Dunia intelektual dan masyarakat umum pencinta buku nonfiksi ramai membicarakan sebuah buku karya seorang sejarawan sekaligus filsuf bernama Yuval Noah Harari. Lantaran, buku ini berani mengambil sudut pandang sosiologis yang berangkat dari perspektif Darwin mengenai bagaimana manusia mengalami evolusi yang panjang. Berbeda dengan Darwin, Harari memandang bagaimana Homo sapiens menjadi dirinya sendiri berkat perkembangan peradaban yang sifatnya sosiologis dan kultural.
Buku tersebut berjudul lengkap Sapiens: A Brief History of Humankind atau sering dikenal dengan judul singkatnya yakni Sapiens. Buku bersampul putih dengan tulisan sans-serif ini merupakan buku nonfiksi yang menjadi catatan kecil bagaimana manusia bisa dari makhluk yang sederhana menjadi sebuah kolektif yang kompleks memiliki struktur yang luas. Sapiens merekam catatan sejarah evolusi manusia berbeda dari yang dilakukan Darwin melalui evolusi biologisnya.
Yuval Noah Harari, seorang intelektual dalam bidang genealogi peradaban manusia
Seperti yang telah disebutkan, buku ini ditulis oleh seorang intelektual masyarakat bernama Yuval Noah Harari. Beliau dikenal dalam kalangan intelektual dan akademisi melalui tiga buku besarnya yang mengangkat tema besar yakni perkembangan peradaban manusia sepanjang sejarah. Tiga buku tersebut berjudul Sapiens: A Brief History of Humankind, Homo Deus: A Brief History of Tomorrow, dan 21Lessons for the 21st Century.
Melalui ketiga buku tersebut, Harari menggambarkan manusia dalam masa lalu, kini, dan nanti serta permasalahan yang ia hadapi. Buku Sapiens merupakan sebuah memoir pengingat bagaimana kita sebagai manusia bisa mencapai titik ini.
Homo sapiens, binatang yang berangkat menjadi dewa
Homo sapiens merupakan organisme yang unik. Ia tidak sekadar tunduk pada pemrograman DNA-nya tetapi ia berjalan berkembang dan terus berinovasi. Berbeda dengan Darwin yang hanya melihat aspek biologis dari seorang Homo sapiens, Harari melihat bahwa Homo sapiens tidak hanya spesies organisme biologis yang tunggal, melainkan sebuah kolektif dan konsep yang terpadu mengenai nilai kemanusiaan.
Homo sapiens meninggalkan sifat kebinatangannya dan mulai membentuk sebuah peradaban. Peradaban ini nantinya akan menguasai dan mengontrol alam, sehingga ia mengubah dunia bak seorang dewa yang memiliki kekuatan.
Lahirnya manusia dan peradaban
Bagi Harari, Homo sapiens mengalami sebuah revolusi kognitif yang singkat. Dalam waktu yang sekejap, mereka mengembangkan akal dan budi mereka sehingga menciptakan konsep-konsep yang kompleks seperti masyarakat, sistem bahasa, hingga sistem ekonomi. Berkat revolusi kesadaran tersebut, mereka sadar akan kemampuan mereka untuk berkomunikasi, sehingga melalui komunikasi tersebut terbentuk sebuah sistem bahasa yang mempersatukan individu menjadi sebuah masyarakat.
Masyarakat lahir dari sebuah dinamika yang kompleks. Seiring dengan perkembangan akal dan budi manusia, banyak solusi atas masalah yang dihadapi, seperti masalah kepemilikan. Melalui sistem kepemilikan, manusia bertukar kepemilikan antara satu dengan yang lainnya dan menciptakan kebutuhan akan sebuah peradaban yang besar dalam mengatur sistem menjaga kepemilikan pribadi yang akhirnya menjadi kepemilikan bersama atau kepemilikan publik.
Sapiens yang berusaha mencatat rekam jejak peradaban manusia hingga titik ini
Sapiens merupakan sebuah catatan kecil yang meringkas jejak kaki manusia hingga dari organisme biologis yang individual menjadi sebuah kesatuan peradaban yang besar. Sapiens merupakan sebuah bukti kehebatan manusia akan menghadapi masalah yang ada di depannya. Manusia menjadi bak dewa yang dapat menghilangkan masalahnya dengan sekejap, maka tidak salah jika buku kedua dari Harari berjudul Homo Deus atau yang berarti Manusia Dewa.
Buku Sapiens sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, sehingga dapat dibaca secara sederhana oleh pembaca lokal. Buku ini sangat direkomendasikan tidak hanya bagi para akademisi, melainkan masyarakat umum dapat memahami kalimat yang ada. Buku ini terbilang berbobot, namun ringan dicerna.
Tag
Baca Juga
-
Tips Ngabuburit dari Buya Yahya: Menunggu Berbuka tanpa Kehilangan Pahala Puasa
-
Mengenal Orang Tua Alyssa Daguise: Calon Besan Ahmad Dhani Ternyata Bukan Sosok Sembarangan
-
Profil Hestia Faruk: Tante Thariq yang Dahulu Sempat Dikenalkan ke Fuji
-
Menentukan Monster Sesungguhnya dalam Serial Kingdom: Manusia atau Zombie?
-
5 Langkah Awal Memulai Karier sebagai Desainer Grafis, Mulailah dari Freelance!
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel 'Bumi Manusia' karya Pramoedya Ananta Toer: Sejarah Kolonial
-
Merenungkan Makna Hidup Melalui Novel Khutbah di Atas Bukit
-
Ulasan Novel Aroma Karsa: Ambisi Mencari Kejayaan Lewat Teka-teki Wewangian
-
Resensi Novel The Infinite Quest, Kasus Penculikan dan Teknologi Awet Muda
-
Ulasan Novel The Last Love Note: Mengikhlaskan Cinta dan Menemukan Harapan
Ulasan
-
Aksi Heroik Seorang Mantan Tentara dalam Melawan Teroris dalam Film Cleaner
-
Review Anime Ranma 1/2, Komedi Klasik dengan Sentuhan Modern
-
Ulasan Novel 'Bumi Manusia' karya Pramoedya Ananta Toer: Sejarah Kolonial
-
Merenungkan Makna Hidup Melalui Novel Khutbah di Atas Bukit
-
There's Still Tomorrow: Perjuangan Ibu Lawan KDRT Demi Masa Depan Anak
Terkini
-
Lawan Yaman U-17 Tanpa Gentar, Ini 3 Pemain Indonesia yang Diramal Bersinar
-
3 Pemain Kunci Timnas Yaman U-17 yang Perlu Diwaspadai oleh Skuad Indonesia
-
Lebaran Lebih Berwarna dengan Arisan Keluarga, Ada yang Setuju?
-
Masuk BaekSang Awards 2025, When Life Gives You Tangerines Raup 8 Nominasi
-
Menghadapi Mental Down setelah Lebaran, Mengapa Itu Bisa Terjadi?