Kalian tentu saja pernah mendengar nama Multatuli (meskipun hanya sepintas) beserta karya sastranya yang paling fenomenal, yakni Max Havelaar. Tapi apakah kalian sudah tahu siapa itu Multatuli dan apa itu Max Havelaar? Berikut penjelasannya. Multatuli adalah nama pena dari seorang asisten Residen di Lebak yang bernama Eduard Douwes Dekker, dan Eduard Douwes Dekker merupakan seorang pegawai pemerintah Belanda di Hindia yang menjabat sebagai asisten Residen di Lebak pada Januari 1856.
Nama "Multatuli" sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Latin, yang berarti "aku sudah banyak menderita". Nama Multatuli kemudian dijadikan sebagai nama pena oleh Eduard Douwes Dekker karena ia telah banyak melihat ketidakadilan yang terjadi di Lebak, semasa ia menjabat sebagai asisten residen. Karena hal itulah, ketika Eduard Douwes Dekker kembali ke Belanda dan bersiap untuk menerbitkan novel Max Havelaar-nya, ia menggunakan nama Multatuli.
Mengenai karya sastranya yang cukup menggemparkan di negerinya sendiri, Max Havelaar bercerita tentang seorang makelar kopi di Belanda yang bernama Droogstoppel. Sama seperti kebanyakan pebisnis Belanda lainnya, Droogstoppel merupakan seorang pebisnis yang memiliki sifat selalu ingin mengutamakan keuntungan pribadi di atas keuntungan bersama. Akan tetapi, kepribadian Droogstoppel itu sedikit berubah ketika ia berjumpa dengan kawan sekolah lamanya yang bernama Sjalmaan, yang merupakan seorang penyair dan baru saja pulang dari Hindia.
Pada awalnya, Droogstoppel tidak mau berhubungan lebih lanjut dengan Sjalmaan karena Sjalmaan terlihat miskin, dan menurutnya hal itu akan membawa pengaruh buruk bagi wibawanya. Namun, karena merasa memiliki utang budi, Droogstoppel akhirnya bersedia untuk berhubungan lebih lanjut dengan Sjalmaan dan bersedia untuk membantu meringankan beban finansialnya dengan cara menerbitkan novelnya. Dengan dibantu oleh beberapa pegawai kantornya, Droogstoppel mulai menyusun naskah novel yang dikirim oleh Sjalmaan.
Dalam naskah novel tersebut, terdapat seorang tokoh utama yang disebut sebagai "Max Havelaar", yang merupakan seorang asisten residen baru di Lebak yang tak lain adalah Sjalmaan itu sendiri. Di sepanjang alur cerita, Max Havelaar digambarkan sebagai seorang pemimpin yang adil, yang rela mengorbankan hak pribadinya demi kepentingan orang lain. Akan tetapi, tak jarang juga Max Havelaar mendapatkan perlakuan sebaliknya dari para atasannya sendiri.
Dalam novel Max Havelaar ini, Multatuli dengan pandainya memainkan sudut pandang bercerita dengan beragam cara. Yang pertama ialah dengan cara menggunakan sudut pandang orang pertama, seakan-akan ia sendiri yang bercerita secara langsung; dan yang kedua ialah dengan cara menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu, seakan-akan ia ikut menceritakan kehidupan si Max Havelaar secara detail. Selain itu, keunikan lain dari novel ini ialah adanya unsur "cerita di dalam cerita", yang mana pada awalnya menceritakan kehidupan Droogstoppel lalu menceritakan ceritaan dari Droogstoppel mengenai Havelaar.
Itu tadi merupakan ulasan singkat mengenai novel Max Havelaar karya Multatuli beserta keunikan-keunikan yang terdapat di dalamnya. Adapun ulasan ini bersifat pribadi berdasarkan pada apa yang saya baca. Itu saja yang ingin saya sampaikan, kurang dan lebihnya saya ucapkan mohon maaf dan terima kasih. Semoga bermanfaat.
Baca Juga
-
Mari Kembangkan Diri Bersama Buku Bertajuk 7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif
-
Ulasan Tuan Besar Gatsby Karya F. Scott Fitzgerald, Salah Satu Novel Terhebat dalam Sastra Dunia!
-
Misi Evakuasi Para Tentara Inggris pada Perang Dunia II dalam Film Dunkirk
-
Ulasan Film The Pursuit of Happyness: Perjuangan Seorang Ayah Meraih Kesuksesan
-
Ulasan Film Fury: Pertempuran Sengit Melawan Satu Batalion Tentara Jerman
Artikel Terkait
-
Cerdas dalam Berkendara Lewat Buku Jangan Panik! Edisi 4
-
Ulasan Film Bad Times at the El Royale: Konflik Menegangkan di Hotel Misterius
-
Ulasan Buku The Alpha Girl's Guide: Menjadi Perempuan Smart dan Independen
-
Ulasan Buku 'Di Tanah Lada': Pemenang II Sayembara Menulis Novel DKJ 2014
-
Novel 'Mana Hijrah': Ujian Hijrah saat Cobaan Berat Datang dalam Hidup
Ulasan
-
Review Film Aftermath, saat Terjadi Penyanderaan di Jembatan Boston
-
Review Film 'Satu Hari dengan Ibu' yang Sarat Makna, Kini Tersedia di Vidio
-
Review Night of the Hunted, Film Horor Netflix Penembakan di Minimarket
-
Novel Bungkam Suara: Memberikan Ruang bagi Individu untuk Berpendapat
-
Lezatnya Olahan Menu di Skuydieat, Cabe Ijonya Menggugah Selera
Terkini
-
Gadget di Tangan, Keluarga di Angan: Paradoks Kemajuan Teknologi
-
Rekomendasi 4 Film dan Series yang Dibintangi Indra Birowo di Tahun 2024
-
Timnas Indonesia Harus Waspada, Myanmar Bakal Panggil Delapan Pemain Aboard untuk Piala AFF
-
Bukan Adegan Ranjang, Gong Yoo Ungkap Peran Tersulit di Serial The Trunk
-
Review Film 50 First Date: Cinta yang Tak Pernah Membosankan untuk DiIngat