Bagi sebagian orang, mengelola keuangan adalah hal yang bisa jadi memusingkan. Jangankan tentang perhitungan rasio, tabungan, hingga utang-piutang, melakukan budgeting harian saja terkadang sudah dinilai ribet.
Bahkan ada yang menganggap bahwa melakukan perencanaan keuangan adalah hal yang sia-sia. Khususnya golongan ekonomi menengah ke bawah. Menurut mereka, merencanakan keuangan atau nggak, kondisinya tetap begitu-begitu saja. Hidup pas-pasan dari gaji ke gaji.
Tapi, perencanaan keuangan atau finansial planning adalah sesuatu yang amat penting dipelajari entah kita berasal dari golongan mana pun.
Justru saat kita punya kecerdasan finansial, kita bisa mengatasi berbagai masalah keuangan dengan perencanaan yang matang. Mulai dari melunasi utang hingga menabung untuk rencana masa depan.
Biar tidak terkesan ribet, kita butuh belajar dari referensi yang memuat penjelasan mudah dan sederhana. Salah satu buku yang menurut saya memenuhi kualifikasi di atas adalah buku berjudul 'In What Stage are You' karya Tejasari Asad.
Sebagaimana judulnya, buku ini berisi pembahasan tentang kiat praktis untuk melakukan financial check-up terhadap kondisi keuangan.
Jadi, kita nggak perlu takut untuk mengecek kondisi keuangan. Khususnya ketika nyadar kalau kondisi keuangan lagi nggak baik-baik aja.
Hal yang saya sukai dari buku ini adalah kita nggak sekadar diajari hitung-hitungan tentang financial planning, tapi bagaimana mencari solusi dari perhitungan matematis tadi.
Tahap pertama kita akan diarahkan buat mengukur seluruh rasio yang jadi variabel penting untuk mengukur tingkatan finansial.
Tapi tenang aja, perhitungannya cukup sederhana. Perhitungan ini nggak bakalan bikin otak mumet. Penulis juga memberikan contoh tentang implikasi dari hasil perhitungan tadi. Misal nih, jika rasio cicilan lebih dari 35% penghasilan, artinya kondisi finansial kita lagi mengkhawatirkan.
Tapi untuk menyimpulkan, kita masih butuh untuk mengisi check-list dari beberapa perhitungan rasio lainnya, seperti rasio tabungan, dana darurat, utang, dan aset investasi.
Kalau semua sudah dihitung, penulis bakal ngasih kita arahan untuk menilai sendiri tentang 'in what stage are you' dalam financial check-up ini.
Tahapan finansial tersebut terdiri atas financially shocked, yang merupakan tahapan keuangan terendah. Yakni sebuah kondisi ketika seseorang punya utang berlebihan, nggak ada tabungan dan investasi sama sekali.
Kemudian ada tahapan financially stressed, yakni kondisi keuangan yang sudah lebih baik. Umumnya sudah memiliki aset dasar seperti rumah atau kendaraan. Akan tetapi masih merasa stres tiap bulan karena mikirin cicilan yang lumayan besar dan nggak ada dana darurat.
Selanjutnya adalah tahap financially stressless yang bisa dibilang jadi zona aman. Nggak punya utang dan punya dana darurat minimal 3 kali biaya hidup. Tapi kondisi ini belum bisa dikatakan mapan karena belum punya aset untuk menopang masa depan.
Lalu dua tahapan terakhir adalah financially stressfree, yang udah punya aset tapi masih harus terus bekerja untuk dana masa depan, lalu financially free yang merupakan kondisi ketika kita dinyatakan bebas secara finansial yang menjadi cita-cita semua orang.
Nah, penulis akan menyertakan solusi konkret yang bisa kita lakukan biar gampang untuk berproses menuju tahapan kondisi financially free di atas.
Jadi, pada intinya, kita nggak boleh takut untuk menghadapi kenyataan tentang gimana hasil dari financial check up kita sendiri. Kalau sekarang lagi nggak punya budget untuk menyewa jasa financial planner profesional, buku ini bisa jadi guide yang tepat untuk para pemula.
Selain dibahas dengan mudah dan praktis, buku ini juga dikemas dengan berbagai ilustrasi yang memanjakan mata. Jadi nggak ngebosenin dan bikin betah saat dibaca.
Nah, bagi Sobat Yoursay yang masih newbie soal financial check-up, buku ini bisa menjadi referensi yang mudah untuk dipahami!
Baca Juga
-
Ulasan Buku Timeboxing: Atur Waktu di Era Digital Biar Hidup Nggak Chaos
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
Artikel Terkait
-
Pentingnya Melek Teknologi Digital, Bisa Membantu Bijak Kelola Uang Loh
-
Ulasan Buku Broke Millennial, Solusi Cerdas untuk Mengelola Keuangan
-
3 Rekomendasi Buku yang Dapat Membantu Mengelola Keuanganmu
-
Agar Tak Terjebak Doom Spending, Ini Tips Mengelola Keuangan untuk Gen Z
-
Tips Mengelola Keuangan di Usia 40-an: Dana Pensiun Tak Boleh Ditunda!
Ulasan
-
The Killer Question: Ketika Kuis Pub Berubah Jadi Ajang Pembunuhan
-
Film What's Up With Secretary Kim, Semenarik Apa sih Adaptasi Drakor Ini?
-
Raisa Mengubah Pasrah Menjadi Self-Respect Bertajuk Terserah di Ambivert
-
Makjleb! 3 Amanat Satir dalam Film Kang Solah from Kang Mak x Nenek Gayung
-
Relate Banget! Novel Berpayung Tuhan tentang Luka, Hidup, dan Penyesalan
Terkini
-
Bye-bye Stres! 10 Hewan Peliharaan Ini Bikin Rumah Bahagia Tanpa Repot
-
Psywar Berujung Petaka: Lamine Yamal Gigit Jari di El Clasico, Real Madrid Tertawa!
-
Respons Ririn Dwi Ariyanti usai Jonathan Frizzy Beri Kode Gelar Pernikahan
-
Bob Odenkirk Main Film Crime Thriller Bertajuk Normal, Ini Sinopsisnya
-
4 Krim Retinol untuk Anti-Aging, Efektif Kurangi Flek dan Kerutan di Wajah