Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Nanang AH
Makam Prabu Maharaja Lingga Buana. (DocPribadi/jejakkangprabu).

Gunung Galunggung yang berada di Tasikmalaya, Jawa Barat, mungkin sudah sering terdengar di telinga kalian. Bahkan mungkin, beberapa dari kalian sudah pernah mengunjunginya. Namun, sesekali coba datang juga ke situs makam leluhur Kerajaan Galunggung. Lokasinya tidak jauh dari wisata Gunung Galunggung

Adalah situs makam walahir yang terletak di Desa Sukamulih, Kecamatan Sariwangi Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Komplek makam walahir yang luasnya sekitar 2 hektar ini berada di sebuah perbukitan. Areanya dipenuhi pepohonan besar, rimbun, dan sejuk, yang diperkirakan sudah tumbuh ratusan tahun. Pepohonan itu seakan menandakan bahwa situs makam ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu.

Tidak jauh dari sana, terdapat situs geger hanjuang yang menurut bukti sejarah sudah ada sebelum tahun 1111 M. Selain itu, ada pula batu mahpar yang masih berkaitan dengan sejarah leluhur Kerajaan Galunggung

Menurut kuncen setempat, Dodoh Kodariah, situs makam ini dikeramatkan oleh masyarakat sejak dahulu dan dipercayai merupakan makam leluhur kerajaan Galunggung. 

Bahkan, pengunjung bukan hanya warga Kabupaten Tasikmalaya, tapi didatangi dari luar daerah seperti Jakarta, Bandung, Cianjur dan daerah lainnya. 

Menurut Dodoh, kunjungan ke Situs makam Walahir ini bisa siang atau malam hari. Namun, saat malam, biasanya dikunjungi pada malam jumat.

"Mereka datang hanya untuk bersilaturahmi dan ingin mengetahui tentang situs makam ini yang dikeramatkan sejak dulu dan untuk mengambil karomah" ujarnya.

Di dalam area makam ini, terdapat tokoh-tokoh leluhur kerajaan Galunggung yang sering diziarahi pengunjung. Di antaranya Eyang Kuncung Putih, Ambu Saerah, Eyang H. Sembah Dalem Wirakusumah, Eyang Sembah Dalem Wiradadaha, Eyang Panjiseta, Eyang Dalem Tegal Munding, Eyang Dalem Gagak, Eyang Dayang Sumedang, Prabu Tajimalela, Prabu Maharaja Linggabuana, Batari Hyang Janapati dan lainnya.

Selain pemakaman para leluhur, ada juga peninggalan lainnya yaitu tujuh buah batu satangtung yang disebut Linggabuana. Tujuh batu satangtung ini diyakini sebagai tempat berkumpulnya Prabu Siliwangi dan para resi untuk bermusyawarah.

Menurut kuncen setempat, dari penulusuran baru, ditemukan 100 makam yang berhasil ditemukan setelah melalui proses pemugaran. Selebihnya, diprediksi masih ada ribuan makam yang ada di sana, dan sebelumya tertimbun letusan Gunung Galunggung di masa lampau.

Selain diziarahi pengunjung yang berwisata religi, menurut Dodoh, situs makam ini juga banyak dikunjungi pelajar yang ditugaskan oleh sekolah untuk menggali sejarah. 

Dengan adanya sekolah yang melibatkan pelajar sebagai generasi muda untuk berkunjung dan belajar, diharapkan akan tumbuh pengetahuan. Diharapkan pula nantinya Walahir menjadi bahan pembelajaran di masa yang akan datang, tentang semangat para leluhur dalam membangun sebuah tatanan kehidupan.

Nanang AH