Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Sam Edy Yuswanto
Buku Sarinah (Dokumentasi pribadi/Sam Edy)

Sarinah adalah sosok perempuan yang memiliki jasa besar di kehidupan Bung Karno, sebutan akrab Soekarno, Presiden Pertama Indonesia. Mengapa Sarinah memiliki jasa yang begitu besar bagi kehidupan Bung Karno? Ya, karena dia termasuk sosok pengasuh Bung Karno. 

Dalam buku Sarinah karya S. Wisnuwardhana diungkapkan, sebagai Putra Sang Fajar, Soekarno tetap dibesarkan dalam pelukan cinta dan kasih sayang seorang perempuan. Rasa cinta dari seorang ibu dan pengasuh telah membentuk Soekarno menjadi pemimpin bangsa secara perlahan—yang peduli terhadap segala hal tentang kehidupan perempuan (halaman 113).

S. Wisnuwardhana memaparkan, rasa cinta dan kasih yang diberikan oleh Sarinah kepada Soekarno sangat melekat dalam jiwanya hingga ia menjabat sebagai presiden. Soekarno tidak pernah melupakan jasa Sarinah. Nasihatnya pun senantiasa memengaruhi pemikiran besar Soekarno, sehingga tertuang dalam sebuah buku berjudul “Sarinah”. 

Soekarno benar-benar menyelami segala perkataan Sarinah. Bahkan, ia pun menggabungkan nasihat Sarinah dengan ajaran Gandhi untuk merumuskan semangat nasionalisme, tepatnya nasionalisme yang membawa humanisme dalam kehidupan berbangsa dan yang merdeka sepenuhnya (halaman 234).

Sarinah wafat pada 28 Desember 1959 dan dimakamkan di pemakaman rakyat Kelurahan Kepatihan Kota Tulungagung, Jawa Timur. Sarinah dimakamkan di pemakaman nenek moyang Soekarno.

Makam Sarinah ditemukan dan diperbaiki oleh Paguyuban Situs Bung Karno Tulungagung. Paguyuban tersebut didirikan oleh Raden Hari Sunaryanto bersama para sesepuh dan para pemuda yang peduli dengan ajaran Soekarno (halaman 236-237).

Sarinah tidak bisa dijumpai sejak 28 Desember 1959. Namun, roh dan jiwanya senantiasa hadir sebagai kesadaran dan semangat juang kaum perempuan. Sejarawan, peneliti, dan pemerhati gerakan perempuan masih terus mencari informasi tentang kepribadian Sarinah, sehingga dapat diabadikan menjadi tulisan sejarah (halaman 242).

S. Wisnuwardhana menjelaskan, kesakralan nama Sarinah mengalami perkembangan dalam perspektif masing-masing orang yang melakukan penelitian.

Salah satu contoh nyatanya adalah lagu “Oh Sarinah” yang dianggap sebagai lagu untuk Sarinah dari Soekarno melalui Ismail Marzuki. Sebab, penciptaan lagu tersebut bertepatan dengan pembebasan Soekarno dari penjara Sukamiskin, Bandung.

Buku tentang biografi Bung Karno terbitan Palapa (2015) ini layak diapresiasi dan dapat menjadi catatan sejarah yang akan terus dikenang oleh bangsa ini.  

Sam Edy Yuswanto