Menurut saya, seorang guru harus memiliki sisi humor. Guru humoris saya pikir lebih menyenangkan dibanding guru berpembawaan kaku, killer, dan jarang tersenyum. Humor saat mengajar diperlukan agar murid-muridnya tak merasa bosan di sekolah. Humor di sini tentu saja bukan sekadar humor. Tapi yang memiliki muatan nilai positif dan tidak melecehkan orang lain.
Dalam buku Kiat-Kiat Menjadi Guru PAUD yang Disukai Anak-anak, Ajeng Yusriani memaparkan, humor bisa dijadikan instrumen efektif dalam menumbuhkan kecerdasan anak. Menurut Louis Franzini, PhD. dari San Diago University, di antara manfaat humor bagi anak ialah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kecerdasan emosional, kemampuan berkomunikasi, rasa sosial, dan empati anak.
2. Meningkatkan kualitas hubungan ikatan batin antara anak dan orangtuanya, sehingga keduanya akan semakin dekat serta akrab.
3. Meningkatkan kekebalan tubuh dan menjaga kestabilan mental anak. Jantung, otot, dan tulang menjadi lebih aktif.
4. Meningkatkan perkembangan fungsi otak anak sehingga mampu merangsang daya pikir dan kreativitasnya.
Jika seorang guru tidak mampu berhumor, cobalah berlatih agar anak didiknya tidak bosan. Hal ini penting diteguhkan karena sangat banyak guru yang kaku dan terkesan monoton saat mengajar. Selain itu, yang perlu diingat, tidak sembarang humor itu baik bagi peserta didik. Artinya, guru harus mampu memilah dan memilih mana humor yang mengandung unsur mendidik dan mana yang bukan. Sebab, jika sembarang humor ditampilkan, dikhawatirkan dapat merusak pikiran (cara pandang) dan mental anak. Misalnya, humor-humor yang berbau diskriminasi, pelecehan seksual, mengandung unsur pornografi, dan lain sebagainya (Kiat-Kiat Menjadi Guru PAUD yang Disukai Anak-anak, halaman 71-72).
Ketika seorang guru sudah disenangi berkat kemampuan humornya, maka proses belajar mengajar akan berjalan efektif. Tugas-tugas yang diberikan akan diterima dengan senang hati oleh anak. Tak ada kekhawatiran sedikit pun tentang risiko yang akan diterima jika pada akhirnya tidak mampu mengerjakan tugas dengan baik. itulah dampak positif guru yang humoris bagi anak didik. Jiwa mereka tidak tertekan. Sebaliknya, mereka senang dan enjoy mengikuti apa yang diperintahkan oleh guru mereka (Kiat-Kiat Menjadi Guru PAUD yang Disukai Anak-anak, halaman 73-74).
Semoga ulasan buku Kiat-Kiat Menjadi Guru PAUD yang Disukai Anak-anak karya Ajeng Yusriani dapat menjadi referensi berharga bagi para pembaca, khususnya para orangtua dan guru.
Baca Juga
-
Rahasia Kebahagiaan dalam Buku 'Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan'
-
Cara Menghadapi Ujian Hidup dalam Buku Jangan Jadi Manusia, Kucing Aja!
-
Ulasan Buku Sukses Meningkatkan Kualitas Diri, Panduan Praktis Meraih Impian
-
Ulasan Buku Jangan Mau Jadi Orang Rata-rata, Gunakan Masa Muda dengan Baik
-
Panduan Mengajar untuk Para Guru dalam Buku Kompetensi Guru
Artikel Terkait
-
Guru Indonesia Terapkan AI, Matematika Jadi Lebih Menyenangkan!
-
Netizen RI Nyinyir Oxford United Ucapkan Selamat Hari Guru Nasional Pakai Bahasa Jawa, Salahnya Apa?
-
Ironi Hari Guru: Gubernur Bengkulu Manfaatkan Gaji Guru Honorer untuk Pilkada 2024
-
TOK! Guru Supriyani Divonis Bebas, Tak Terbukti Lakukan Kekerasan Anak
-
Hari Guru Nasional, Mendikdasmen: Semua Guru Punya Tugas Mulia
Ulasan
-
Kehidupan Seru hingga Penuh Haru Para Driver Ojek Online dalam Webtoon Cao!
-
Ulasan Film The French Dispact: Menyelami Dunia Jurnalisme dengan Gaya Unik
-
Ulasan Buku Bertajuk Selamat Datang Bulan, Kumpulan Puisi Ringan dengan Makna Mendalam
-
Ulasan Buku Period Power, Meningkatkan Produktivitas Saat Datang Bulan
-
Pedasnya Nendang, Icip Kuliner Cabe Ijo yang Bikin Ketagihan di Kota Jambi
Terkini
-
Janji Menguap Kampanye dan Masyarakat yang Tetap Mudah Percaya
-
4 Rekomendasi OOTD Rora BABYMONSTER yang Wajib Kamu Sontek untuk Gaya Kekinian
-
Dituntut Selalu Sempurna, Rose BLACKPINK Ungkap Sulitnya Jadi Idol K-Pop
-
Review Film The Burial, Kisah Nyata Pengacara yang Menemukan Sahabat Sejati
-
Calvin Verdonk Ungkap Pengalaman Berkesan di Indonesia: Semua Orang Mengenalimu