Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | SYIFA FAUZIA
Buku Maaf Tuhan, Aku Hampir Menyerah (Dok. Pribadi/Syifa Fauzia)

Kesedihan itu pasti hadir, menghampiri kita yang masih bernyawa. Menyedihkan dan bingung datang hingga tidak tahu harus bagaimana cara berpindah dari kondisi yang menyesakkan. Sementara itu, menyerah bukanlah pilihan yang tepat.

Lewat buku Maaf Tuhan, Aku Hampur Menyerah, Alfialghazi ingin menjadi teman seperjalanan agar semakin yakin dan kuat langkah yang kita ambil dalam kehidupan. Sekaligus menemani proses merawat dan menyembuhkan luka batin kita.

Tanyakan pada diri, mungkin, bukan kita tak bisa bahagia, barangkali memang kita yang tak mau bahagia (halaman 43). Apa yang membuat kita bahagia, adalah merasa cukup. Yang membuat kita bertahan, adalah sikap yang sabar. Yang membuat hati kita lapang, adalah rasa syukur.

Kita tidak sendiri

Ada banyak yang sama, bahkan mungkin mengalami luka yang lebih parah. Beginilah hidup, kepahitan hari ini sejatinya adalah benih-benih kebahagiaan di masa depan. Hari yang sulit, bukan berarti selamanya sulit.

Kemudian, tak semua doa harus terjawab sekarang juga. Allah simpan beberapa agar Ia bisa membantumu pada saat yang paling tepat. Allah Mahatahu, sedangkan kita tidak (halaman 98). Buku ini mengingatkan kita untuk jangan pernah berhenti berdo’a dan berjuang.

Bersiaplah!

Pertolongan Allah itu nyata (bab 38, halaman 139).

Untuk setiap mimpi yang sedang diusahakan, apabila hari ini kita masih terjebak pada asumsi tidak mampu, barangkali itu hanya pengalihan dari kalimat tidak mau bersabar, atau tidak mau berlatih sebanyak mereka yang telah berhasil mengukir prestasi dalam sejarah dunia.

Kita butuh ilmu untuk mencapai mimpi. Kita juga butuh kesungguhan untuk mewujudkannya. Jangan pernah berhenti sebelum terpenuhi.

Kemudian, dari buku yang luar biasa menghangatkan ini, kita belajar bahwa manusia bisa saja meninggalkan kita, tapi Allah tidak. Allah satu-satunya yang tak akan pernah mengecewakan kita. Dan, tak semua usaha itu harus dibalas di dunia. Yakin saja, usaha kita tak pernah sia-sia. Persiapkan diri, persiapkan hati, persiapkan semuanya agar sampai tujuan.

Ternyata buku ini bukan hanya cocok untuk remaja menuju dewasa yang belum menikah, dan sedang patah hati karena cinta. Isi pesan yang disampaikan juga masih relevan dengan kehidupan setelah menikah.

Buku ini direkomendasikan untuk yang sedang galau, merasa kehilangan, ingin menyembuhkan luka batin, mencari kebahagiaan, kehilangan tujuan, juga untuk yang sedang berusaha menerima takdir Allah.

Semoga esok banyak hal baik berdatangan.

SYIFA FAUZIA