Kasus pembunuhan tampaknya masih marak terjadi di lingkungan. Seperti yang sempat ramai beberapa waktu lalu, tepatnya pada pertengahan Mei kemarin, Indonesia dikejutkan dengan pemberitaan mengenai penemuan jasad seorang anak di dalam sebuah kamar di Desa Bejen, Kabupaten Temanggung yang sudah meninggal sejak empat bulan lalu.
Anak yang masih berusia 7 tahun tersebut diketahui tewas akibat ditenggelamkan ke dalam sebuah bak mandi oleh dua orang oknum dukun. Diketahui, kedua orang tua dari korban yang meminta oknum dukun tersebut untuk merukyah anaknya karena anak tersebut dianggap nakal hingga "kerasukan" genderuwo. Kemudian kedua orangtuanya menyimpan jasad anaknya di dalam kamar hingga empat bulan lamanya.
Akibat perbuatan keji dari kedua orang tua dan oknum dukun tersebut, mereka akhirnya ditangkap polisi untuk dilakukan penyidikan lebih lanjut. Dalam kasus ini, keempat tersangka diancam dengan hukuman maksimal 20 tahun penjara atau maksimal seumur hidup.
Dalam menyelesaikan kasus ini, apakah ada peranan dari seorang psikolog forensik? Apakah psikolog forensikdapat membantu dalam mengungkap bukti-bukti dari peristiwa tersebut? Mari simak dalam ulasan berikut!
Psikologi forensik merupakan ilmu yang berkenaan dalam memecahkan suatu kasus hukum dengan melibatkan proses mental dan perilaku pada manusia yang berkaitan dengan kasus tersebut. Hasil asesmen dari perilaku dan proses mental pelaku dan korban dapat dijadikan bukti di pengadilan bila terbukti valid, lho!
Lalu, bagaimana peran psikolog forensik dalam kasus pembunuhan? Apakah psikolog forensik dapat membantu dalam mengumpulkan bukti?
Seorang psikolog forensik yang membantu pihak kepolisian, kejaksaan, atau pengadilan, bisa berperan dalam memecahkan suatu kasus hukum dengan mengkaji proses mental dalam diri manusia. Investigasi yang dilakukan oleh psikolog forensik digunakan dalam menentukan tersangka, mencari tahu motif tersangka, keterkaitan antara tersangka dengan korban, dan lain-lain. Perlu diingat bahwa tidak semua kasus hukum memerlukan psikolog forensik.
Dalam kasus ini, psikolog forensik dapat membantu penyidikan dengan melakukan asesmen kompetensi mental terhadap tersangka untuk mengetahui apakah terdapat keterbatasan pengetahuan pada tersangka, mengingat tersangka yang tidak menguburkan jenazah korban selama empat bulan karena mempercayai suruhan dari dukun tersebut.
Untuk memperkuat informasi dan bukti, psikolog forensik dapat memberikan wawancara kognitif kepada tersangka, atau wawancara yang dilakukan dengan menggali pengetahuan yang dimiliki yang berkaitan dengan peristiwa tersebut.
Selain itu juga, dalam proses penyidikan, psikolog forensikdapat melakukan wawancara terhadap saksi untuk mengetahui bagaimana perilaku dari tersangka selama beberapa bulan setelah korban tewas, wawancara tersebut dapat mengungkap apakah pelaku menunjukkan tanda-tanda merasa cemas atau diliputi rasa bersalah, apakah pelaku mencoba menghindar dari lingkungan, dan sebagainya.
Beberapa teknik tersebut tentunya dapat memberikan keterangan tambahan kepada pengadilan sebagai bahan pertimbangan untuk memberi vonis yang lebih berat atau sebaliknya justru meringankan tersangka.
Baca Juga
Artikel Terkait
Ulasan
-
Review Film Suffragette, Mengisahkan Perjuangan Hak Pilih Perempuan
-
Time After Time: Perjalanan Waktu yang Mengubah Segalanya
-
Mengungkap Kegilaan Tsurumi dan Misteri Harta Karun Ainu diGolden Kamuy Season 4
-
Kepekaan Luar Biasa Film Pangku yang Terlalu Jujur, Tulus, dan Mendalam
-
Fame Cafe Jambi: Suasana Santai, Rasa Juara, Bikin Tak Mau Pulang
Terkini
-
4 Face Wash Vegan dengan Centella Asiatica yang Aman untuk Kulit Sensitif
-
Kolaborasi Nessie Judge dan NCT Dream Tuai Kritik, Ini Alasannya!
-
Sinopsis Film Boss, Upaya Kocak Menolak Jadi Ketua Gangster
-
Investasi Paling Mahal Itu Kesehatan! Dokter Tirta Ingatkan Pola Makan Seimbang
-
Performa Monster! OPPO Find X9 Pro Siap Tantang Semua Flagship 2025