Scroll untuk membaca artikel
Munirah | Rico Andreano
Ilustrasi kobaran api. (Shutterstock)

Berjalan merangkak merintih kesakitan

Rintihan tiada berhenti kian menyiksaku

Tertatih-tatih perlahan demi perlahan

Berjalan lurus meraih ampunan dan syafaat-Mu

Hanya Engkaulah Tuhan satu-satunya kugantungkan jiwaku

Serasa tersiksa dengan azabmu yang kian pedih

Yang lebih pedih dari tajamnya mata pedang

Azabmu yang kian lama kian membuatku tak tahan

Rico Andreano