Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Tiffani Rpb
Ilustrasi cloth diaper atau popok kain (Pexels/Public Domain Pictures)

Popok sekali pakai merupakan penyumbang sampah terbesar kedua di laut. Popok sekali pakai sangat sulit atau bahkan tidak bisa terurai karena bahan yang digunakan mengandung senyawa kimia Super Absorbent Polimer (SAP). Jika sampah tersebut sampai ke laut, maka dapat mengubah hormon ikan.

Salah satu solusi sampah popok sekali pakai yaitu clodi. Bahan yang lembut di kulit bayi dan daya serap yang cukup membuat clodi patut dipertimbangkan orang tua.

Dari segi bahan, clodi tidak mengandung bahan kimia berbahaya seperti Dioxin dan Sodium Polyacrylate sebagai gel penyerap kencing, karena hanya terdiri dari kain maupun handuk.

Sedangkan dari segi kesehatan, clodi juga lebih minim iritasi jika dibandingkan popok sekali pakai yang menggunakan pemutih atau pelembut.

Orang tua pun cukup membeli clodi satu kali dan dapat menggunakannya berkali-kali bahkan hingga toilet training. Anak-anak yang menggunakan clodi pun biasanya lebih mudah lulus toilet training dibandingkan anak-anak yang selalu menggunakan popok sekali pakai.

Hal ini karena ketika anak buang air di popok kain, akan ada sensasi basah dan tidak nyaman. Berbeda dengan popok sekali pakai yang permukaannya tetap kering.

Selain itu, clodi cenderung bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama, karena ada jenis clodi yang memiliki kancing untuk mengatur ukurannya.

Tentu saja dengan perawatan yang benar, memiliki clodi bagaikan berinvestasi. Clodi pun tidak mustahil untuk dilungsurkan ke anak selanjutnya.

Dengan banyaknya keunggulan clodi dari segi lingkungan dan ekonomi, satu hal yang membuat orang tua ragu yaitu masalah mencuci clodi.

Banyak orang tua yang beranggapan bahwa mereka tidak bisa mencuci clodi karena sudah sibuk mengurus anak dan rumah. Mereka berpikir bahwa untuk mengurus anak sudah cukup kewalahan. Jika harus mencuci dan mengurus clodi, maka mereka akan semakin kehilangan waktu untuk istirahat maupun refreshing.

Uniknya, orang tua yang meragukan clodi karena harus mencuci kebanyakan belum pernah mencobanya. Sementara itu, orang tua yang mencoba menggunakan clodi merasa bahwa lebih banyak keuntungannya.

Memang mereka harus mencuci, tetapi jauh lebih hemat dan tentunya tidak banyak memproduksi sampah popok sekali pakai.

Namun, clodi bukanlah satu-satunya cara orang tua yang memiliki bayi atau toddler untuk mengurangi sampah. Orang tua yang belum atau tidak cocok dengan konsep popok pakai ulang bisa menerapkan hidup ramah lingkungan di aspek lain.

Contohnya: Mengolah sampah popok sekali pakai dengan cara yang benar, menggunakan sabun lerak untuk mencuci baju anak, memasak MPASI dengan menu yang diperoleh secara lokal, hingga membeli mainan anak dengan bahan ramah lingkungan seperti kayu maupun bambu.

Tidak ada standar “orang tua ramah lingkungan” yang paten. Semua individu memiliki peran masing-masing dalam menjaga bumi, termasuk orang tua yang memiliki caranya sendiri dalam mengurangi sampah anaknya.

Jika semua orang tua melakukan perannya masing-masing, saling support, dan konsisten, sampah yang dihasilkan ketika mengasuh bayi maupun toddler akan berkurang.

Sebaliknya, jika orang tua menerapkan pemikiran “perfect atau tidak sama sekali,” maka semua orang sibuk meratapi kegagalannya dalam mengurangi sampah tanpa melakukan aksi yang konsisten sedikit demi sedikit setiap harinya.

Kesimpulannya, clodi memang alternatif yang cocok untuk mengurangi sampah popok sekali pakai yang mencemari lingkungan. Akan tetapi, alternatif ini bukanlah satu-satunya yang bisa dilakukan orang tua. Mereka bisa menerapkan pola hidup minim sampah pada aspek lain dengan tetap memperhatikan kesehatan anak dan orang tua itu sendiri.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tiffani Rpb

Baca Juga