Industri fesyen kian inklusif. Hal ini ditandai dengan diperkenalkannya koleksi pakaian adaptif. Pakaian ini merupakan rancangan khusus yang dapat memenuhi kebutuhan penyandang disabilitas.
Merek terkenal seperti Tommy Hilfiger dan Asos belum lama ini meluncurkan produk yang menggabungkan teknologi dan mode. Tak pelak, inovasi tersebut memberikan kenyamanan serta kemudahan bagi penggunaan.
Tommy Hilfiger memperkenalkan koleksi Adaptive yang mencakup pakaian untuk pengguna kursi roda, penyandang autisme, dan penderita gangguan motorik seperti cerebral palsy. Koleksi tersebut menawarkan celana denim, sweater, dan celana panjang yang dirancang agar lebih mudah dipakai, terutama bagi penyandang disabilitas.
Sementara itu, Asos meluncurkan jumpsuit adaptif. Desainnya menarik yang dilengkapi fitur resleting pada bagian pinggang. Dengan begitu, jumpsuit tersebut mudah dipakai oleh pengguna kursi roda.
Desain jumpsuit tersebut juga dirancang sedemikian rupa sehingga tidak terlihat seperti pakaian khusus disabilitas, mengikuti tren mode yang sedang berlangsung.
Selain merek-merek besar, institusi pendidikan juga mulai mengambil peran dalam pengembangan pakaian adaptif. Parson School of Design, melalui program Open Style Lab, mengajak desainer, insinyur, dan terapis untuk bekerja sama dalam merancang pakaian adaptif yang dirancang sesuai kebutuhan pengguna.
Program ini melibatkan penyandang disabilitas secara langsung dalam diskusi desain, memastikan bahwa pakaian yang dihasilkan benar-benar menjawab kebutuhan sehari-hari mereka.
Vera Utami Gede Putri, seorang peneliti fesyen disabilitas dan Doktor Ilmu Seni Rupa dan Desain ITB, turut berkontribusi dalam perkembangan ini. “Sebagai wujud nyata kontribusi saya untuk penyandang disabilitas, saya akan menghadirkan koleksi pakaian adaptif dengan label ZAVERA ADAPTIF,” ungkap Vera.
Melalui penelitian dan kolaborasi dengan berbagai pihak, diharapkan perkembangan pakaian adaptif ini semakin membantu penyandang disabilitas mengekspresikan diri secara bebas dan inklusif dalam dunia mode.
Langkah ini mencerminkan komitmen fesyen terhadap inklusivitas, memberikan kesempatan bagi setiap individu, termasuk penyandang disabilitas, untuk tetap tampil gaya dan nyaman tanpa mengabaikan kebutuhan khusus mereka.
Pakaian adaptif ini bukan hanya menawarkan kemudahan, tetapi juga memberikan kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk mengekspresikan gaya pribadi mereka, meningkatkan rasa percaya diri, dan mendukung inklusivitas dalam dunia fesyen.
Dengan kemajuan ini, diharapkan lebih banyak merek fesyen lainnya ikut berpartisipasi dalam menyediakan produk-produk adaptif untuk memenuhi kebutuhan semua kalangan.
Artikel Terkait
-
Dapat Bantuan Kaki Palsu dari Cagub Ahmad Ali, Penyandang Disabilitas Terharu
-
Melawan Sunyi, Membangun Diri: Inklusivitas Tuna Rungu dan Wicara ADECO DIY
-
Langkah Pramono Agar Penyandang Disabilitas Miliki Hak Setara, Bakal Sediakan Latihan Kerja Hingga Siapkan Ini
-
Janji Robinsar-Fajar di Debat Publik Perdana, Salah Satunya Soal Kesetaraan Disabilitas
-
Prabowo dan Harapan Kebijakan Inklusif Bagi Kelompok Disabilitas
Rona
-
Tantangan Pandam Adiwastra Janaloka dalam Memasarkan Batik Nitik Yogyakarta
-
Mengenal Pegon, Kendaraan Tradisional Mirip Pedati yang Ada di Ambulu Jember
-
KILAS dan Edukasi G-3R di Cimenyan: Membangun Kesadaran Pengelolaan Sampah
-
Vera Utami: Pionir Inklusivitas Pakaian Adaptif bagi Penyandang Disabilitas
-
Ekoregion Pembangunan Wilayah di Papua sebagai Solusi Pembangunan Berkelanjutan
Terkini
-
Nissa Sabyan dan Ayus Resmi Menikah Sejak Juli 2024, Mahar Emas 3 Gram dan Uang 200 Ribu
-
Ulasan Buku Sabar, Syukur, dan Ikhlas: Kunci Sukses Bahagia Dunia Akhirat
-
Spoiler! Hunter X Hunter Chapter 403: Balsamilco vs Pangeran Halkenburg
-
Hazelight Studios Umumkan Game Baru, Siap Hadirkan Inovasi Co-Op Unik!
-
Rencana Timnas Indonesia Panggil 3 Bintangnya Buat Vietnam Ketakutan