Mencari pemimpin yang adil dan bijaksana mungkin sangat langka di era sekarang. Pemimpin yang adil dan bijaksana dapat dilihat dari cara dia memperlakukan rakyatnya. Dia selalu mampu mendengar jeritan rakyatnya yang hidup dalam kesulitan dan kemiskinan. Dia akan berusaha sekuat tenaga untuk membantu rakyat bangkit dari kemiskinan, bukan malah membuat rakyat semakin miskin dan susah akibat berbagai kebijakan yang tak berpihak pada rakyat.
Bicara tentang sosok pemimpin adil dan bijaksana, kita perlu belajar pada sosok lelaki sahabat Nabi. Beliau adalah Umar ibn Al Khaththab yang memiliki kepedulian yang sangat tinggi kepada masyarakat umum.
Dalam tulisannya (NU Online, 22/1/2022) Alhafiz Kurniawan menguraikan, sayyidina Umar bin Khattab ra. merupakan orang yang sangat teguh memegang prinsip. Ia dikenal tangguh, keras, dan memiliki pendirian yang kuat. Kendati demikian, ia bukan orang yang merasa benar selalu. Ia merasa sebagai manusia biasa yang memiliki kekurangan. Ia bahkan mendoakan orang-orang yang mengoreksi dirinya dan menunjukkan kekurangannya.
Kepedualian Umar terhadap masyarakat benar-benar layak dijadikan keteladanan. Dalam buku berjudul 150 Kisah Umar ibn Al Khaththab dikisahkan, Umar menganggap dirinya sebagai bapak para wanita. Suatu hari, dia mendatangi wanita-wanita yang ditinggalkan oleh suami mereka yang tengah berperang. Ketika sampai di rumah mereka, Umar bertanya:
“Apakah kalian membutuhkan sesuatu? Atau di antara kalian ada yang ingin membeli sesuatu? Sesungguhnya aku tidak suka kalian tertipu dalam jula-beli.” Maka, Umar membawa mereka ke pasar bersama anak-anak mereka yang jumlahnya cukup banyak, dan membelikan kebutuhan mereka.
Ketika seorang utusan datang membawa surat dari para suami, Umar yang mengantarkan surat-surat tersebut kepada mereka seraya berkata, “Suami-suami kalian berada di jalan Allah, sedangkan kalian berada di negeri Rasulullah Saw. Apakah ada di antara kalian yang bisa membaca? Atau jika tidak, kalian bisa mendekati pintu-pintu kalian dan aku yang membacakannya.” Umar melanjutkan, “Utusan pembawa surat akan pergi pada hari sekian dan sekian. Maka, tulislah surat.” Lalu, Umar membagikan kertas dan alat tulis, lalu mengambil surat-surat mereka dan mengirimkannya kepada suami-suami mereka (siraj Al-Muluk).
Terbitnya buku 150 Kisah Umar ibn Al Khaththab (Mizania, 2016) dapat dijadikan bahan refleksi bersama, khususnya bagi para pemimpin dan pejabat negeri ini, agar selalu berusaha mencontoh perilaku Rasulullah Saw. dan para sahabatnya.
Baca Juga
-
Rangkaian Kisah Penuh Hikmah dalam Buku Berguru pada Saru
-
Pentingnya Memiliki Prinsip Hidup dalam Buku Menjadi Diri Sendiri
-
Menjalani Hidup dengan Tenang dalam Buku Hujan Bahagia
-
Menciptakan Kehidupan yang Harmonis dalam Buku Komunikasi Bebas Konflik
-
Sebuah Upaya Menghindari Penyakit: Buku 'Jagalah Sehatmu Sebelum Sakitmu'
Artikel Terkait
-
BRI Menanam Grow & Green, Ujung Tombak Pelestarian Ekosistem Laut di NTB
-
Ulasan Novel Animal Farm karya George Orwell: Revolusi Menjadi Tirani
-
Ulasan Novel 1984 karya George Orwell: Kengerian Dunia Totalitarian
-
Review Novel 'Perjalanan Menuju Pulang': Pulang Tak Selalu Soal Rumah
-
Ulasan Buku Passion: Bagaimana Mencapai Impian dengan atau Tanpa Passion
Ulasan
-
Review Film Twisters: Lebih Bagus dari yang Pertama atau Cuma Nostalgia?
-
Review Film 'Pabrik Gula': Teror Mistis di Balik Industri Gula Kolonial
-
Ulasan Film Split: Memahami Gangguan Kepribadian Ganda (DID)
-
Review Film High Rollers: Antara Cinta dan Misi Mustahil di Meja Perjudian
-
Ulasan Novel Drupadi: Rekonstruksi Mahabharata dan Citra Istri Lima Pandawa
Terkini
-
Sinopsis Film Streaming, Mengulas Kasus Kriminal yang Belum Terpecahkan
-
Selamat! Ten NCT Raih Trofi Pertama Lagu Stunner di Program Musik The Show
-
Arne Slot Soroti Rekor Unbeaten Everton, Optimis Menangi Derby Merseyside?
-
AI Mengguncang Dunia Seni: Kreator Sejati atau Ilusi Kecerdasan?
-
Mathew Baker Nyaman di Tim, Kode Timnas Indonesia Berprestasi di Piala Asia U-17?