Sebagai negara kepulauan dengan wilayah laut yang luas, tentunya Indonesia memerlukan armada angkatan laut yang kuat untuk menjaga teritori lautnya.
Sejak masa kemerdekaan hingga pengakuan kedaulatan oleh dunia luar, armada laut Indonesia mengalami dinamika dari tahun ke tahun sesuai dengan perkembangan zamannya.
Di masa kini kekuatan armada laut Indonesia bertumpu ke kekuatan kapal-kapal jenis frigate, korvet maupun kapal selam sebagai kekuatan pemukul utama.
Namun, di masa lalu ternyata Indonesia pernah mengoperasikan beberapa jenis kapal dengan tipe lain. Mulai kapal jenis destroyer hingga jenis kapal light cruiser pernah dioperasikan oleh TNI-AL dari masa orde lama hingga masa orde baru.
Untuk kapal jenis destroyer, dalam sejaranya TNI pernah mengoperasikan 11 unit yang terbagi dalam beberapa kategori atau class. Berikut ini adalah jenis-jenis kapal destroyer yang pernah dioperasikan TNI-AL.
1. Gadjah Mada-class
Kapal jenis destroyer pertama yang dioperasikan oleh TNI-AL pada masa orde lama adalah Gadjah Mada-class. Kapal ini sejatinya merupakan kapal destroyer buatan Inggris yakni HMS Nonpareil yang masuk ke dalam N-class destroyer.
Kapal yang diluncurkan pada tahun 1941 ini hanya setahun berdinas di angkatan laut kerajaan Inggris sebelum dijual ke pihak angkatan laut belanda pada tahun 1942 dan berganti nama menjadi HNLMS Tjerkd Hidddes.
Kemudian pada tahun 1951 pihak Indonesia membeli kapal ini dari Belanda dan kemudian berganti nama menjadi RI (KRI) Gadjah Mada.
Kapal ini dalam dinas angkatan laut Indonesia pernah digunakan untuk membantu penumpasan PRRI di Sumatera Barat dan juga turut andil dalam penumpasan Permesta di Sulawesi.
Dilansir dari wikipedia.com, kapal destroyer klasik ini dibekali 3 meriam kembar 120 mm sebagai meriam utama, 4 meriam kaliber 20 mm dan beberapa senapan mesin serta peluncur torpedo.
Kapal ini juga dilengkapi dengan sistem radar terintegrasi. Kapal ini kemudian dipensiunkan pada tahun 1961.
2. Skory-class
Tipe kapal destroyer berikutnya yang pernah memperkuat TNI-AL adalah Skory-class buatan Uni Soviet. Kapal ini sendiri di Indonesia dikenal dengan nama Siliwangi-class yang didasarkan pada kapal pertamanya di kelas tersebut yakni KRI Siliwangi.
Kapal ini datang di Indonesia pada tahun 1959 setelah Uni Soviet menjualny ke Indonesia. Pihak Uni Soviet sendiri menggunakan kapal ini kurang lebih selama hampir 8 tahun sejak diluncurkan pada tahun 1951.
Kapal ini sendiri dibeli oleh pihak Indonesia dari Uni Soviet karena hubungan erat negara komunis terbesar pada masanya tersebut dengan Indonesia kala itu.
Kapal ini sendiri juga digadang-gadang sebagai kekuatan laut Indonesia menjelang operasi Trikora guna membebaskan Irian Barat. Kapal ini dipersejatai dengan 2 meriam kembar kaliber 130 mm dan meriam 85 mm sebagai sistem persenjataan utamanya.
Selain itu, adapula beberapa meriam penangkis serangan udara kaliber 57 mm, peluncur torpedo, pelontar bom kedalaman hingga pelontar roket anti kapal selam RBU 2500.
Tipe kapal ini pensiun dari dinas angkatan laut Indonesia pada peridoe tahun 1970-an.
