Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Sam Edy Yuswanto
Buku Motivasi Islam (DocPribadi/Samedy)

Kebahagiaan hidup sejatinya bersumber dari aktivitas atau amalan keseharian kita. Bila aktivitas sehari-hari bernilai positif, niscaya akan mendatangkan kepuasan dan kebahagiaan. Sebaliknya, bila keseharian kita lebih banyak diisi dengan beragam aktivitas yang mendatangkan mudarat atau tak bermanfaat, maka kebahagiaan akan sulit kita rasakan.

Hakikatnya, sumber kebahagiaan manusia terletak dari seberapa tinggi dia menghambakan diri kepada Tuhan. Hal ini dapat dilihat dari sebarapa banyak dia menaati setiap perintah-Nya dan menjauhi segala hal yang dilarang oleh-Nya. 

Dalam buku ‘The Happiness Story of Muslimah’, Mansyur Aliman menjabarkan sederet aktivitas atau amalan yang mendatangkan kebahagiaan. Ya, saya katakan mendatangkan kebahagiaan karena amalan-amalan tersebut dapat mengantarkan kita kepada kebahagiaan abadi kelak di surga-Nya.

Amalan yang dibahas oleh penulis dalam buku terbitan Araska (2021) ini seputar ibadah sunah yang telah dicontohkan oleh Baginda Rasulullah Saw. Secara bahasa, sunah artinya jalan atau petunjuk. Menurut istilah ilmu fikih, sunah adalah suatu amalan yang akan mendapatkan pahala jika dilakukan, tetapi tidak berdosa jika ditinggalkan. Jadi, ibadah sunah adalah ibadah yang bisa dilakukan dan bisa juga ditinggalkan. Orang yang melakukannya akan mendapatkan pahala, sedangkan yang meninggalkannya tidak mendapatkan pahala dan tidak pula berdosa.

Perlu dipahami bersama bahwa di antara teladan Rasulullah Saw. adalah kebiasaannya menjalankan ibadah sunah sebagai tambahan dari ibadah fardu. Dengan demikian, semestinya kita mengikuti kebiasaan beliau, yakni menjadi pengamal ibadah sunah dan selalu menjaganya dalam kehidupan sehari-hari.

 Ibadah sunah juga menjadi sebuah media agar kita dicintai oleh Allah Swt. Ibadah sunah merupakan salah satu cara agar Allah Swt. mencintai kita. Betapa nikmatnya ketika kita bisa meraih cinta Ilahi. Dengan dicintai oleh Allah, apapun yang kita kehendaki pasti diberikan, sehingga kesuksesan pun akan mudah diraih.

Salat Dhuha termasuk salah satu ibadah sunah yang dibahas dalam buku ini. Salat sunah ini akan mendatangkan keberkahan bagi umat Islam yang berusaha rutin menjalankannya. Penulis menjelaskan bahwa salat Dhuha merupakan ekspresi terima kasih kepada Allah Ta’ala atas nikmat sehat bugarnya setiap sendi tubuh kita. Menurut Rasulullah Saw. setiap sendi di tubuh kita berjumlah 360 sendi yang setiap harinya harus kita beri sedekah sebagai makanannya. Kata Nabi Muhammad Saw. salat Dhuha adalah makanan sendi-sendi tersebut.

Ada sebuah hadits yang menjelaskan tentang hal tersebut. Hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dan Abu Daud: “Pada setiap manusia diciptakan 360 persendian dan seharusnya orang yang bersangkutan (pemilik sendi) bersedekah untuk setiap sendinya.”

Lalu, para sahabat bertanya: ‘Ya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, siapa yang sanggup melakukannya?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan: “Membersihkan kotoran yang ada di masjid atau menyingkirkan sesuatu (yang dapat mencelakakan orang) dari jalan raya, apabila ia tidak mampu maka salah Dhuha dua rakaat dapat menggantikannya”.

Amalan yang mendatangkan pahala dan kebahagiaan selanjutnya yang diulas dalam buku ini yakni bersilaturahmi. Silaturahmi merupakan amalan ringan berpahala besar yang bisa dengan mudah dilakukan oleh setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Silaturahmi itu sendiri memiliki arti menyambung ikatan kekeluargaan. Manusia sebagai makhluk Allah yang tidak dapat hidup sendiri sudah selayaknya selalu berusaha menjalin silaturahmi dengan manusia lainnya. 

Perihal pentingnya menjalin ikatan silaturahmi, Rasulullah Saw. (hadits riwayat Bukhari Muslim) bersabda: “Barang siapa yang ingin supaya diluaskan rezekinya dan diakhirkan ajalnya, maka hendaklah mempereratkan ikatan kekeluargaannya.” Hadits ini menunjukkan anjuran Nabi agar kita mau menjalin silaturahmi dengan sesama manusia. Bersilaturahmi berarti membuka peluang dan sekaligus mengikat simpul-simpul informasi dan menggerakkan kehidupan.

Secara umum, amalan-amalan ibadah yang dibahas dalam buku ini berlaku bagi umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan (muslim dan muslimah). Karenanya, menurut saya, pemilihan judul buku ini kurang tepat karena tidak membahas secara khusus amalan untuk muslimah, meski dalam kata pengantarnya penulis telah menegaskan untuk mengkhususkan pada amalan-amalan ringan untuk para muslimah, dengan alasan agar pembahasan lebih terkonsentrasi dan tak melebar ke mana-mana. 

Selain itu, kesalahan penulisan juga masih dijumpai dalam buku ini, sehingga ada baiknya pihak penulis dan penerbit perlu untuk melakukan revisi ketika ingin menerbitkannya kembali. Terlepas dari kekurangan yang ada, buku ini layak diapresiasi dan bisa menjadi salah satu bacaan bermanfaat bagi umat Islam.

Sam Edy Yuswanto