Anak didik merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Seiring berkembangnya metode pengajaran, paradigma pendidikan saat ini pun tidak lagi menjadikan peserta didik sebagai objek pembelajaran, tetapi juga menjadi subjek. Anak didik ikut berpartisipasi dalam menentukan arah kebijakan pendidikan. Dengan mengikutsertakan anak didik pada proses pembelajaran, mereka tidak hanya semakin kaya ilmu, tetapi juga dapat mengaplikasikannya pada kehidupan sehari-hari (Humor Guru Sufi, halaman 18).
Bicara tentang pendidikan untuk anak, memang sesuatu yang penting dan tak boleh diabaikan oleh setiap orang tua dan para guru. Pendidikan menjadi sarana bagi setiap anak untuk memperoleh berbagai ilmu pengetahuan, terlebih pengetahuan agama, yang akan berguna bagi kehidupannya kelak.
Dalam proses pendidikan, seyogianya melibatkan banyak pihak. Tak hanya guru dan orangtua saja yang terlibat di dalamnya. Tetapi juga anak didik. Keterlibatan anak didik dalam proses belajar mengajar misalnya dengan cara mengarahkan atau mengajak mereka untuk berani berbicara, menyampaikan gagasannya, bahkan mengutarakan persoalan-persoalan yang dihadapinya untuk dipecahkan bersama.
Seorang guru perlu membekali dirinya dengan sifat humor. Jadilah guru yang humoris agar anak-anak tidak merasa spaneng dan tidak bosan saat belajar di dalam kelas. Tentu saja humor yang diciptakan oleh seorang guru bukanlah humor asal, humor yang tak bermutu, tetapi humor yang disampaikan seyogianya dapat menghibur sekaligus memiliki pesan-pesan yang baik untuk anak.
Dalam buku Humor Guru Sufi (2018), A Kang Mastur menjelaskan, humor yang dibangun pada proses pembelajaran tentu merupakan joke yang menyenangkan, sebagaimana disebut Morreal, dengan mengajak komunikan (peserta didik) mengalihkan perhatian dari hal yang benar-benar serius ke kondisi yang nyaman dan rileks. Humor di ruang pembelajaran bertujuan mengajak peserta didik untuk “bermain” dengan kondisi serius. Kondisi ini tentu dapat menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.
Guru yang menyampaikan materi dengan monoton dan tidak menghibur cenderung menyebabkan suasana kelas tidak menggairahkan. Tanpa dihiasi rasa humor, bisa saja peserta didik malah semakin terbebani ketika menerima pelajaran. Keadaan tersebut juga bisa menyebabkan suasana kelas menjadi tidak bergairah, lesu, dan tertekan. Kondisi seperti ini secara tak langsung dapat menghambat prestasi peserta didik. Sebab, penyampaian materi yang hanya tekstual dan monoton kadang sulit untuk dipahami oleh peserta didik (Humor Guru Sufi, halaman 64).
Melalui buku berjudul Humor Guru Sufi karya A Kang Mastur ini para guru dapat menambah wawasan tentang pentingnya menjadi guru yang humoris dan menyenangkan. Guru yang disukai dan dirindukan oleh murid-muridnya. Selamat membaca.
***
Baca Juga
-
Seni Mengatur Waktu dengan Baik dalam Buku "Agar Waktu Anda Lebih Bermakna"
-
Buku Perjalanan ke Langit: Nasihat tentang Pentingnya Mengingat Kematian
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ulasan Novel One Golden Summer: Kisah Cinta yang Tumbuh dari Musim Panas
-
Ulasan Novel The Good Liar: Topeng Kebaikan di Lembah Para Pendusta
-
Review Film Speak No Evil, Sikap Diam yang Memberikan Masalah Baru
-
Ulasan Buku Strategi Najmah: Ketika Madrasah Tumbuh di Tangan yang Tepat
-
Tips Selesaikan Tugas di Jangan Memulai Apa yang Tidak Bisa Kamu Selesaikan
Terkini
-
3 Nama Pelatih yang Bisa Gantikan Gerald Vanenburg di Ajang Sea Games 2025
-
PPAD Jenguk Puluhan Purnawirawan TNI AD di RSPAD: Bentuk Perhatian di HUT ke-22
-
Semarak Perlombaan dan Talenta Singa di Perayaan Hari Anak Nasional 2025 Karawang
-
Choi Min Shik dan Han So Hee Siap Bintangi Film "The Intern" Versi Korea
-
Redmi Note 14 SE 5G Resmi Meluncur, Usung Mediatek Dimensity 7025 Ultra