Emosi menurut pengertian orang awam biasa diartikan dengan marah, “saya sedang emosi nih”. Kalimat itu sering diucapkan orang sehingga kata emosi identik dengan marah. Sesungguhnya emosi dasar manusia terbagi menjadi 4 emosi dasar, meliputi: marah, sedih, senang, dan takut. Ahli psikologi malah membagi lagi lebih detail seperti, ragu-ragu, khawatir, dan lainnya.
Emosi sendiri menurut studi yang dilakukan oleh (Goleman, 2002) adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Lalu, apakah mungkin seseorang bisa melakukan pemerasaan emosi kepada orang lain? jawabannya, bisa. Kondisi tersebut dinamakan Emotional Blackmail.
Menurut Susan Forward, Ph.D (Forward and Frazier, 1997), emotional blackmail adalah "sebuah bentuk manipulasi, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menghukum korban jika tidak memenuhi apa yang si pelaku inginkan". Buku lain mengartikan emotional blackmail sebagai sebuah bentuk manipulasi yang kuat di mana orang terdekat kita mengancam untuk menghukum kita karena tidak melakukan apa yang pelaku inginkan.
Bagaimana siasat pelaku melakukannya kepada korban?
Dalam buku "Emotional Blackmail" Ada 3 strategi yang mereka pakai dalam blackmail korban mereka.
1. Menggunakan ketakutan kita (Fear)
Berdasarkan studi, ketakutan adalah emosi yang melindungi kita dari bahaya. Rasa takut yang kita rasakan ketika kita mengantisipasi bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Mereka biasanya memanipulasi jenis rasa takut yang berbeda seperti :
- Takut akan hal yang tidak diketahui
- Takut ditinggalkan
- Takut akan situasi sulit
- Takut akan keselamatan fisik diri sendiri
2. Memanfaatkan kewajiban kita (Obligation)
Mereka akan membuat kita merasa berkewajiban untuk melakukan apa yang mereka inginkan.
"Kamu kan pacarku seharusnya kamu rela dong ngelakuin ini untuk aku?!"
3. Menggunakan rasa bersalah kita (Guilt)
Ketika kita punya rasa bersalah kepada pelaku emotional blakmail, maka rasa bersalah tersebut akan terus digunakan sebagai senjata agar kita menuruti kata mereka.
Kenyataan bahwa manusia lebih sering bertindak berdasarkan bahasa emosi daripada bahasa logika membangkitkan kesadaran kita akan pentingnya memanfaatkan bahasa emosi untuk melakukan sesuatu yang bijak.
Itulah emotional blackmail, semoga bermanfaat.
Baca Juga
-
Inilah 6 Rekomendasi Snack di Minimarket yang Murah Meriah, Rasanya Bikin Nagih!
-
Selain Original, 5 Varian Mie Instan dari Berbagai Merek yang Wajib Dicoba
-
3 Bisnis Kuliner Milik Komedian dan Komika Indonesia, Rasanya Selegit Jokesnya?
-
3 Bisnis Coffee Shop Milik Influencer, Mana Favoritmu?
-
Sering Dikira dari Luar Negeri, 3 Brand Fashion Ini Ternyata Asli Indonesia!
Artikel Terkait
-
Jangan Terpancing, 4 Hal dalam Diri Ini Patut Kita Kendalikan
-
3 Hal yang Harus Segera Dilakukan saat Kamu Dipermalukan, Cari Solusi!
-
Lakukan 5 Hal Ini agar Mental Kamu Sehat
-
Cegah Kejadian Lesti Kejora dan Rizki Billar, Kenali "Gaslighting", Penyiksaan Psikologis dalam Hubungan yang Tidak Sehat
-
3 Penyebab Kamu Sulit Dimengerti oleh Orang Lain
Ulasan
-
Review Film Fear Street - Prom Queen: Pembantaian Malam Pesta yang Melempem
-
Review Pee-wee as Himself: Dokumenter yang Mengantar Kejujuran Paul Reubens
-
Ulasan Buku One in a Millennial: Refleksi Kehidupan dalam Budaya Pop
-
Ketika Tubuh Menjadi Doa: Refleksi dalam In The Hands of A Mischievous God
-
Bukan Sekadar Lagu Ulang Tahun, Ini Pesan Berani di Lagu SEVENTEEN Bertajuk HBD
Terkini
-
Usung Konsep Sporty, USPEER Resmi Debut Lewat Single Bertajuk 'Zoom'
-
5 Sistem Kekuatan Terbaik Sepanjang Sejarah Anime, Ada Favoritmu?
-
Maudy Ayunda 'Bulan, Bawa Aku Pulang': Persembahan untuk Ketenangan Batin
-
Buat Keputusan Sepihak Terkait Tuan Rumah, AFC Khianati 2 Aturan yang Mereka Buat Sendiri!
-
Honor Pad 10 Resmi Meluncur, Tablet Tipis Usung Snapdragon 7 Gen 3 dan Baterai Jumbo