Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Dwi Oktaviani
Museum Ghibli di Mitaka, Jepang, berisi karya animator legendaris Hayao Miyazaki. (Shutterstock)

Film buatan Studio Ghibli yang rilis pada 1997 ini dianggap sebagai karya terbaik Hayao Miyazaki. Film Princess Mononoke ini menceritakan eksplorasi kompleks hubungan antara manusia dan alam, sebuah peringatan terhadap kerusakan yang dapat dilakukan kapitalisme dan industri. Film ini jelas bisa disaksikan oleh siapa saja, tetapi dari mana asalnya dan pengaruhnya bisa sedikit lebih membingungkan bagi penonton. 

Berikut ini kita simak seluk-beluk lebih jauh tentang "Princess Mononoke", seperti disadur dari screenrant.

1. Latar Tempat Terinspirasi dari Pulau Yakushima

Banyak film buatan Miyazaki menampilkan protagonis yang bersentuhan dengan dewa dan roh alam Jepang. Hutan di film "Princess Mononoke" penuh dengan hal itu. Desain hutan sendiri didasarkan pada lokasi kehidupan nyata, pulau Yakushima, yang terletak di ujung paling selatan Jepang. Situs warisan dunia ini hampir seluruhnya tertutup hutan lebat dan dipenuhi dengan hewan langka. 

2. Kodama: Roh pohon dari Cerita Rakyat Jepang

Makhluk putih kecil dengan sifatnya yang pendiam dan misterius muncul di beberapa scene film ini. Ternyata tokoh yang berperan sebagai pemandu jalan ini berasal dari cerita rakyat Jepang. Secara harfiah diterjemahkan sebagai ‘roh pohon’, Kodama secara tradisional menyerupai pohon itu sendiri, namun manusia tidak dapat membedakannya.

Ini berfungsi sebagai sarana untuk mencegah orang menebang pohon agar tidak mengganggu roh hutan. Fenomena gema yang ditemukan di hutan bisa dikatakan terkait dengan kekuatan Kodama. 

3. Pekerja Kota Besi yang Mengalami Kusta

Sepanjang sejarah tradisional Jepang, penderita kusta diusir dari kampung halaman mereka dan dikirim ke sanitorium yang terisolasi. Keluarga mereka akan dijauhi oleh tetangga mereka dan sering dipercaya bahwa, penyakit itu disebabkan oleh campur tangan Tuhan, sebagai hukuman atas dosa atau perilaku buruk dari pihak korban. 

Pada film "Princess Mononoke" para penderita kusta diberi tujuan dan kesempatan baru, di mana mereka bisa bekerja dan menjadi anggota masyarakat yang berguna berkat Lady Eboshi. 

4. Nama Ashitaka yang berarti “Esok yang Cerah”

Sebelum kedatangan pertama orang Tionghoa ke Jepang, Jepang tidak memiliki sistem penulisan formal. Karena itu, mereka mengadopsi karakter Tionghoa dan membentuknya ke dalam bahasa mereka sendiri. Ini berarti bahwa nama Jepang terdiri dari karakter yang sama atau disebut sebagai Kanji

Hal ini yang menyebabkan banyak nama anak perempuan dalam bahasa Jepang diakhiri dengan ‘ko’, misalnya. Ini berarti ‘anak’. 

Dalam "Princess Mononoke", nama protagonis Ashitaka terdiri dari karakter untuk ‘esok’ dan ‘cerah’. Ini kemungkinan merupakan pilihan yang disengaja oleh Miyazaki untuk menyiratkan bahwa protagonis ditugaskan untuk memimpin dunia menuju hari esok yang lebih cerah. 

5. San (Mononoke) berarti ‘Tiga’

Sebagai peran protagonis wanita, Princess Mononoke tidak pernah disebut dalam bahasa Jepang atau Inggris. Ini yang membingungkan banyak orang. Dalam film tersebut, dia disebut sebagai ‘San’ yang dalam bahasa Jepang berarti ‘tiga’. Ini adalah nama harfiah yang diberikan kepadanya oleh roh serigala Moro yang membesarkannya.

