Setelah sukses dalam serial sebelumnya seperti Squid Game dan Single’s Inferno, kini muncul serial Netflix terbaru dan terfavorit yang melanda dunia, tak lain adalah serial remaja tentang zombie, All Of Us Are Dead. Serial yang menceritakan sekelompok siswa yang bertarung dengan orang-orang terdekan mereka untuk bertahan hidup setelah banyak dari mereka berubah menjadi zombie. Tanpa sumber daya apa pun, para siswa yang masih bertahan harus mencari cara untuk tetap aman agar mereka tidak terjangkit virus dan bergabung dengan gerombolan zombie.
Selain alur cerita yang unik dan karakter yang diperankan oleh aktor muda, para penonton juga menyadari banyak detail menarik dalam setiap adegan dalam serial ini. Secara khusus, yang menjadi pusat perhatian penonton adalah seragam sekolah yang dikenakan oleh para siswa. Dibandingkan dengan kebanyakan seragam siswa lain yang telihat di Korea, seragam siswa di All Of Us Are Dead terlihat berbeda karena warna hijau botolnya.
Namun, sepertinya ada alasan nyata untuk soal pemilihan warna, dan bukan hanya karena terlihat bagus seperti seragam biasanya. Dalam wawancara baru-baru ini dengan sutradara Lee Jae Kyoo, ia mengungkapkan beberapa informasi dari serial itu dan makna tersembunyi di balik apa yang dapat dilihat penonton dilayar.
Ia mengungkapkan bahwa agar All Of Us Are Dead benar-benar berdampak banyak dalam pemikiran yang masuk ke dalam warna dan adegan pencahayaan di setiap bidikan, baik itu di dalam sekolah di siang hari atau para siswa yang mencoba bertahan hidup di malam hari.
Sutradara kemudian menjelaskan bahwa seragam sekolah pun harus dipikirkan dengan hati-hati, dan warna yang dipilih untuk alasan yang tidak wajar. Baginya warna darah yang merah sangat kontras dengan seragam hijau para siswa, sehingga akan lebih menonjolkan intensitasnya. Secara khusus, ada juga makna yang digunakan seniman, yaitu warna komplementer, atau yang artinya berlawanan pada roda warna.
Warna komplementer berarti satu warna yang berada diseberang warna yang dipilih adalah lawan dari warna tersebut. Dengan alasan, banyak yang percaya bahwa warna komplementer memberikan ketegangan visual yang sangat signifikan.
Dengan peringkat penayangan yang terus naik, pasti akan lebih banyak informasi yang dibagikan kepada penggemar dari para pemerannya. Detail kecil ini membuktikan kesuksesan serial zombie All Of Us Are Dead memang pantas, mengingat betapa banyak pemikiran yang masuk ke setiap bagian adegan pertunjukkan.
Baca Juga
-
Nongkrong Asyik di Dapur Putih Heritage, Restoran Bergaya Kolonial di Metro Lampung
-
Mengenal Agartha, Kota Legendaris yang Muncul dalam Series Baru "Joko Anwar's Nightmares and Daydreams"
-
Sudiono House, Kafe Homey di Bandar Lampung Serasa Rumah Sendiri
-
5 Fakta Unik Cek Khodam yang Lagi Viral di Medsos, Hiburan dengan Sentuhan Mistis
-
Daja Heritage, Kafe ala Eropa di Bandar Lampung Cocok untuk Fine Dining
Artikel Terkait
-
Pelatih Korsel Masih Shock Dihajar Timnas Indonesia U-17: Kok Bisa Kalah
-
Sinopsis Serial Malaysia Bidaah, Ramai di Indonesia gegara Walid
-
Mengenal Oh Haram, Pemain Korea Selatan U-17 yang Namanya Curi Perhatian Netizen Indonesia
-
Ulasan Serial Study Group: Belajar atau Berantem, Siapa Takut?
-
Tersentuh Dikuatkan Fans Saat Manggung di Jakarta, Jay B Spoiler Album Baru
Ulasan
-
Review Film Dead Teenagers: Lima Remaja Berjuang Bertahan Hidup dalam Ancaman
-
Aksi Heroik Seorang Mantan Tentara dalam Melawan Teroris dalam Film Cleaner
-
Review Anime Ranma 1/2, Komedi Klasik dengan Sentuhan Modern
-
Ulasan Novel 'Bumi Manusia' karya Pramoedya Ananta Toer: Sejarah Kolonial
-
Merenungkan Makna Hidup Melalui Novel Khutbah di Atas Bukit
Terkini
-
5 Poster Karakter Pemain Utama Film Korea The Old Woman with the Knife
-
Dehumanisasi Digital: Saat AI Mengambil Peran Manusia
-
Grok dan Letupan Kritik saat Demokrasi Makin Tercekik
-
Hajar Yaman, 3 Faktor Ini Buat Timnas Indonesia U-17 Sukses Menang Telak?
-
Piala Asia U-17: Pasukan Garuda Muda Harus Paksakan Kemenangan saat Hadapi Yaman!