Bagi masyarakat modern, mengolah makanan merupakan kebiasaan yang umum dilakukan guna memenuhi kebutuhan utama dalam hidup, yakni makan. Namun, sadarkah kita ternyata selama ini seringkali manusia kerap sekali menyia-nyiakan makanan yang sejatinya bisa diolah lebih maksimal lagi dan dengan lebih bijak.
Melansir dari artikel yang terbit dalam laman Universitas Negeri Semarang (unnes.ac.id), faktanya, sekitar 1/3 bahan makanan yang kita konsumsi sehari-hari akan dibuang menjadi sampah setiap harinya. Hal tersebut berarti ada sekitar 1 hingga 2 milyar ton makanan yang terbuang setiap tahunnya. Bahkan, angka tersebut bisa saja menjadi lebih besar tergantung perilaku konsumtif yang dilakukan oleh manusia.
Ironisnya, dibalik pembuangan bahan pangan yang sejatinya bisa digunakan atau dikonsumsi oleh orang lain tersebut, masih ada sekitar 700 juta manusia di dunia yang mengalami kelaparan maupun gizi buruk akibat tidak bisa mendapatkan makanan secara layak. Bahkan, menurut beberapa sumber, total sampah makanan yang bisa dihasilkan setiap tahunnya sejatinya bisa menghidupi 1-2 milyar orang di bumi.
Sisa Makanan Seringkali Diabaikan dan Dianggap Tidak Berbahaya
Beberapa orang mungkin akan menganggap sepele sisa makanan yang sejatinya layak dikonsumsi dan dibuang ke tempat sampah. Umumnya orang-orang akan beranggapan sampah organik seperti sisa makanan akan mudah diuraikan oleh tanah maupun hewan dan bakteri secara alami. Hal tersebut memang tidak salah, karena sampah makanan memang lebih mudah dan ceopat diurai secara alami dibandingkan sampah plastik maupun bahan lainnya.
Akan tetapi, makanan yang tidak terurai secara baik, khususnya makanan olahan ternyata juga menyimpan risiko yang cukup besar dalam merusak ekosistem alam, khsususnya pelepasan gas rumah kaca ke atmosfir. Melansir dari laman World Health Organization (WHO), emisi gas rumah kaca yang berasal dari sisa makanan ternyata menyumbang sekitar 8-10% gas rumah kaca di alam. Hal ini dikarenakan makanan yang tidak mengalami pembusukan dan penguraian secara sempurna dapat melepaskan gas metana yang berbahaya bagi atmosfir
Ironisnya, gas metana sendiri diklaim lebih berbahaya sekitar 20-25 kali dibandingkan gas karbon dioksida yang dilepaskan ke atmosfir. Hal ini tentunya mengindikasikan bahwa sampah makanan yang dianggap oleh sebagian besar orang tidak akan mencemari lingkungan ternyata dapat menjadi salah satu penyumbang terbesar dari rusaknya ekosistem alam dalam beberapa dekade terakhir.
Mengatasi Food Waste Harus Dimulai Dari Hal Paling Kecil
Membuang sisa bahan pangan atau yang dikenal sebagai “Food Waste” memang menjadi salah satu permasalahan yang tidak mudah untuk diselesaikan. Gaya hidup masyarakat modern yang kian konsumtif menjadi salah satu penyebab pengontrolan dalam konsumsi makanan harian sedikit susah untuk dilakukan. Namun, sejatinya ada beberapa cara dari diri sendiri yang bisa menjadi langkah awal dalam mengatasi “Food Waste” dalam masyarakat.
Salah satu cara paling sederhana adalah membuat skala prioritas atas apa makanan yang akan dikonsumsi sehari-hari. Usahakan dirimu tidak membeli bahan pangan lebih dari yang kamu perlukan agar meminimalisir risiko terbuangnya bahan pangan sebelum dikonsumsi atau diolah. Kita perlu juga menumbuhkan komitmen untuk menghabiskan makanan yang telah kita beli agar meminimalisir terjadinya sampah sisa makanan yang dapat mencemari lingkungan.
Selain itu, bila kita memiliki makanan lebih atau mengolah makanan lebih dari jumlah yang bisa dikonsumsi atau diperlukan, kita bisa memberikannya ke tetangga atau orang-orang sekitar. Cara ini juga bisa menjadi salah satu teknik yang cukup efektif dalam meminimalisir sampah makanan di sekitar kita.
Baca Juga
-
Mees Hilgers, Laga Kontra Cina dan Performa Buruknya di Timnas Indonesia
-
Menanti Magis Ole Romeny: Bisakah Kembali Membuat Kejutan di Lini Depan Timnas Indonesia?
-
3 Pemain yang Diprediksi Jadi Pesaing Shayne Pattynama di Buriram United
-
Dilema Nathan Tjoe-A-On: Jadi Cadangan Mati di Klub, Karir di Timnas Kian Abu-abu
-
3 Pemain Alumni Sea Games 2023 yang Masih Bisa Main di Sea Games 2025
Artikel Terkait
-
3 Bahan Alami yang Dapat Meredakan Batuk Pilek, Salah Satunya Madu
-
Apes! Target Curi BBM Eceran, Ternyata Isinya Air yang Diberi Pewarna Makanan
-
Jadi Vegan Demi Selamatkan Bumi, Emang Pengaruh?
-
Nasi Menangis, Bumi Meringis: Ini yang Terjadi Kalau Mubazir Makanan
-
'Pembunuh' Tak Terlihat sedang Berkeliaran, Awas Jadi Korban Polusi Udara!
Rona
-
GEF SGP Gandeng Ghent University dalam Program Ketahanan Pangan dan Ekologi
-
Kisah Mama Siti: Perempuan Adat Papua yang Menjaga Tradisi Lewat Pala dan Membawanya ke Dunia
-
Pariwisata Hijau: Ekonomi Sirkular untuk Masa Depan Bumi
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
-
Apakah Hari Kartini Menjadi Tameng Emansipasi oleh Kaum Wanita?
Terkini
-
7 Rekomendasi Film Horor Terbaik dari tahun 80-an, Sudah Nonton?
-
Mees Hilgers, Laga Kontra Cina dan Performa Buruknya di Timnas Indonesia
-
Harapan Pupus! Ada 2 Alasan Kekalahan MU dari Spurs Kali Ini Terasa Jauh Lebih Menyakitkan
-
Kembang Goyang Luna Maya Patah Detik-Detik Sebelum Akad, Pertanda Apa?
-
Mulai Rp1,4 Juta, Ini Daftar Harga Tiket Konser Doh Kyung-soo di Jakarta