Dalam kelas destroyer Siliwangi-class ada 8 kapal yang bertugas dalam angkatan laut Indonesia kala itu, yakni KRI Siliwangi (201), KRI Sisingmangaradja (202), KRI Sandjaja (203), KRI Sawoenggaling (204), KRI Sultan Iskandar Muda (304), KRI Sultan Darmuda (305), KRI Diponergoro (306), dan KRI Brawidjaja (307).
3. Imam Bondjol-class
Kapal destroyer terakhir yang pernah memperkuat armada laut Indonesia adalah Imam Bondjol-class atau yang di dunia Internasional dikenal dengan nama Almirante Clemente-class.
Destroyer bertipe pengawal ini dibeli dari negara Italia dan diserahkan ke pihak Indonesia pada tahun 1958. Di kelas ini hanya terdapat dua kapal yang berdinas di tubuh angkatan laut Indonesia, yakni KRI Imam Bondjol (250/355) dan KRI Surapati (251/356).
Destroyer ini meskipun masih dikategorikan destroyer klasik namun telah dilengkapi beragam jenis radar dan sistem sonar modern untuk mendukung operasinya.
Dari sisi persenjataan, kapal di kelas ini dilengkapi dengan 4 meriam kembar QF 4 in (102mm)/45 Mark XVI sebagai persenjataan utama.
Selain itu, adapula 4 meriam bofors 40 mm dan 8 meriam Oerlikon 20 mm. Kapal ini juga dilengkapi dengan 3 tabung peluncur torpedo dan pelontar mortar. Kapal-kapal di kelas ini pensiun dalam dinas layanan angkatan laut Indonesia pada tahun 1978.
Baca Juga
-
Shin Tae-yong Panggil Trio Belanda ke AFF Cup 2024, Akankah Klub Pemain Berikan Izin?
-
Bambang Pamungkas Sebut Mimpi Indonesia ke Piala Dunia Masih Ada, Kenapa?
-
AFF Cup 2024 Resmi Gunakan Teknologi VAR, Kabar Buruk Bagi Timnas Vietnam?
-
Belum Dilirik STY untuk AFF Cup 2024, Apakah Jens Raven Tak Masuk Kriteria?
-
Sudah Dapatkan Ole Romeny, PSSI Rupanya Masih Berburu Striker Keturunan
Artikel Terkait
-
Viral Misteri Kapal Kayu Tua Tanpa Awak di Jepara: Netizen Ungkap Fakta Sebenarnya
-
BKI Ajak Stakeholders Pelayaran RI Tingkatkan Kualitas Kapal untuk Pertahankan Status Whitelist Bendera Indonesia
-
Link Twibbon Hari Korps Marinir 15 November 2024
-
Tak Hanya Kota Besar, ASDP Pastikan Layanan Transportasi Penyeberangan ke Wilayah 3T
-
Sejarah Hari Lahir Korps Marinir yang Diperingati Setiap 15 November, Ini Sosok Komandan Pertamanya
Ulasan
-
Ulasan Novel Under the Influence Karya Kimberly Brown, Kisah Cinta dan Kesempatan Kedua
-
Ulasan Novel Binding 13, Kisah Cinta yang Perlahan Terungkap
-
Ulasan Novel Merasa Pintar, Bodoh Saja Tak Punya Karya Rusdi Matahari
-
Ulasan Buku Patah Paling Ikhlas, Kumpulan Quotes Menenangkan Saat Galau
-
Tetap Kuat Menjalani Hidup Bersama Buku Menangis Boleh tapi Jangan Menyerah
Terkini
-
Shin Tae-yong Panggil Trio Belanda ke AFF Cup 2024, Akankah Klub Pemain Berikan Izin?
-
Sinopsis Film Death Whisperer 2, Aksi Nadech Kugimiya Memburu Roh Jahat
-
Maarten Paes Absen di Piala AFF 2024, Saatnya Cahya Supriadi Unjuk Gigi?
-
Review Film The Twisters 2024: Perburuan Badai yang Mendebarkan
-
Apesnya Vietnam, Pemusatan Latihan di Korea Terancam Kacau Gegara Hal Ini