Pemilik nama lengkap Prawoto Mangkusasmito adalah ketua umum terakhir dari Partai Masyumi yang pada tahun 1960 partai tersebut membubarkan diri. Prawoto lebih banyak tinggal bersama dengan petani, ia dikenal sebagai pejuang ideologis yang teguh, pemimpin yang berwatak, dan sosok yang mudah senyum serta pandai menahan perasaan.
Prawoto lahiri di Grabag, Magelang, Jawa Tengah, tepat pada tanggal 4 Januari 1910, sebagai putra sulung dari Mangkusasmito. Masa pendidikan Prawoto berhasil tamat di Algemene Middelbare School (AMS) Yogyakarta pada tahun 1932. Selanjutnya bersekolah di Recht Hoge School (RHS) di Jakarta pada tahun 1935, seperti yang dikutip dari buku “Pahlawan-Pahlawan Bangs yang Terlupakan” ditulis oleh Johan Prasetya.
Prawoto juga aktif di organisasi, seperti Jong Islamieten Bond (JIB), anggota Jong Java, dan menjadi ketua terakhir dari Studenten Islam Studie Club (SIS). Saat terjadi Agresi Militer Belanda I dan II, Prawoto juga terlibat dalam perjuangan bersama dengan pejuang bangsa yang lain.
Setelah kemerdekaan, Prawoto memilih Masyumi untuk melanjutkan basis perjuangannya. Di Masyumi, namanya bisa disejajarkan dengan Mohammad Natsir, Mohammad Roem, Wahid Hasyim, maupun Syafruddin Prawiranegara. Pada Kabinet Wilopo (2 April 1952-31 Juli 1953), Prawoto pernah dipercaya sebagai wakil perdana menteri.
Pada Muktamar IX Partai Masyumi di Yogyakarta, Prawoto terpilih sebagai ketua umum. Sejak dari situlah ia memimpin Partai Masyumi hingga dibubarkan pada tahun 1960. Sebelum itu pada Muktamar VIII tahun 1956, ia menjadi wakil ketua II, sementara saat Muktamar VII tahun 1954, ia menjabat sebagai sekretaris umum.
Setelah Partai Masyumi dibubarkan pada tanggal 16 Januari 1962, Prawoto bersama tokoh-tokoh politik lainnya, seperti Mohammad Roem, M. Yunan Nasution, Isa Anshary, Sutan Sjahrir, Mochtar Lubis, dan tokoh politik lainnya, dijebloskan dalam penjara. Mereka pun dibebaskan pada mana pemerintah Orde Baru pada 17 Mei 1966.
Saat pemerintah Orde Baru bercokol di bawah rezim Soeharto, kiprah Prawoto dalam panggung politik nasional otomatis tersisih. Lantas atas kondisi itu, Prawoto pun mencurahkan seluruh energinya dalam bidang dakwah sampai akhir hidupnya. Bersama dengan beberapa tokoh Masyumi, Prawoto juga terlibat dalam lahirnya Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) pada pertengahan tahun 1967. Prawoto meninggal dunia pada tanggal 24 Juli 1970 di desa binaannya, 25 km dari Banyuwangi, Jawa Timur.
Baca Juga
-
10 Cara Mengatur HP agar Bisa Melantunkan Al-Quran Semalaman Tanpa Khawatir Baterai Rusak
-
Gagasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara, Perlunya Akses Pendidikan Merata
-
Hari Raya Idul Fitri, Memaknai Lebaran dalam Kebersamaan dan Keberagaman
-
Lebaran dan Media Sosial, Medium Silaturahmi di Era Digital
-
Ketupat Lebaran: Ikon Kuliner yang Tak Lekang oleh Waktu
Artikel Terkait
Ulasan
-
TIOT 'The Long Season': Pengalaman Sepahit Apa Pun Tetap Layak Dikenang
-
Review Film Prisoners: Ending Menggantung yang Penuh Tanda Tanya
-
Novel Christopher's Lover: Ketika Cinta Tumbuh di Antara Saudara Tiri, Salahkah?
-
Review Film Queens of Drama: Antara Cinta dan Persaingan Pop-Punk
-
Chris Brown Refleksikan Hubungan yang Disetir Ego Lewat Lagu Delusional
Terkini
-
Hwang Jung-eum Mengaku Gelapkan Dana Agensi Rp49 Miliar untuk Kripto
-
Paul Munster Disanksi, Coach Uston Pimpin Persebaya Habiskan Sisa Musim
-
3 Film Dokumenter Teknologi yang Siap Buka Wawasan Kamu, Wajib Nonton!
-
Sukses Besar, Para Pemain hingga Kru Drama Korea Resident Playbook akan Liburan ke Bali
-
Seluruh Member EVERGLOW Akhiri Kontrak dengan Yuehua Usai 6 Tahun Bersama