah Pihasniwati menjelaskan bahwa kesehatan mental erat kaitannya dengan kemampuan seseorang menjalin relasi sosial.

“Orang tidak bisa disebut sehat mental kalau hanya hidup dalam relasi intrapersonal. Sehat mental itu ditandai dengan kemampuan berelasi, menyadari kelebihan dan kekurangan diri, mampu mengatasi stresor, serta berkontribusi bagi lingkungan,” terangnya.

Ia menekankan bahwa merawat kesehatan mental bukan sekadar kebutuhan duniawi, tetapi juga bagian dari ibadah.

Sehat mental membantu seseorang menjalani kehidupan yang bermakna, bahagia bersama sesama, dan kembali kepada Allah dalam keadaan hati yang tenang.

Seni dalam Merawat Kesehatan Mental

Menurut Pihasniwati, seni merawat kesehatan mental harus dilakukan secara holistik. Dimulai dari menjaga kesehatan fisik seperti pola tidur, olahraga, dan ibadah yang teratur hingga melatih keterampilan psikososial, berpikir positif, serta mengelola stres.

“Allah berfirman, fa’inna ma’al ‘usri yusra, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Jadi bukan setelah, tapi bersama kesulitan selalu ada peluang tumbuh. Itu seni merawat kesehatan mental,” jelasnya.

Ia juga menekankan pentingnya lingkungan keluarga yang suportif. Banyak anak muda datang dengan keluhan stres, depresi, bahkan kehilangan semangat hidup karena merasa tidak cukup bagi orang tuanya.

“Anak-anak tidak pernah membenci orang tuanya, tapi justru mereka belajar membenci diri sendiri. Inilah yang berbahaya,” tegasnya.

Pada akhirnya, kesehatan mental adalah bagian tak terpisahkan dari kesehatan holistik.

Pihasniwati menutup kajian dengan pesan mendalam. “Ada tiga rahasia hidup yang selamat, yaitu tenang bersama Allah, damai bersama diri, dan bahagia bersama sesama,” ujarnya.

Melalui Sangaji, Unisa Yogyakarta tidak hanya menghadirkan ruang kajian keagamaan, tetapi juga membangun ekosistem sehat fisik, mental, dan sosial yang bermanfaat bagi mahasiswa maupun masyarakat sekitar.