Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Fachry Fadillah
Ilustrasi Soe Hok Gie (Pinterest/ Larasati Kusuma Wardani)

Siapa yang tidak kenal dengan Soe Hok Gie? Setiap aktivis perjuangan ataupun aktivis mahasiswa pasti mengenal dengan sosok yang satu ini. Karena idealismenya, ia dikenal dan dikenang hingga sekarang. Soe Hok Gie merupakan seorang aktivis mahasiswa yang berpengaruh dalam melengserkan pemerintahan Orde Lama pada tahun 1966. Ia merupakan seorang pemuda keturunan Tionghoa yang lahir di Jakarta pada 17 Desember 1942 dan meninggal di usia muda pada 16 Desember 1969 di puncak gunung Semeru.

Pada tahun 1960-an, Gie (begitu panggilan akrabnya), mulai menempuh pendidikan di Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Pada saat itulah jiwa-jiwa revolusinya mulai bergejolak. Adapun idealismenya atau prinsip-prinsip yang digenggamnya sudah ada sejak ia duduk di bangku Sekolah Dasar, contohnya pada saat ia menentang gurunya yang memberikan nilai tinggi kepada temannya karena temannya tersebut merupakan saudara dari gurunya. Gie yang tidak terima akan hal tersebut, akhirnya memprotes gurunya. Dan akibat dari protesnya, Gie mendapatkan nilai yang buruk dan tak lagi betah bersekolah di sekolah itu lagi. 

Setelah menjadi mahasiswa, idealismenya semakin memuncak. Kebenaran merupakan kawan sejatinya, dan tak jarang ia dikucilkan oleh teman-temannya karena tetap mempertahankan kebenaran. Gie pernah berkata, "barangsiapa yang mempertahankan kebenaran, maka bersiaplah untuk kesepian." dan itu benar adanya. 

Di sini saya akan mengulas beberapa idealisme yang dipegang teguh oleh Soe Hok Gie berdasarkan kepada pesan dan tulisannya yang beredar semasa hidupnya. Adapun berbagai pesan dan tulisan yang saya rangkum antara lain sebagai berikut.

1. Jangan Munafik

"Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan!"

Gie sangat membenci siapapun yang berwatak munafik. Karena kemunafikan adalah bentuk ketidaksetiaan kepada diri sendiri maupun orang lain. Hal itu disampaikannya lewat buku catatan hariannya yakni Catatan Harian Seorang Demonstran bahwa ia sangat benci ketika ia melihat teman-teman seperjuangannya yang tak lagi membela rakyat tertindas setelah mendapat kursi di pemerintahan dan birokrasi, padahal dulunya mereka sama-sama menentang pemerintahan tersebut. 

2. Mulailah Bergerak

Gie adalah mahasiswa yang bukan hanya giat dalam bidang politik, ia juga giat bertualang seperti halnya mendaki gunung. Hal itu terbukti dengan ia bersama beberapa sahabatnya mendirikan Kelompok Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) UI pada tahun 60-an. Gie juga sempat mengatakan bahwa, "Dunia ini seluas langkah kaki. Jelajahilah dan jangan takut melangkah. Hanya dengan itu kita bisa mengerti kehidupan dan menyatu dengannya."

3. Memiliki Selera Belajar

Seorang Soe Hok Gie pernah berkata, "aku lebih cenderung untuk berkata bahwa stimulus dan selera adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap pemikiran seseorang. Belajar tanpa selera tidak akan berhasil. Tanpa fighting spirit, kita bukan apa-apa. Hanya dengan inilah kita dapat belajar dengan bersemangat. Aku melihat orang-orang Tionghoa telah mempunyai stimulus." ujarnya dalam buku catatannya sebagai tanggapan atas komentar masyarakat yang memandang kecerdasannya sebagai buah yang rasial. Menurutnya, hal itu sama sekali out of date dan tidak masuk akal. 

4. Jadilah Manusia Merdeka

"Hanya ada dua pilihan: menjadi apatis atau mengikuti arus. Tapi aku lebih memilih menjadi manusia merdeka!" ujarnya. 

Bagi seorang Soe Hok Gie, universitas adalah tempat mahasiswa dapat memerdekakan dirinya dengan semerdeka mungkin. Karena universitas merupakan tempat bergejolaknya pemikiran-pemikiran intelektual, maka dari itu setiap universitas dan mahasiswanya tidak boleh teriventarsi dan dibatasi oleh kepentingan-kepentingan politik atau pemerintahan. Baginya, universitas adalah benteng peradaban terakhir dan kemerdekaan intelektual sebuah bangsa. 

5. Jadilah Manusia Normal

Setiap generasi tentu saja memiliki karakter yang berbeda sesuai dengan pengaruh zamannya. Begitu pula mahasiswa, setiap mahasiswa pasti berbeda pula karakter zamannya. 

“Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi manusia-manusia yang biasa. Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia," ujarnya.

Bagi Soe Hok Gie, mahasiswa sudah seharusnya berlaku sesuai dengan kewajaran: masuk kuliah, mendengarkan dosen meski seringkali membosankan. Akan tetapi, yang diinginkan oleh Soe Hok Gie ialah yang lebih dari itu, yakni intelektualitas mahasiswa di balik kewajarannya tersebut, yakni yang dapat mengurus dan mengkritisi bangsa, serta menjadi berguna dan berfungsi di lingkungannya. 

Itu tadi merupakan ulasan mengenai beberapa pesan dan tulisan Soe Hok Gie yang memuat penjelasan idealismenya. Adapun artikel ini merupakan ulasan saya yang saya rangkum dari sumber IDN Times. Semoga bermanfaat.

Fachry Fadillah