Cerita ini berasal dari kisah nyata di Bontang, Kalimantan Timur yang dialami oleh sebut saja Pak Candra. Kisah tersebut terjadi pada saat beliau memiliki anak pertama yang baru lahir pada tahun 1988 sebut saja Ade. Pak Candra bekerja di sebuah perusahaan terbesar di Bontang, Kalimantan Timur.
Pak Candra merantau di luar Pulau Jawa, karena tawaran pekerjaan dengan gaji yang lumayan. Pak Candra berasal dari Tuban, Jawa Timur. Pak Candra memiliki anak pertama yang lahir dari buah pernikahan beliau dengan isti, Bu Wati.
Pak Candra, Bu Wati, dan Ade tinggal di rumah kontrakan berkayu dengan fasilitas listrik yang masih minim, maklum pada saat itu Bontang, Kalimantan Timur masih belum ada penerangan apalagi jalan raya.
Suatu malam Pak Candra sedang menggendong dan menimang-nimang Ade di pendopo yang letaknya berseberangan dengan rumah kontrakan berkayu. Kala itu waktu menunjukkan jam 22.00. Tiba-tiba saja Ade menangis. Mendengar tangisan Ade, Pak Candra menenangkan Ade.
”Aduh Ade sayang, kamu kenapa nangis ? ayo dong jangan nangis, cup cup cup, anak manis, anak pintar, jangan nangis ya”, ujar Pak Candra.
Pak Candra masih mencoba terus untuk menenangkan Ade supaya tidak nangis lagi. Namun, Ade masih menangis terus-menerus. Pak Candra merasa heran dengan Ade yang masih menangis terus-menerus. Tidak ada demam pada Tubuh Ade. Hingga waktu menunjukkan jam
Keesokan harinya sebelum berangkat kerja, Pak Candra bercerita kepada Bu Wati tentang Ade menangis terus-menerus tadi malam.
”Bu, kok Ade nggak seperti biasanya to tadi malam dia menangis terus-menerus pas Bapak gendong dia ?”, tanya Pak Candra.
”Lho, masa sih Pak ? Wong biasanya kalau malam Ade tidur pulas nggak pernah nangis”, ujar Bu Wati.
”Yo iyo, wong tadi malam itu Ade menangis terus menerus. Terus Bapak coba menenangkan dia biar nggak nangis, eh tapi kok dia masih aja nangis, ya sudah Bapak mau berangkat kerja dulu, tolong jaga Ade baik-baik ya”, ujar Pak Candra.
”Hati-hati di jalan ya Pak”, ujar Bu Wati.
”Assalamualaikum”, ujar Pak Candra.
”Waalaikumsalam”, ujar Bu Wati.
Setelah Pak Candra pergi berangkat kerja, Bu Wati mengawasi dan menjaga Ade yang saat itu tertidur pulas di kamar.Bu Wati merasa heran saat mendengar apa yang dikatakan Pak Candra.
Setiap malam Pak Candra merasakan keanehan yang terjadi pada Ade. Ade yang menangis terus-menerus setiap jam 24.00 di gendongan Pak Candra. Pak Candra merasa bahwa ada sesuatu yang janggal yang menghampiri Ade. Pak Candra menganggap bahwa ada makhluk halus yang mengganggu Ade.
”Bu, setiap malam kok Ade masih nangis terus-menerus ?”, tanya Pak Candra.
”Waduh, Ibu malah jadi khawatir to”, ujar Bu Wati.
”Bapak makin curiga jangan-jangan Ade diganggu makhluk halus Bu, besok pagi Bapak mau ke paranormal untuk mencari solusi atas keanehan yang dialami Ade”, ujar Pak Candra.
Keesokan paginya saat Pak Candra sedang libur, Pak Candra pergi untuk mencari paranormal yang ada di Bontang. Pak Candra mencari informasi dari warga tentang paranormal yang ada di Bontang. Menurut penuturan warga, ada paranormal sakti yang bernama Pak Maning.
Pak Maning merupakan sesepuh asli warga Bontang. Banyak warga yang sudah datang ke tempat Pak Maning untuk meminta solusi agar tidak digannu makhluk halus. Setelah mendapatkan informasi dari warga tentang Pak Maning, akhirnya Pak Candra bergegas ke rumah Pak Maning. Tak berapa lama kemudian, akhirnya Pak Candra tiba di rumah Pak Maning.
Sembari mengetuk pintu, Pak Candra mengucapkan ”Permisi”.
”Ya, silakan masuk”, ujar Pak Maning.
”Maaf ini dengan siapa ya ?”, tanya Pak Maning.
”Saya Pak Candra”, ujar Pak Candra.
”Silakan duduk Pak Candra ada yang bisa saya bantu ?”, tanya Pak Maning.
”Pertama saya itu asli dari Tuban, Jawa Timur, jadi saya mau sowan ke tempat Bapak mau meminta solusi dari Bapak, karena anak saya, Ade setiap malam dia selalu nangis nggak berhenti-berhenti”, ujar Pak Candra.
”Baik Pak, saya akan mencoba menerawang di mangkuk yang berisi air untuk mencari penyebab anak Bapak yang selalu menangis terus-menerus tiap malam”, ujar Pak Maning.
Dengan rasa penasaran, Pak Candra fokus menatap Pak Maning.
