Buku Ahed Tamimi (Mizan, 2018) karya Manal Tamimi ini merangkum perjuangan mengharu biru gadis Palestina berusia 16 tahun, bernama Ahed Tamimi, dalam melawan ketidakadilan serta kesewenangan tentara Israel. Meski pada akhirnya ia bersama ibu kandungnya dijebloskan ke dalam penjara, tetapi Ahed Tamimi berusaha kuat dan tegar menjalaninya.
Kisah bermula ketika Ahed Tamimi bersama temannya, Nour Tamimi, tengah berada di kebun pribadi mereka. Lalu, datang tentara-tentara Israel dari pasukan pendudukan. Tentu saja kedatangan mereka itu tidak diundang. Mereka berdua lantas dengan penuh keberanian mengusir tentara-tentara tersebut.
Singkat cerita, Ahed merasa geram dan menampar seorang tentara Israel. Hal itu menyebabkannya ia digelandang ke dalam penjara. Kejadian penamparan tersebut sempat direkam oleh Nariman, ibunya Ahed, dan tak lama kemudian menjadi viral di media sosial hingga melahirkan empati serta perhatian dunia (Ahed Tamimi, halaman 18).
Kegeraman dan kemarahan Ahed ternyata tak hanya disebabkan oleh kedatangan para tentara itu tanpa permisi. Beberapa menit sebelumnya, seorang tentara Israel berhasil menembak sepupu Ahed, yakni Mohammad Tamimi, yang berusia 15 tahun hingga membuatnya koma. Maka tak heran bila kemarahan Ahed menjadi-jadi saat para tentara tersebut tiba-tiba datang tanpa alasan yang jelas dan memasuki kebun keluarganya.
Sebenarnya kesewenangan para tentara Israel itu telah lama dialami oleh keluarga Ahed dan rakyat Palestina lainnya. Dulu, ibunya Ahed pernah ditembak di bagian kakinya hingga mengharuskannya menggunakan kruk. Lantas tak berapa lama kemudian, Abu Yazan, adik lelaki Ahed yang baru berusia 11 tahun, dibawa kabur oleh tentara Israel. Ahed beserta perempuan-perempuan lainnya pun segera memburu tentara itu dan berusaha menyelamatkan sang adik (Ahed Tamimi, halaman 57).
Jim Fitzpatrick, seniman Irlandia yang pernah melukis gambar ikonik terkenal pejuang revolusioner Che Guevara, telah melukis Ahed sebagai wonder women pemberani dan menyumbangkan lukisan tersebut secara gratis untuk gerakan kemerdekaan Palestina. Ya, sosok Ahed telah menjadi emblem ikonik untuk gerakan positif tersebut. Gerakan melawan ketidakadilan para tentara Israel, sekaligus gerakan kemerdekaan untuk seluruh rakyat Palestina (Ahed Tamimi, halaman 41).
Kisah Ahed Tamimi semoga dapat dijadikan sebagai renungan panjang bagi pembaca agar jangan pernah takut melawan ketidakadilan dan kesewenangan yang terjadi di sekeliling kita.
Baca Juga
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
-
Ulasan Buku Setengah Jalan, Koleksi Esai Komedi untuk Para Calon Komika
-
Ulasan Buku Jadilah Pribadi Optimistis, Lebih Semangat Mengarungi Kehidupan
-
Rangkaian Kisah Penuh Hikmah dalam Buku Berguru pada Saru
-
Pentingnya Memiliki Prinsip Hidup dalam Buku Menjadi Diri Sendiri
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel 'Bumi Manusia' karya Pramoedya Ananta Toer: Sejarah Kolonial
-
Merenungkan Makna Hidup Melalui Novel Khutbah di Atas Bukit
-
Titik Nadir Gaza? UNRWA: Tak Ada Lagi Harapan, Pasokan Kemanusiaan Kritis
-
Ulasan Novel Aroma Karsa: Ambisi Mencari Kejayaan Lewat Teka-teki Wewangian
-
Resensi Novel The Infinite Quest, Kasus Penculikan dan Teknologi Awet Muda
Ulasan
-
Aksi Heroik Seorang Mantan Tentara dalam Melawan Teroris dalam Film Cleaner
-
Review Anime Ranma 1/2, Komedi Klasik dengan Sentuhan Modern
-
Ulasan Novel 'Bumi Manusia' karya Pramoedya Ananta Toer: Sejarah Kolonial
-
Merenungkan Makna Hidup Melalui Novel Khutbah di Atas Bukit
-
There's Still Tomorrow: Perjuangan Ibu Lawan KDRT Demi Masa Depan Anak
Terkini
-
Apa yang Ditinggalkan Pemudik di Kampung Halaman?
-
Debut dalam Laga Lawan China, Mampukah Emil Audero Penuhi Ekspektasi?
-
Solar MAMAMOO 'Want,' Lagu Penyemangat untuk Menyambut Kisah Cinta Baru
-
Film M3GAN 2.0 dan Ancaman Baru yang Lebih Sangar!
-
Summer Game Fest 2025 Hadir 6 Juni, Semoga Tidak Ada Kabar Mengecewakan!