Novel Orang-Orang Kalah karya Muhammad Husna Hisaba membawa tema skeptisisme, romantisme, dan sosial-humaniora. Menceritakan tentang orang-orang yang merasa kalah dan terasing dalam kehidupan, sebuah perjalanan mencari jati diri dan makna hidup lewat pendekatan-pendekatan filosofis.
Novel ini ditulis dengan gaya bahasa sederhana, menggunakan sudut pandang (POV) orang ketiga sehingga narasi yang disampaikan menjadi lebih luas dan komprehensif. Rangkaian cerita yang dikemas lewat beberapa alur konflik dan ragam cerita, menyajikan sedikit nuansa humor dan komedi di beberapa bab yang menceritakan tentang kisah romantisme masa sekolah, membuat pembaca tidak merasa bosan dan monoton terhadap jalan cerita.
Setiap bab dalam cerita diawali dengan pembuka berupa quote yang tokoh-tokoh ternama. Quote tersebut mengandung relevansi nilai dan makna terhadap isi cerita juga amanat yang terkandung dalam setiap babnya.
Beberapa amanat disampaikan baik secara tersurat melalui dialog tokoh atau narasi penulis atau pun disampaikan secara tersirat lewat ungkapan-ungkapan filosofis yang di sampaikan oleh beberapa tokoh dalam cerita, juga interpretasi mendalam terhadap rangkaian cerita secara keseluruhan.
Cerita dalam novel ini mengangkat isu-isu sosial dan kesenjangan yang dekat dengan kenyataan atau realitas kehidupan sehari-sehari sehingga akan sangat relevan untuk dibaca oleh berbagai kalangan utamanya oleh orang-orag yang sedang berada pada masa pencarian jati diri.
Selain itu, novel Orang-Orang Kalah karya Muhammad Husna Hisaba ini menghadirkan kisah romansa remaja, mendalami makna cinta lewat filosofi cinta berdasarkan tingkatannya: eros, philia, dan agape. Disajikan juga beberapa puisi guna menguatkan unsur-unsur romantis dan nilai sastra di dalam novel.
Novel Orang-Orang Kalah berusaha memberikan jalan keluar dengan metode-metode berbasiskan filosofi stoic. Sebuah pendekatan yang lebih sehat dan mudah diterapkan oleh siapa pun di kehidupan nyata saat menghadapi situasi-situasi yang tidak berpihak kepada kita. Pada dasarnya filosofi ini mengajak para pembaca untuk lebih bisa menerima kenyataan dan bijaksana dalam menyikapi setiap penderitaan yang datang menimpa hidup manusia. Novel ini mengajak para pembaca untuk bisa menemukan makna hidup, jika memang harus menderita setidaknya dapat menderita untuk alasan-alasan yang benar.
Baca Juga
-
Ulasan Buku 'Deep Work': Cara Berhasil Fokus di Dunia yang Penuh Gangguan
-
10 Tips Praktis Menjadi Penulis Non-Fiksi, Gak Susah Kok!
-
Ulasan Buku 'Human Kind': Sejarah Penuh Harapan karya Rutger Bregman
-
Ulasan Novel 'Rumah Kaca': Politik Arsip sebagai Mata Radar Hindia Belanda
-
Menciptakan Demokrasi Ideal melalui Penyelenggaran Pemilu di Indonesia
Artikel Terkait
-
Mau Friendzone ke Lovezone? Terapkan 5 Tips Ini!
-
Diisukan Berhenti dari Sinetron Ikatan Cinta, Arya Saloka Ungkap Fakta Lain
-
Cerita Inspiratif eks Bidan di Bandung, Sukses Bikin Brand Fashion hingga Gandeng Jebolan MasterChef Indonesia
-
Ulasan Novel Mawar Jepang: Seorang Gadis yang Rela Mati Demi Bangsanya
Ulasan
-
Sakura Jayakarta: Bunga yang Tumbuh di Tengah Bara Penjajahan
-
Film Tuhan Izinkan Aku Berdosa: Membongkar Patriarki dan Kekerasan Simbolik
-
Review Film The Thursday Murder Club: Aksi Detektif Lansia Mengupas Kasus
-
Review Film Maryam: Teror dan Cinta Gaib yang Mengikat Jiwa!
-
Ulasan Novel Mayday, Mayday: Berani untuk Berdiri Setelah Apa yang Terjadi
Terkini
-
Kalahkan aespa, Haechan NCT Raih Trofi Pertama Lagu 'CRZY' di Music Bank
-
4 Serum Retinol dan Green Tea untuk Anti-Aging Atasi Kerutan Minim Iritasi
-
Tak Hanya Marceng, Calon Bintang Asia Ini Juga Harus Jalani Musim Kelam di Benua Eropa
-
MBG: Niat Baik Tanpa Kontrol? Tragedi Keracunan Ratusan Siswa di Balik Program Makan Bergizi Gratis
-
Intip Profil Awkarin, Perjalanan Karier Hingga Pindah Ke Melbourne