Pada periode awal abad ke-20, tepatnya pada kurun waktu 1905 hingga 1915 sangat populer teknologi pesawat terbang yang mewabah hampir di seluruh penjuru dunia, tidak terkecuali di Indonesia atau yang pada saat itu masih dikenal dengan nama Hindia-Belanda. Kepopuleran teknologi pesawat yang lahir pada tahun 1903, membuat kawasan Hindia-Belanda yang merupakan daerah koloni Belanda ikut turut serta dalam mempopulerkan pesawat sebagai penemuan terbesar saat itu.
Di Hindia-Belanda sendiri, tercatat penerbangan pertama yang dilakukan terjadi pada 18 Maret tahun 1911 di kota Surabaya. Peristiwa ini sekaligus menjadi tonggak sejarah sebagai penerbangan pesawat pertama yang terjadi di Hindia-Belanda. Namun, tahukah kamu bahwa pesawat yang digunakan dalam peristiwa tersebut merupakan pesawat buatan Perancis yang dikenal dengan nama Antoinette VII. Seperti apakah pesawat tersebut ? kita simak ulasan ringkasnya berikut ini.
1. Pesawat Monoplane Buatan Perancis
Dilansir dari wikipedia.com, pesawat Antoinette VII adalah pesawat berjenis monoplane atau bersayap ganda buatan pabrikan asal Perancis yakni Antoinette. Pesawat ini merupakan generasi berikutnya setelah pesawat Antoinette V dan Antoinette VI yang juga produksi pabrikan Antoinette. Pesawat yang terbilang cukup sederhana ini dikenal sebagai pesawat demonstrator yang cukup handal di masanya.
BACA JUGA: Cetak Gol Lagi, Cody Gakpo Bakal Semakin Diburu Usai Piala Dunia 2022
Kelahiran Antoinette VII merupakan karya dari salah seorang insinyur dan desainer pesawat asal Perancis yakni Leon Levavasseur. Pesawat ini sendiri tercatat mulai mengudara pada tanggal 25 Juli 1909 dan tetap digunakan untuk kegiatan penerbangan demonstrator pada beberapa tahun berikutnya. Pesawat ini sendiri ditenagai oleh sebuah mesin Antoinette V8 dengan 8 silinder berpendingin cairan. Mesin ini mampu menghasilkan tenaga sebesar 50 hp dan dapat membuat pesawat Antoinette VII terbang dengan kecepatan 70 km/jam.
2. Terbang Di Langit Hindia-Belanda
Kehadiran Antoinette VII di langit Hindia-Belanda berawal dari sebuah udangan demosntrasi penerbangan yang dilakukan klub penerbangan di Hindia-Belanda yang bekerja sama dengan pengusaha gula. Pihak tersebut kemudian mengundang seorang aviator atau penerban demonstrator berkebangsaan Belanda yakni Gijsbertus "Gijs" Kuller untuk melakukan demonstrasi penerbangan di langit Hindia-Belanda.
BACA JUGA: Nasib Ribuan Botol Bir Budweiser Usai Qatar Larang Jualan di Stadion
Dilansir dari aviahistoria.com, tepat pada tanggal 18 Maret 1911, kegiatan penerbangan yang dilakukan di sebuah lapangan di kota Surabaya tersebut sukses dan berjalan lancar. Tidak hanya menarik perhatian beragam kalangan saat itu, akan tetapi hal ini juga menandai peristiwa bersejarah dalam dunia penerbangan di Hindia-Belanda. Setelah sukses melakukan penerbangan di kota Surabaya, Kuller melanjutkan tur penerbangannya di beberapa kota lain seperti Semarang, Yogyakarta, Bandung, Batavia dan Medan. Bahkan, tur penerbangan tersebut juga dilakukan di Malaya yang merupakan koloni Inggris.
3. Ditinggalkan Di Hindia-Belanda
Setelah sukses digunakan dalam demonstrasi penerbangan di Hindia-Belanda, Antoinette VII akan direncanakan untuk kembali ke Eropa. Namun, Gijs Kuller yang pada saat itu mempiloti pesawat tersebut memutuskan untuk meninggalkan saja pesawat tersebut di Hindia-Belanda untuk kepentingan pemanfaatan militer maupun sipil. Meskipun demikian, pesawat ini menjadi kurang terawat karena hanya disimpan di sebuah gudang. Bahkan, ketika akan dimanfaatkan teknologinya beberapa tahun kemudian, pesawat ini dirasa sudah tidak layak lagi untuk terbang dan teknologinya dirasa telah usang.
Nah, itulah sedikit kisah dari pesawat Antoinette VII yang merupakan pesawat pertama yang terbang di langit Indonesia atau yang saat itu masih bernama Hindia-Belanda. Meskipun hampir tidak diketahui masyarakat awam, akan tetapi pesawat dengan desain klasik ini telah memberikan semangat pengembangan kedirgantaraan bagi orang-orang pada saat itu yang diteruskan hingga hari ini.
Video yang Mungkin Anda Suka.
Tag
Baca Juga
-
3 Keuntungan bagi Indonesia saat Jadi Tuan Rumah Gelaran AFF Cup U-23 2025
-
Tertarik Bela Timnas Indonesia, Ini Profil Pemain Keturunan Luca Blondeau
-
Indonesia Tuan Rumah AFF Cup U-23 2025, Jadi Peluang Kembali Raih Juara?
-
Media Belanda Tiba-tiba Berikan Komentar Sindiran ke Mees Hilgers, Ada Apa?
-
Demi Piala Dunia U-17, PSSI Harus Pertimbangkan Menambah Pemain Keturunan
Artikel Terkait
-
Sejarah Sirkus OCI Taman Safari, Jadi Sorotan Publik karena Dugaan Eksploitasi
-
Sejarah Telur Paskah dan Maknanya, Tak Hanya Melukisnya Warna-warni
-
Kemiri Jadi Bahan Bakar Pesawat: Energi Ramah Lingkungan dari Alam Indonesia
-
Sinopsis The Remarried Empress, Drama Korea yang Dibintangi Shin Min Ah dan Lee Jong Suk
-
Sediakan Layanan Penerbangan Korporasi, Pelita Air dan Elnusa Jalin Kerja Sama Strategis
Ulasan
-
Review Film Warfare: Tunjukkan Perang dan Kekacauan dengan Utuh serta Jujur
-
Hidup dalam Empati, Gaya Hidup Reflektif dari Azimah: Derita Gadis Aleppo
-
KH. Hasyim Asy'ari: Tak Banyak Tercatat, Tapi Abadi di Hati Umat
-
Pura Batu Bolong, Wisata Religi di Tepian Pantai Senggigi Lombok
-
Ulasan Film Secret Untold Melody: Rahasia Cinta di Balik Denting Indah Piano
Terkini
-
Baru Tayang Raih Rating Tinggi, 5 Alasan The Haunted Palace Wajib Ditonton!
-
Lingling Jadi Idol K-Pop Malaysia Pertama, Siap Debut Akhir Mei 2025
-
Selamat! Mark NCT Raih Trofi Ketiga Lagu 1999 di Program 'Music Core'
-
Dibintangi Marlon Wayans, Film Horor Bertajuk Him Bagikan Teaser Perdana
-
Due Tahun Kepergian Moonbin, Moon Sua Cover Lagu Always Remember Us This Way