Tak hanya sekali. Saya terus baca berulang-ulang sebagian cerita pendek dalam buku Nyamnyong karya Encep Abdullah ini. Pasalnya, lucu dan mendebarkan. Salah satu cerita yang menurut saya gokil, berjudul Solilokui Seekor Cecak. Sungguh berkali-kali saya ngakak.
Tokoh utama dalam cerpen Solilokui Seekor Cecak ini adalah seekor cecak. Encep membuka cerpen ini dengan bahasa yang cukup santai. Berikut kutipannya:
Orang-orang memanggilku Cecak. Mungkin kamu tahu wujudku seperti apa, menjijikkan bukan? Ya, sejenisku mungkin serupa monster kecil yang selalu berkeliaran di tembok-tembok, tiang listrik, dan sebagainya setiap malam. Mencari beberapa santap nikmatnya nyamuk yang berseliweran. Apalagi nyamuk-nyamuk itu usai mengisap darah manusia. Wah, rasanya nikmat sekali, tiada tara (hlm. 87).
Selanjutnya cecak itu menceritakan bahwa kini dirinya telah dewasa. Sudah saatnya menikah demi melahirkan cecak-cecak berikutnya sebagai penerus hidup. Namun ia tidak sama dengan cecak jantan pada umumnya. Ia adalah cecak yang pemalu dan lemah syahwat.
Dulu si cecak jantan ini pernah jatuh hati kepada cecak betina dan ingin mengawininya. Cecak betina malu-malu mendekatinya. Ekornya memberikan sinyal. Matanya menatap tajam. Dari jarak kira-kira tiga puluh sentimeter, tiba-tiba cecak betina menyerangnya. Ia gelagapan, lalu mengamuk. Dan tiba-tiba seorang anak kecil penghuni rumah itu menjepret cecak betina dengan gelang karet. Cecak betina seketika jatuh ke lantai dan dimasukkan ke dalam plastik.
Pada malam yang lain, cecak jantan menyaksikan di rumah itu banyak sekali para tamu. Nyamuk-nyamuk mengerubungi mereka dan menyedot darah mereka. Cecak sangat senang. Ia yang sudah kelaparan sebentar lagi akan kenyang. Nyamuk-nyamuk yang sudah gendut itu pun terbang ke sana ke mari, dari dinding satu ke dinding yang lain. Cecak menguntit dan terus mendekat. Saat menghampiri seekor nyamuk yang tidak begitu jauh dari posisinya, ternyata karet anak kecil itu kembali menyerangnya bertubi-tubi. Ekornya kena dan ia terjatuh tepat di malam Jumat itu.
Sementara cerpen yang mendebarkan, berjudul Cerita Cinta Orang Kanekes. Sapri, pemuda Kanekes jatuh cinta kepada seorang perempuan yang dikenalnya sejak tiga tahun yang lalu. Mirna, namanya. Cinta Sapri kepada Mirna tersandung adat. Mirna adalah wanita di luar sukunya. Sementara di mata ayah Mirna, Sapri tidak disetujui menjalin hubungan dengan Mirna. Karena Kanekes adalah suku Badui yang terpencil, terasing dan masyarakatnya terisolasi dari perkembangan dunia luar. Mirna bersikukuh tetap ingin menikah dengan Sapri. Ayahnya berang dan menyuruh Mirna keluar dari rumah. Keduanya pun kabur dari rumah menuju Kanekes.
Saat dihinggapi sepi selama berbulan-bulan, Ibu Mirna tiba-tiba kangen dan ingin mengunjungi Mirna ke Kanekes. Ibu Mirna akhirnya minta diantar seorang sopir. Namun, ia dan sopirnya sama sekali tidak tahu daerah Kanekes. Mirna sudah tidak bisa ia hubungi, anak itu sudah berganti nomor telepon sejak kakinya tak lagi menginjak rumah itu. Saat mendapatkan alamat yang jelas dengan bekal bertanya-tanya, si sopir melajukan mobil dengan sangat kencang. Sementara cuaca sedang tidak bersahabat dan hujan deras mengguyur. Ia melewati jalanan berkerikil dan berlubang. Saat hujan deras, air menggenangi seluruh lubang di jalan dan menjadikan perjalanan tersendat. Ibu Mirna tetap menyuruh sopir melajukan mobil dengan kencang meski suasana sangat berbahaya.
Saat itu Mirna tak sengaja keluar rumah dan jalan-jalan. Di tengah perjalanan Mirna melihat orang berkerumun. Rupanya ada mobil berplat merah jatuh ke sungai dari atas jembatan. Korban belum sempat dievakuasi karena menunggu polisi datang. Mirna mengerutkan dahi karena rupanya Mirna kenal plat mobil itu.
Selain itu, delapan cerpen lainnya juga tak kalah menarik dan seru. Membacanya hati seolah diaduk dengan berbagai rasa. Sedih, haru dan mendebarkan.
Baca Juga
-
Menkeu Purbaya Ancam Tarik Anggaran Program Makan Gratis jika Penerapannya Tidak Efektif
-
Ferry Irwandi Ungkap Jumlah Orang Hilang pada Tragedi 25 Agustus yang hingga Kini Belum Ditemukan
-
Nadya Almira Dituding Tak Tanggung Jawab Usai Tabrak Orang 13 Tahun yang Lalu
-
Vivo V60 Resmi Rilis, Andalkan Kamera Telefoto ZEISS dan Snapdragon 7 Gen 4
-
Review Buku Indonesia Merdeka, Akhir Agustus 2025 Benarkah Sudah Merdeka?
Artikel Terkait
Ulasan
-
Review Film Death Whisperer 3: Hadir dengan Jumpscare Tanpa Ampun!
-
Ulasan Novel Terusir: Diskriminasi Wanita dari Kacamata Budaya dan Sosial
-
Review Film Tukar Takdir: Kisah Penyintas yang Menyayat Hati!
-
Review Film Rangga & Cinta: Sekuel AADC yang Lebih Emosional dan Musikal!
-
Surat-Surat yang Mengubah Hidup dalam Novel Dae-Ho's Delivery Service
Terkini
-
Review Vivo V60 Lite: Tampilan Mewah ala iPhone dengan Harga Lebih Ramah
-
Diproduseri Cillian Murphy, Sekuel Serial Peaky Blinders Resmi Digarap
-
Kevin Diks dan Upgrade Karier Profesionalnya yang Timbulkan Sedikit Kekecewaan
-
Gender Reveal! Nino Fernandez dan Steffi Zamora Siap Miliki Anak Perempuan
-
Rizky Kabah, TikToker yang Dilaporkan Hina Suku Dayak?