”Setelah saya terawang, anak Bapak sedang diganggu kuyang”, ujar Pak Maning.
”Hah, kuyang, kuyang itu apa Pak ?”, tanya Pak Candra.
”Kuyang itu sosok hantu jadi-jadian Pak, kuyang menampakkan wujudnya dalam bentuk kepala perempuan berambut panjang dengan jantung, hati, dan usus, kuyang selalu mengincar bayi yang baru lahir dengan cara menghisap darah bayi hingga bayi mati dalam kondisi sekujur tubuh membiru, lelaku kuyang itu perempuan yang ingin awet muda dan ingin memiliki ilmu yang sakti, sebagai syarat awet muda dan ilmu yang sakti, kerjasama dengan setan untuk melepaskan tubuhnya menjadi kuyang”, ujar Pak Maning.
”Tanda-tanda kemunculan kuyang seperti apa Pak ?”, tanya Pak Candra.
”Eeeee, jadi begini Pak, tanda-tanda kuyang muncul ada sosok berwarna merah yang terbang di atas rumah dan bayi menangis tiada hentinya, sosok berwarna merah itulah yang berwujud kuyang, saya akan berikan penangkal kuyang kepada Bapak, ada sebungkus sekam, dan bawang putih, Bapak ambil segenggam sekam kemudian dilempar langsung tepat pada usus kuyang hingga merasakan perih dan akhirnya lenyap seketika, untuk bawang putih Bapak taruh di bawah bantal, jangan lupa Bapak taruh gunting di bawah gunting, itu saja solusi yang bisa saya berikan kepada Bapak”, ujar Pak Maning.
”Baik Pak terima kasih atas pertolongan Bapak, semoga saja bermanfaat bagi saya, saya mau pamit pulang dulu”, ujar Pak Candra.
”Sama-sama Pak Candra, ujar Pak Maning.
Seusai sowan dari rumah Pak Maming, Pak Candra pulang ke rumah kontrakan dengan membawa segenggam sekam dan bawang putih.
”Ini Bapak bawa apa ?”, ujar Bu Wati.
”Bapak bawa segenggam sekam dan bawang putih dari Pak Maning Bu untuk penangkal kuyang, jadi Ade menangis terus-menerus tiap malam gara-gara diganggu kuyang, Ibu jangan lupa untuk taruh gunting dan bawang di bawah bantal, ujar Pak Candra.
”Ya Pak”, ujar Bu Wati.
Malam harinya Bu Wati sembari manjaga rumah, beliau menaruh gunting dan bawang putih di bawah bantal sebagai penangkal gangguan makhluk halus. Tak lupa Pak Candra menyiapkan sebungkus sekam. Tepat jam 24.00, Saat Ade menangis di gendongan Pak Candra, Pak Candra melihat sosok berwarna merah terang menyala terbang di atas rumah. Pak Candra sudah menaruh curiga ini pasti sosok kuyang. Tak lama kemudian, sosok merah menjelma menjadi kuyang mendekat Pak Candra. Spontan Pak Candra melemparkan segenggam sekam tepat pada usus kuyang dan akhirnya kuyang lenyap seketika. Seketika Ade sudah tidak menangis lagi dan tertidur lelap. Pak Candra akhirnya bersyukur bahwa telah Ade tidak menangis terus-menerus.
Keesokan harinya, Pak Candra menyampaikan kabar gembira kepada Bu Wati.
”Bu, akhirnya setelah semalam Bapak mengusir kuyang, akhirnya Ade sudah nggak nangis lagi”, ujar Pak Candra.
”Syukurlah Pak kalau begitu, berkat bantuan Pak Maming akhirnya Ade sudah tidak mengganggu kuyang lagi”, ujar Bu Wati.
Malam-malam berikutnya, Ade sudah tidak menangis terus-menerus dan Ade tertidur pulas di gendongan Pak Candra. Pak Candra bersyukur sekali bahwa Ade sudah tidak diganggu kuyang.
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Ancaman Bom di Wisuda Unpar Bandung, 100 Polisi Berjaga Ketat!
-
Diangkat dari Kisah Nyata, Santet Segoro Pitu Sajikan Cerita Berdarah-darah
-
Permintaan Tes DNA Mengguncang Rumah Tangga, Suami Ini Tak Percaya Anaknya Sendiri Karena Warna Kulit
-
Biografi Candra Kusuma, Anggota DPRD Bogor yang Viral Gara-gara Skandal Dibocorkan Anak
-
Warga Klapanunggal Bongkar Aib Anggota DPRD Kabupaten Bogor, Candra Kusuma Soal Dugaan Perselingkuhan, Ini Buktinya!
Sastra
Terkini
-
Janji Menguap Kampanye dan Masyarakat yang Tetap Mudah Percaya
-
Kehidupan Seru hingga Penuh Haru Para Driver Ojek Online dalam Webtoon Cao!
-
4 Rekomendasi OOTD Rora BABYMONSTER yang Wajib Kamu Sontek untuk Gaya Kekinian
-
Dituntut Selalu Sempurna, Rose BLACKPINK Ungkap Sulitnya Jadi Idol K-Pop
-
Ulasan Film The French Dispact: Menyelami Dunia Jurnalisme dengan Gaya Unik