Consent atau konsen merupakan bentuk persetujuan yang diberikan oleh seseorang bagi orang lain untuk melakukan atau mengakses sesuatu.
Pada prinsipnya, kita wajib untuk meminta izin untuk mengakses apapun yang bukan otoritas kita.
Consent dalam hubungan seksual perlu diperhatikan agar pasangan dapat membiasakan diri terhadap persetujuan atas hak-hak fisik, mental, dan batasan emosional.
Apa saja dampak tidak dipahaminya consent dalam kasus kekerasan seksual?
1. Korban dinikahkan dengan pelaku
Pemahaman akan consent sayangnya masih menjadi krisis yang dapat berdampak krusial, terutama ketika masih kentalnya budaya misoginis dan patriarkis dalam masyarakat.
Salah satunya adalah kasus pemerkosaan yang berujung pada kehamilan korban, biasanya keluarga korban atau pihak yang memediasi meminta pertanggungjawaban pelaku dengan cara menikahi korban.
Anggapan bahwa setelah menikahkan pelaku dengan korban segala masalah terselesaikan, padahal ini tidak menjamin bahwa kebutuhan korban akan terpenuhi, terlebih justru menikahkan pelaku dengan korban dapat memperparah perlakuan kasar pelaku terhadap korban.
2. Korban ikut dihukum bersama pelaku
Kekerasan seksual yang terjadi dianggap sebagai aktivitas suka sama suka sehingga dianggap bahwa korban melakukan perzinahan dan harus dihukum.
3. Kekerasan seksual dalam relasi dianggap tidak ada
Relasi seringkali dianggap sebagai kepemilikan, contohnya dalam pacaran. Kekerasan dalam pacaran dapat terjadi pada siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan.
Seseorang dapat melakukan pemaksaan aktivitas seksual tanpa adanya consent yang sah dari pasangannya. Pemaksaan ini biasanya dilakukan oleh pihak yang lebih berkuasa dalam hubungan dengan memberikan ancaman atau tekanan psikologis.
Berikut 5 syarat dipenuhinya suatu 'consent':
1. Freely given
Consent harus diberikan secara sadar dan tanpa tekanan dari pihak lain, atau tidak berada di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan.
2. Reversible
Semua orang berhak untuk mengubah keputusannya sehingga consent dapat dibatalkan kapanpun.
3. Informed
Consent dapat diberikan ketika kita sudah mengetahui akan dampak, konsekuensi, serta risiko atas tindakan yang akan dilakukan. Ketika kita sudah mengetahuinya, kita dapat mencegah terjadinya paksaan dan mendapatkan proteksi untuk diri sendiri.
4. Enthusiastic
Selain harus diberikan secara sadar, consent harus diberikan atas keinginan dari diri sendiri dan bukan dari dorongan atau permintaan dari pihak lain.
5. Specific
Consent bersifat spesifik dan hanya berlaku pada kegiatan spesifik yang telah disetujui. Contohnya, jika consent diberikan hanya untuk meminjam handphone untuk mengirim pesan, bukan berarti consent juga diberikan untuk melihat isi pesan dengan orang lain.
Konsep pemberian consent perlu diajarkan sedini mungkin untuk membiasakan kita terhadap persetujuan atas hak-hak fisik, mental, dan batasan emosional.
Baca Juga
-
Rekomendasi Serum Lokal dengan Centella Asiatica yang Affordable Banget!
-
3 Rekomendasi Gel Cleanser Lokal yang Nggak Bikin Kulit Ketarik
-
Looke Cosmetics Hadirkan Lipcream yang Sesuai dengan Personality, Kamu yang Mana?
-
Rekomendasi Sunscreen Lokal Versi Travel Size untuk Kamu yang Suka Travelling, Anti Ribet!
-
3 Rekomendasi Face Oil untuk Kulit Berjerawat, Tertarik Mencoba?
Artikel Terkait
Ulasan
-
Review Film Monsieur Hire: Gemuruh Cinta yang Terpendam di Seberang Jendela
-
Nine Chicken Jambi, Surganya Pecinta Ayam Pedas Kekinian di Kota Jambi
-
Ulasan Novel Of Earthly Delights: Rahasia Gelap Taman Keluarga Hargrove
-
Ulasan Buku Cara Kreatif Mengatasi Kejenuhan Bekerja: Solusi Ketika Burnout
-
Antara Luka dan Harapan: Mengupas Nilai Unik di Balik 'Desiran Angin Laut'.
Terkini
-
Clean dan Stylish! Sontek 4 Ide OOTD Smart Casual ala Kim Min Kyu
-
Rangkaian 25 Tahun Sanggar Anak Alam: Pasar Pangan Sehat hingga Sinau Bareng Kiai
-
4 Daily Outfit Simpel ala Winwin WayV yang Gampang Buat Kamu Sontek!
-
Patrick Kluivert Nilai Lini Depan Buruk, Dua Nama Ini Bisa Jadi Solusi Timnas Indonesia
-
4 Ide Mix and Match Celana Pendek ala Selebgram Pimtha, Fresh dan Trendi!