San adalah anak ketiga Moro, dan inilah mengapa nama itu dipilih. Meskipun sebenarnya bukan anak asli Moro, melainkan diselamatkan dan dibesarkan olehnya setelah orang tua San memberinya sebagai pengorbanan untuk menyelamatkan nyawa mereka sendiri. 

6. Mononoke berarti ‘Hal yang Tidak Diketahui’

Kata ‘Mononoke’ dalam bahasa Jepang memiliki sejarah panjang dan telah berkembang dari waktu ke waktu. Pemahaman dan penggunaan istilah yang lebih baru mengacu pada ‘hal yang tidak dapat diketahui’, kekuatan misterius dan penuh teka-teki, sulit untuk dilihat atau bahkan dipahami, semacam suatu kehadiran yang aneh.

Inilah maksud di balik pemanggilan San ‘Mononoke’ dalam film tersebut. Dia adalah anak serigala, sesuatu selain manusia yang dipandang sebagai semacam mitos urban.

7. Akar Sejarah Mononoke

Asal usul kata ‘Mononoke’ sebenarnya berasal dari periode Heian abad ke - 11 Jepang, di mana The Pillow Book kata tersebut merujuk pada penyakit mental yang diderita oleh seorang wanita. 

Beberapa tahun kemudian, The Tale of Genji (yang dianggap novel pertama di dunia) menjelaskan bahwa Mononoke adalah arwah orang mati yang bangkit dan menghuni, kemudian mengendalikan tubuh wanita yang masih hidup. 

8. Roh yang Datang dari Dewa Shinto

Meskipun 99% Jepang merupakan negara ateis, Shintoisme adalah agama tertua di Jepang. Shintoisme meletakkan dasar dari begitu banyak budaya, arsitektur, pakaian, dan seni bangsa yang masih digunakan dan dirayakan sampai sekarang. 

Panteon agama terdiri dari ribuan kami (dewa), yang semuanya memiliki hubungan intrinsik dengan alam. Di "Princess Mononoke", Kodama yang disebutkan, serta Moro dewa serigala, Roh hutan/Roh rusa dan dewa babi hutan bernama Nago, semuanya adalah kami yang berasal dari Shinto. 

9. Tema yang Terinspirasi dari Shinto

Shintoisme intinya adalah hubungan manusia dengan alam. Kamu dapat menarik kesamaan antara dewa-dewa Shinto dan dewa-dewa mitologi Yunani, dimana dewa-dewa tertentu bertanggung jawab atas aspek tertentu dari alam. 

Dalam film, pengaruh Shinto bahkan lebih dalam dari itu, mengeksplorasi bagaimana manusia mengkhianati dan meracuni alam, kehilangan hubungannya dengan kami

Dewa babi hutan alias Nago mati akibat peluru manusia dan menjadi marah besar, dan Moro telah bersumpah untuk melindungi putri manusia angkatnya, San dari bahaya dunia manusia. 

10. Sebuah Komentar Pasca Perang Dunia II

Secara khusus setelah peristiwa Perang Dunia II, Jepang memisahkan diri dari akar Shintonya. Meskipun Jepang telah ‘memodernisasi’ selama hampir seabad pada saat itu, akhir perang dan akhir kekaisaran Jepang yang memulai pergeseran besar Jepang menuju negara industri kapitalistik.

Miyazaki telah menggunakan "Princess Mononoke" sebagai pernyataan menentang perkembangan industri di Jepang. Dia ingin mengingatkan orang-orang Jepang tentang warisan dan tradisi mereka yang berfokus pada alam sebelum negara itu menjadi terlalu jauh. Dia percaya pada disiplin dan rasa hormat terhadap alam yang dapat ditawarkan Shinto, yang dia khawatirkan telah hilang selama beberapa dekade terakhir. 

Itu dia fakta-fakta seputar Film Princess Mononoke Studio Ghibli yang wajib kamu tahu.

Dwi Oktaviani