Banjir termasuk persoalan serius yang melanda sebagian negeri ini. Termasuk kota besar seperti Jakarta. Banjir seolah menjadi sebuah “musim tetap” yang sulit untuk ditangani. Mengapa banjir sangat sulit ditangani atau dicegah sedini mungkin?
Salah satu faktornya ialah kurang adanya keseriusan dari pihak pemerintah dalam menanggulangi banjir. Faktor lainnya adalah kekurangsadaran sebagian masyarakat dalam menjaga kebersihan. Kegemaran masyarakat membuang sampah sembarangan menjadi faktor berikutnya. Tentu masih ada faktor lain yang menjadikan banjir menjadi sulit ditangani.
Dalam buku “Banjir Jakarta” dijelaskan bahwa setiap musim hujan, masyarakat Jakarta selalu menghadapi masalah banjir. Kehadiran banjir membawa sederet masalah lain yakni kemacetan, wabah penyakit, kekurangan air bersih, penyumbatan sampah, akses jalan dan segudang masalah lainnya.
Rohani Budi Prihatin menjelaskan, Jakarta adalah daerah yang sudah menjadi langganan banjir sejak dulu. Frekuensi dan besarnya banjir dapat berubah karena ulah manusia. Pembuangan sampah ke sungai, peningkatan erosi karena penebangan pohon yang mengakibatkan pendangkalan sungai, berubahnya tatanan lahan di hulu sungai, menyempitnya daerah resapan air sungai dan diperburuk banyaknya permukiman di sekitar bantaran sungai.
Pada setiap musim hujan, sekitar 1,5 miliar kubik air terbuang percuma melalui 13 sungai yang melintas Jakarta. Situasi terkini aliran air tersebut semakin dipercepat dengan adanya dua kanal banjir. Padahal air hujan sebanyak itu dapat mencukupi kebutuhan 10 juta orang selama 750 hari (halaman 3).
Rohan Budi Prihatin menguraikan, problemnya adalah air hujan tersebut sudah tidak bisa terserap tanah dengan baik karena banyaknya bangunan yang menutupi muka tanah. Di samping problem penyerapan air ke tanah, Jakarta juga tidak memiliki lahan untuk penampungan air. Anggap saja terdapat iktikad baik untuk menampung seluruh air hujan tersebut, pertanyaannya adalah mau disimpan di mana? Dahulu di Jakarta banyak danau, rawa dan situ. Namun semuanya tinggal kenangan.
Terbitnya buku “Banjir Jakarta” (2013) karya Rohani Budi Prihatin ini sepatutnya kita apresiasi, sebagai bahan introspeksi bersama. Semoga kita dapat lebih ramah dengan lingkungan sekitar: selalu berusaha menjaga kebersihan dan tidak buang sampah di sembarang tempat, karena kebiasaan buruk ini dapat memicu banjir saat musim penghujan tiba.
Baca Juga
-
Seni Mengatur Waktu dengan Baik dalam Buku "Agar Waktu Anda Lebih Bermakna"
-
Buku Perjalanan ke Langit: Nasihat tentang Pentingnya Mengingat Kematian
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
Artikel Terkait
-
Handphone Milik Ibu Ini Kena Jambret, Reaksi Warga di Lokasi Kejadian Jadi Sorotan: Nggak Ada Empati
-
Industri Properti Mulai Bergairah, Permintaan Rumah dengan Konsep Hijau Meningkat
-
3 Tempat Nongkrong di Kawasan Blok M, Dijamin Gaul Abis!
-
Viral Sampah Menumpuk dan Berserakan di Lokasi Bazar Blitar Jadoel, Warganet: Miris Sekali
Ulasan
-
Buku The Proudest Blue: Ketika Hijab Jadi Simbol Keberanian dan Identitas
-
Studio Rosid: Menyusuri Jejak Ingatan dalam Sunyi yang Terawat
-
Review Film Mickey 17, Angkat Isu Sosial yang Keras Dibalut Humor Gelap
-
Menikmati Menu di Lesehan Selera Malam Jambi, Sambalnya Bikin Nagih
-
Ulasan Buku How to Die: Menyambut Kematian dari Segi Filsuf Romawi
Terkini
-
6 Drama China Tayang Akhir Juli 2025, Ada Drama Yang Yang dan Dilireba
-
Superman Sukses Salip Man of Steel di Box Office Amerika, Raih Rp4 Triliun
-
4 Sunscreen untuk Mencerahkan Wajah Berukuran Jumbo, Harga Mulai Rp44 Ribu!
-
Nasib Gerald Vanenburg Lebih Tragis dibanding STY di AFF U-23, Kok Bisa?
-
Sakitnya Pendukung Indonesia, Harus Saksikan Vietnam Catatkan 3 Rekor Sekaligus di SUGBK!