Masa kecil kita tentu tidak terlepas dari permainan dan kartun Pokémon yang menemani keseharian. Setiap akhir pekan, kita dapat menyaksikan episode dari kartun yang satu ini ditemani dengan secangkir susu hangat dan camilan hingga kita lupa waktu. Beberapa dari kita juga memainkan permainan Pokémon di perangkat Nintendo yang kita miliki. Semua ingatan itu tentu menjadi nostalgia bagi kita semua.
Pengaruh kuat akan kehadiran Pokémon di masa kecil kita, masing-masing tidak terlepas dari kisah panjang yang ditempuh oleh franchise ini sehingga bisa mendominasi pasar dan pergolakan kultur global. Kali ini, mari kita bernostalgia bersama sekaligus belajar hal baru mengenai franchise masa kecil favorit kita.
Pokémon sebagai sebuah konsep
Pokémon tidak hanya hadir sebagai sebuah media kartun dan gim melainkan menjadi sebuah konsep. Konsep yang diusung oleh Pokémon sebenarnya sangat sederhana, tapi sangat ikonik. Konsep tersebut yakni menghadirkan monster-monster unik dan lucu dengan karakteristik dan keunggulannya masing-masing. Kemudian tugas kita sebagai seorang trainer yang berambisi untuk menjadi trainer terhebat adalah menangkap semua Pokémon di penjuru dunia dan melawan semua trainer yang lain.
Konsep ini menjadi ciri khas bagi franchise Pokémon baik dalam media gim, kartun anime, hingga permainan kartu. Berkat dari kesederhanaan konsep ini, banyak media lain yang ikut mengusung dan mengembangkan konsep ini. Seperti contohnya Digimon dan Bakugan. Keduanya juga telah menjadi franchise besar yang menyusul Pokémon.
Sebuah langkah kecil
Konsep sederhana tersebut lahir dari langkah kecil yang dilakukan oleh Satoshi Tajiri pada tahun 1989. Satoshi pada waktu itu adalah seorang designer yang memulai proyek-proyek kecil di sebuah majalah bernama Game Freak. Salah satu proyek yang ia garap bernama Pokémon yang diambil dari kata pocket yang berarti saku dan monsters.
Ia menggambar karakter-karakter unik berupa monster yang dikoleksi menggunakan sebuah bola yang mudah dibawa. Monster tersebut ditangkap menggunakan bola-bola tersebut dan tujuan kita adalah menangkap monster tersebut sebanyak-banyaknya. Ide tersebut muncul dari hobi Satoshi masa kecil yakni berburu serangga. Kemudian pada suatu Satoshi melihat Game Boy yang dikeluarkan oleh Nintendo dan berencana untuk memperkenalkan Pokémon melalui perangkat gim tersebut.
Pokémon dan Nintendo
Satoshi mendatangi kantor Nintendo untuk memperkenalkan idenya. Awalnya mereka belum memahami secara penuh konsep yang ia bawa, namun mereka sangat tertarik dengan desain karakter yang ia buat. Kemudian Shigeru Miyamoto, direktur dari Nintendo secara pribadi memberikan pengarahan sebagai mentor kepada Satoshi untuk mendesain sebuah gim. Pada akhirnya, Game Freak dan Nintendo bekerja sama untuk merilis gim Pokémon pertama yakni Pokémon Red and Blue.
Pokémon sebagai sahabat masa kecil penduduk di seluruh dunia
Kepopuleran Pokémon melejit ketika Nintendo merilis seri pertama Pokémon Red and Blue tersebut melalui Game Boy. Jutaan anak-anak di Jepang dan kemudian seluruh dunia jatuh cinta pada konsep sederhana yang dilahirkan oleh Satoshi dan penjualan Pokémon Red and Blue kian meningkat.
Suksesnya pemasaran Pokémon Red and Blue membuat Satoshi dan Miyamoto kembali mengembangkan seri Pokémon. Muncul beberapa generasi gim Pokémon hingga sekarang. Tidak hanya gim, Pokémon juga telah merambah ke media anime dan permainan kartu, sehingga menjadikan Pokémon sebagai sebuah franchise multimedia.
Berkat diangkat menjadi anime, anak-anak di Indonesia juga mulai keranjingan dengan Pokémon. Maka, Pokémon turut mewarnai keseharian anak-anak Indonesia, termasuk penulis, dan mungkin anda yang sedang membaca tulisan ini. Semoga tulisan ini dapat mengingatkan pembaca akan masa kecil yang berwarna bersama Pokémon!
Referensi
- Nutt, Christian. 2009. "The Art of Balance: Pokémon's Masuda on Complexity and Simplicity"
- Time. 1999. "The Ultimate Game Freak"
- Time. 1999. "Beware of the Pokemania"
Baca Juga
-
Mengenal Orang Tua Alyssa Daguise: Calon Besan Ahmad Dhani Ternyata Bukan Sosok Sembarangan
-
Profil Hestia Faruk: Tante Thariq yang Dahulu Sempat Dikenalkan ke Fuji
-
Menentukan Monster Sesungguhnya dalam Serial Kingdom: Manusia atau Zombie?
-
5 Langkah Awal Memulai Karier sebagai Desainer Grafis, Mulailah dari Freelance!
-
Menekuni Kegiatan Content Creating: Berangkat dari Hobi Menuju Karier
Artikel Terkait
-
Kisah Paladin yang Dibesarkan Mayat Hidup dalam Anime 'Saihate no Paladin'
-
Memasuki Arc Akihabara, Anime Demon Lord 2099 Merilis PV Terbaru
-
Manganya Berakhir, You and I Are Polar Opposites Siap Diadaptasi Jadi Anime
-
Sohwa Halilintar Bagikan Momen Masa Kecil Bersama Atta Halilintar, Sederhana Jauh dari Kata Mewah
-
Salaryman's Club: Anime Sports Kombinasi Olahraga dan Kehidupan Kantoran
Ulasan
-
Ulasan Novel 'Beautiful World, Where Are You': Menggali Makna Hidup dan Cinta
-
17 Tahun Itu Bikin Pusing: Inspirasi Menjadi Gen Z Tangguh Pantang Menyerah
-
Mengungkap Rahasia dan Ketegangan Rumah Tangga di Novel 'Imprisonment'
-
Kehidupan Seru hingga Penuh Haru Para Driver Ojek Online dalam Webtoon Cao!
-
Ulasan Film The French Dispact: Menyelami Dunia Jurnalisme dengan Gaya Unik
Terkini
-
Sudah Dapat Juara Dunia Keempat, Max Verstappen Masih Belum Puas?
-
Penasaran! 5 Misteri yang Muncul di Episode Awal Drama When The Phone Rings
-
Menang Piala Citra 2024, Ini 4 Rekomendasi Film Terbaik Nirina Zubir
-
Tolak PPN 12% Viral di X, Apakah Seruan Praktik Frugal Living Efektif?
-
Refleksi kasus 'Sadbor': Mengapa Influencer Rentan Promosikan Judi Online?