Pahlawan bangsa yang satu ini juga amat besar sumbangsihnya untuk membawa kemerdekaan Indonesia. Ia adalah Ki Bagus Hadikusumo yang dikenal sebagai tokoh cerdas, mubaligh, alim, dan pemimpin umat.
Ki Bagus Hadikusumo adalah tokoh sekaligus Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah selama sebelas tahun (1942-1953). Kontribusinya terhadap negara Indonesia dapat dilihat dari pemikiran cemerlang dan andilnya yang amat besar pada penyusunan Mukadimah UUD 1945.
Melalui itu, ia memberikan landasan ketuhanan, kemanusiaan, keberadaban, dan keadilan. Mengingat Ki Bagus Hadikusumo adalah anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Di mana pokok-pokok pemikiran dengan memberikan landasan-landasan tersebut mampu disetujui oleh semua anggota PPKI.
Nama kecil Ki Bagus Hadikusumo dikenal dengan nama Raden Hidayat. Ia dilahirkan di kampung Kauman Yogyakarta pada 11 Rabiul Akhir 1038, sebagaimana yang disebutkan dalam buku "Pahlawan-Pahlawan Bangsa yang Terlupakan" karangan Johan Prasetya.
Pengetahuan dan pendidikan Ki Bagus Hadikusumo banyak diperoleh di pesantren, salah satunya pernah mondok di pesantren tradisional Wonokromo Yogyakarta. Di pesantren itu, Ki Bagus Hadikusumo banyak mengkaji kitab-kitab fiqih dan tasawuf.
Istri Ki Bagus Hadikusumo ada tiga. Namun, dalam pernikahan yang dilakukan terjadi setelah istrinya meninggal lalu menikah lagi. Istri pertama Ki Bagus Hadikusumo bernama Siti Fatmah (Putri Raden Haji Suhud) dan dikaruniai enam anak. Umur Ki Bagus Hadikusumo waktu itu saat menikahi Siti Fatimah baru 20 tahun.
Setelah Siti Fatmah meninggal, Ki Bagus Hadikusumo kembali menikahi Mursilah, salah satu perempuan pengusaha dari Yogyakarta. Mereka pun memiliki tiga orang anak. Lagi-lagi setelah istri keduanya meninggal, Ki Bagus Hadikusumo juga menikahi Siti Fatimah dan mereka mempunyai lima anak.
Karier dan kepemimpinan Ki Bagus Hadikusumo dapat dilihat dari beberapa organisasi yang dimasukinya. Ki Bagus pernah menjadi Ketua Majelis Tabligh (1922), Ketua Majelis Tarjih, anggota Komisi MPM Hoofdbestuur Muhammadijah (1926), dan Ketua PP Muhammadiyah (1942-1953).
Berada di Muhammadiyah, Ki Bagus Hadikusumo berhasil merumuskan pokok-pokok pikiran Kiai Haji Ahmad Dahlan sehingga dapat dijiwai dan mengarahkan langkah perjuangan Muhammadiyah. Melalui itu, akhirnya pokok-pokok itu menjadi mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah yang dapat menginspirasi sejumlah tokoh Muhammadiyah lainnya.
Selain sibuk di organisasi, Ki Bagus Hadikusumo juga sangat produktif menuliskan hasil pemikirannya. Di antara karya-karyanya, yaitu Islam sebagai Dasar Negara dan Akhlak Pemimpin, Risalah Katresnan Djati (1935), Poestaka Hadi (1936), Poestaka Islam (1940), dan Poestaka Iman (1954).
Pada masa penjajahan Jepang, Ki Bagus Hadikusumo juga tampil berani untuk menentang perintah pemimpin tentara Dai Nippon yang dikenal kejam dan ganas. Di mana tentara Dai Nippon waktu itu memerintahkan umat islam dan warga Muhammadiyah melakukan upacara kebaktian setiap pagi sebagai penghormatan kepada Dewa Matahari.
Waktu pun terus berlalu, hingga akhirnya Ki Bagus Hadikusumo meninggal dunia pada usia 64 tahun. Ia pun dianugerahi sebagai Pahlawan Perintis Kemerdekaan Nasional Indonesia yang ditetapkan oleh Pemerintah RI.
Baca Juga
-
Estafet Jokowi ke Prabowo, Bisakah Menciptakan Rekrutmen Kerja yang Adil?
-
6 Alasan Kenapa Banyak Orang Lebih Memilih WhatsApp Dibanding yang Lain
-
6 Pengaturan di Windows yang Dapat Memaksimalkan Masa Pakai Baterai Laptop
-
7 Fitur Keamanan Android yang Bisa Lindungi Data Pribadi Kamu
-
4 Trik Tingkatkan Kualitas Audio di Laptop Windows
Artikel Terkait
-
Akun X Wikipedia Bagikan Cerita Firaun Akhenaten yang Pernah Pindahkan Ibu Kota, Warganet: Kok Mirip Sama...
-
Kenapa Seminggu Ada 7 Hari? Jawabannya Ada di Langit dan Sejarah
-
Sejarah Singkat Berdirinya PGRI, Diawali dari Perlawanan terhadap Penjajah Belanda
-
Serba-serbi Carok, Prinsip dan Catatan Peristiwa yang Menyertainya
-
Misteri Kepunahan Hewan Raksasa Terungkap! Ini 6 Penyebabnya
Ulasan
-
Bangkit dari Keterpurukan Melalui Buku Tumbuh Walaupun Sudah Layu
-
The Grand Duke of the North, Bertemu dengan Duke Ganteng yang Overthinking!
-
Menyantap Pecel Lele Faza, Sambalnya Juara
-
Antara Kebencian dan Obsesi, Ulasan Novel Malice Karya Keigo Higashino
-
Jangan Memulai Apa yang Tidak Bisa Kamu Selesaikan: Sentilan Bagi Si Penunda
Terkini
-
Seni Menyampaikan Kehangatan yang Sering Diabaikan Lewat Budaya Titip Salam
-
3 Moisturizer Lokal yang Berbahan Buah Blueberry Ampuh Perkuat Skin Barrier
-
5 Manfaat Penting Pijat bagi Kesehatan, Sudah Tahu?
-
Novel 'Mana Hijrah': Ujian Hijrah saat Cobaan Berat Datang dalam Hidup
-
Kalahkan Shi Yu Qi, Jonatan Christie Segel Tiket Final China Masters 2024