Setelah sembilan tahun berlalu, dunia hewan antropomorfik yang penuh warna itu masih menyisakan banyak kisah buat digali. Disney akhirnya merilis sekuelnya pada 26 November 2025.
Ekspektasi pun melambung. Apakah cerita Judy Hopps (diperankan Ginnifer Goodwin) dan Nick Wilde (Jason Bateman) masih mampu menghadirkan kehangatan, tawa, sekaligus kritik sosial seperti film pertamanya?
Jawabannya: ya, bahkan lebih dari itu.
Sutradara Jared Bush dan Byron Howard kembali memegang kendali, dan terasa sekali bagaimana mereka membawa Zootopia menuju arah yang lebih ambisius.
Sekuel ini bukan perjalanan ulang yang repetitif lho, tapi perluasan dunia, pendalaman karakter, dan menyuguhkan isu yang lebih matang tanpa mengorbankan humor khasnya.
Penasaran, kan?
Kali Ini Tentang Apa Kisahnya?
Film dibuka dengan ritme yang langsung terasa berbeda sejak menit pertama. Ada kesan skala konfliknya diperbesar, dan narasi kali ini lebih berani menyentuh lapisan sosial yang sebelumnya hanya jadi bayangan di film pertama.
Nggak hanya kota metropolisnya yang terlihat lebih megah, film ini mengenalkan wilayah baru bernama Marsh Market, daerah pinggiran yang dihuni komunitas reptil dan kelompok hewan yang kurang diakomodasi dalam struktur sosial kota.
Pusat ceritanya kali ini bermula dari kemunculan Gary De’Snake, seekor ular yang jadi spesies pertama dari golongannya yang muncul di Zootopia setelah satu abad. Kehadirannya memicu reaksi publik yang curiga, resah, dan dipenuhi prasangka.
Kasus ini menyeret Judy dan Nick kembali ke lapangan. Ketika mereka menelusuri asal-usul Gary, investigasi membawa mereka ke Marsh Market.
Investasi macam apa yang mereka lakukan? Tonton sendiri di bioskop, ya!
Apakah Film Zootopia 2 Benar-benar Kece Badai?
Secara teknis, Zootopia 2 tampil sangat meyakinkan. Animasi garapan Walt Disney Animation Studios terasa jauh lebih hidup dibanding film pertamanya lho. Detail tekstur, pencahayaan, dan gerak kamera dibuat lebih dinamis.
Penataan musiknya pun bekerja sangat baik. Scoring dramatis berdentang tepat pada momen-momen penting. Efeknya? Memberikan amplifikasi emosi tanpa terasa mendominasi.
Adegan aksi, komedi, hingga momen sunyi sekalipun diberi napasnya, yang mana itu membuat film terasa seimbang antara hiburan dan drama.
Meski digarap dengan tone lebih serius, film ini nggak melupakan ciri khasnya. Humor yang bikin ngakak, ringan, tapi juga efektif. Perkenalan karakter-karakter baru memberi warna dan bobot cerita, bukan sekadar pemanis. Dialognya luwes, hubungan Judy dan Nick makin matang, dan dinamika keduanya tetap jadi pusat pesona film ini.
Bahkan isu-isu berat seperti prasangka sosial, bias kelompok, dan ketakutan masyarakat terhadap perubahan tetap disampaikan lewat guyonan halus, momen-momen satir, serta visual yang menghibur.
Pendekatan semacam ini membuat penonton dari berbagai usia bisa menikmati lapisan-lapisan cerita tanpa merasa digurui. Serius deh!
Betewe, aku pun suka saat film ini memotret dinamika masyarakat dalam menghadapi perbedaan. Yup, aku melihat kecemasan penduduk Zootopia ketika ada pendatang dari spesies yang dianggap mengancam, aku pun merasakan bagaimana rumor, ketakutan, dan stereotip berkembang, dan aku juga bisa merasakan bagaimana Judy dan Nick berusaha melawan bias tersebut.
Semua disampaikan dengan pas dan nggak asal-asalan. Salut deh, Film Zootopia 2 mampu keluar dari bayang-bayang kesuksesan film pertamanya dengan membawa karakter lama ke perjalanan baru yang lebih menantang, memperluas semesta, dan menyuguhkan pesan sosial yang relevan dengan dunia nyata.
Bagi Sobat Yoursay yang suka banget sama film pertamanya, sekuel ini akan sangat memanjakan. Silakan berekspektasi tinggi karena sudah pasti terbayar tuntas. Hanya saja, bila nantinya kamu kecewa, berarti ‘mungkin” film ini nggak cocok buat kamu. Ups.
Buruan ke bioskop sebelum turun layar, dan selamat nonton ya.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Review Film In Your Dreams: Serunya Petualangan Ajaib Menyusuri Alam Mimpi
-
Review Film Air Mata Mualaf: Mendalami Gejolak Batin Tatkala Pindah Agama
-
Gentong yang Ingin Gantung Diri
-
Review Film Legenda Kelam Malin Kundang: Menarik di Awal, Kendor di Akhir
-
Review Film The Voice of Hind Rajab: Pedih dan Mengguncang Nurani
Artikel Terkait
-
5 Rekomendasi Film Aksi Perampokan di Vidio, Seru dan Menegangkan
-
Syuting The Beekeeper 2 Selesai, Timo Tjahjanto Apresiasi Pemain dan Kru
-
Ulasan Film Steve: Kisah Satu Hari yang Mengancam Kewarasan
-
10 Film Paling Banyak Dicari di Google Indonesia 2025
-
Gaya Verrell Bramasta Jadi Sorotan, 4 Rekomendasi Film yang Tampilkan Aksi dengan Rompi Taktis
Ulasan
-
Ulasan Film Steve: Kisah Satu Hari yang Mengancam Kewarasan
-
Ulasan Buku Melania: Tokoh Publik Amerika Serikat yang Melegenda
-
Ulasan Drama City of Romance: Rahasia dan Perlindungan dalam Kebohongan
-
Ulasan Novel Dirty Little Secret, Perjuangan Penebusan Cinta dari Masa Lalu
-
Review Film Air Mata Mualaf: Perjalanan Iman yang Mengiris Hati
Terkini
-
Bukan Lagi Salah Korban: Saatnya Menuntaskan Akar Bullying
-
Mencari yang Dicintai di Antara Lumpur dan Air Mata
-
Analisis Peluang Timnas Indonesia U-22 di SEA Games 2025: Ada Pengaruh Kamboja Mundur?
-
Jule dan Na Daehoon Resmi Cerai: Hak Asuh Tiga Anak Diberikan ke Ayah
-
Kenapa Susah Konsisten? Ini 5 Fakta Mengejutkan yang Jarang Kita Sadari