Setiap manusia tentu membutuhkan kehadiran manusia lainnya. Ini artinya, setiap manusia memiliki andil dalam kesuksesan manusia lainnya. Oleh karena itu, setiap manusia hendaknya selalu berbuat baik terhadap sesamanya, saling tolong-menolong saat ada teman, tetangga, atau saudara yang sedang dalam kesulitan.
Jangan lupa, ucapkan terima kasih setiap kita mendapat bantuan dari orang lain. Ucapan terima kasih juga dapat dimaknai sebagai tanda syukur kita karena Allah Swt. telah memberikan perantara seseorang untuk membantu kesulitan yang sedang kita hadapi. Jangan sampai kita menjadi orang yang tahu berterima kasih, tak tahu diuntung, atau tak tahu balas budi.
Terkait pentingnya kita membiasakan mengucap kata terima kasih, ada penjelasan menarik yang saya temukan dalam buku 30 Memo Buat Para Aktivitis Dakwah karya Dr. Aidh Abdullah Al-Qarni, MA. Begini penjelasannya: seorang da’i harus terbiasa memuji orang-orang yang selalu berbuat kebajikan dan berterima kasih terhadap orang yang berbuat baik kepadanya, sebab bila dia terbiasa memuji orang-orang seperti ini, maka mereka akan menyadari bahwa dia menghargai kedudukan mereka dan bahwa dirinya pandai membalas budi.
Sedangkan bila Anda tidak pernah peduli dengan orang yang telah berbuat baik kepada Anda tanpa mengucapkan rasa terima kasih dan tak mempedulikan orang yang bersalah, baik dengan mencelanya atau mengingatkannya, maka seakan Anda belum melakukan sesuatu. Anda harus mengatakan kepada orang yang berbuat kebajikan, “Ahsanta” (apa yang telah Anda lakukan ini bagus) dan terhadap orang yang berbuat kesalahan “Asa’ta” (apa yang telah Anda lakukan ini tidak bagus). Tentunya di dalam melakukan hal itu semua harus secara etis (30 Memo Buat Para Aktivitis Dakwah, halaman 57).
Dalam buku ini, Dr. Aidh Abdullah Al-Qarni, MA. Menguraikan, orang-orang yang sudah berumur (tua) di antara mereka sangat suka bila Anda menyambut mereka dan menghargai posisi mereka sebagai orang yang sudah tua, sudah lebih dahulu berbuat ketaatan daripada Anda, serta sudah lebih dahulu ber-Islam daripada Anda. Sehingga dengan begitu, Anda dapat mengukurnya sesuai dengan posisi mereka.
Para pembaca, khususnya para dai atau pendakwah, perlu membaca buku 30 Memo Buat Para Aktivitis Dakwah karya Dr. Aidh Abdullah Al-Qarni, MA ini, sebagai salah satu bahan referensi dalam berdakwah dengan santun dan bijaksana.
Tag
Baca Juga
-
Rahasia Kebahagiaan dalam Buku 'Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan'
-
Cara Menghadapi Ujian Hidup dalam Buku Jangan Jadi Manusia, Kucing Aja!
-
Ulasan Buku Sukses Meningkatkan Kualitas Diri, Panduan Praktis Meraih Impian
-
Ulasan Buku Jangan Mau Jadi Orang Rata-rata, Gunakan Masa Muda dengan Baik
-
Panduan Mengajar untuk Para Guru dalam Buku Kompetensi Guru
Artikel Terkait
-
Belajar Menerima Trauma Masa Lalu dari Buku Merawat Trauma
-
Ulasan Buku Tahu Gak Tahu, Bahas Fenomena Sosial Lewat Ilustrasi yang Unik
-
Ulasan Buku Perkabungan untuk Cinta, Ungkap Perasaan Duka Saat Ditinggalkan
-
Psikologi Feminisme di Buku Ada Serigala Betina dalam Diri Setiap Perempuan
-
Ulasan Buku 'Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan Saja, di Mana Saja', Bagikan Tips Jago Berkomunikasi
Ulasan
-
Menyantap Pecel Lele Faza, Sambalnya Juara
-
Antara Kebencian dan Obsesi, Ulasan Novel Malice Karya Keigo Higashino
-
Jangan Memulai Apa yang Tidak Bisa Kamu Selesaikan: Sentilan Bagi Si Penunda
-
Novel 'Mana Hijrah': Ujian Hijrah saat Cobaan Berat Datang dalam Hidup
-
Hidden Game, Pesona Cafe Bernuansa Minimalis di Kota Jambi
Terkini
-
5 Manfaat Penting Pijat bagi Kesehatan, Sudah Tahu?
-
Kalahkan Shi Yu Qi, Jonatan Christie Segel Tiket Final China Masters 2024
-
Bambang Pamungkas Sebut Mimpi Indonesia ke Piala Dunia Masih Ada, Kenapa?
-
4 Pilihan OOTD Hangout ala Park Ji-hu yang Wajib Dicoba di Akhir Pekan!
-
Tips Sukses Manajement waktu Antara Kuliah dan Kerja ala Maudy Ayunda