Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | zahir zahir
Ilustrasi KRI Ratulangi di tahun 1960-an (wikipedia)

Pada masa orde lama, Indonesia melakukan berbagai pembelian alutsista guna memperkuat kekuatan militer Indonesia saat itu. Hal tersebut dilakukan guna mendukung kampanye perebutan Irian Barat (Papua) dari tangan Belanda yang dikenal dengan nama Operasi Trikora.

Tidak tanggung-tanggung saat itu Indonesia mendatangkan berbagai alutsista unggulan untuk memperkuat angkatan militer Indonesia.

Salah satu pembelian alutsista strategis kala itu adalah 12 unit kapal selam Whiskey-class dari Uni Soviet. Namun, selain membeli kapal selam tersebut Indonesia juga membeli kelengkapan lainnya seperti kapal submarine tender atau kapal tender kapal selam.

BACA JUGA: 4 Alasan Penggunaan Kapal Tempur Sudah Tidak Efektif di Pertempuran Modern

Kapal tersebut merupakan kapal logistik dan bantu muatan kapal selam. Saat itu Indonesia diketahui membeli 2 unit kapal selam yakni KRI (RI) Thamrin yang merupakan Atrek-class dan KRI (RI) Ratulangi yang merupakan kapal kelas Don-class.

KRI Ratulangi sendiri memiliki rekam jejak sejarah yang cukup panjang di Indonesia sebagai salah satu kapal tender kapal selam generasi pertama yang dioperasikan oleh TNI-AL (ALRI).

Didatangkan Dari Uni Soviet dalam Kondisi Bekas Pakai

KRI Ratulangi saat masih berdinas di Uni Soviet (wikipedia)

Kedatangan KRI Ratulangi saat itu memang diperuntukkan sebagai kelengkapan armada kapal selam Whiskey-class yang dibeli pula dari Uni Soviet.

Dilansir dari situs indomiliter.com, kapal ini bersama dengan ‘saudaranya’ yakni KRI Thamrin yang merupakan kapal tender Atrek-class mulai datang ke Indonesia pada tahun 1962. Namun, pembelian kapal ini bukan dalam kondisi baru alias bekas pakai angkatan laut Uni Soviet.

KRI Ratulangi sejatinya merupakan kapal bekas angkatan laut Uni Soviet dengan nama Nikolay Kartashov yang dibangun oleh galangan kapal Black Sea pada tahun 1959 dan diluncurkan pada tahun 1960.

Kapal tersebut terbilang hanya 2 tahun dalam layanan militer Uni Soviet sebelum pada akhirnya dijual ke Indonesia dan dirubah namanya menjadi KRI (RI) Ratulangi. 

Menjadi Induk dari Kapal Selam Whiskey-class

Kapal Selam Whiskey-class Indonesia (wikipedia)

Meskipun terkesan tidak memiliki kekuatan yang mumpuni sebagai kapal tempur, namun KRI Ratulangi memiliki peran yang cukup penting bagi armada kapal selam Republik Indonesia saat itu.

Bersama KRI Thamrin kapal ini menjadi kapal logistik, bantu muatan, reparasi dan kapal komando bagi operasi kapal selam Indonesia saat itu.

Kapal ini mampu membawa sekitar 3.000 ton perlengkapan yang terdiri dari torpedo cadangan, sistem suku cadang, peralatan logistik, air bahan bakar dan beberapa kelengkapan lainnya.

Kapal ini tergolong memiliki desain yang lebih mirip kapal sipil dengan dilengkapi beberapa tempat yang difungsikan sebagai gudang dan bengkel reparasi.

Bagi beberapa prajurit ALRI, kapal ini juga dipergunakan sebagai tempat beristirahat karena saat itu kapal selam Whiskey-class dianggap kurang begitu nyaman bagi awak kapal selam tersebut.

Dari segi persenjataan, kapal ini dilengkapi dengan 4 meriam kaliber 100 mm dan 4 meriam kaliber 57 mm sebagai sistem pertahanan udaranya.

Kapal yang ditenagai oleh mesin diesel ini mampu berlayar dengan kecepatan sekitar 17 knot dan mampu mencapai jarak jelajah sekitar 21.000 km.

BACA JUGA: Mengenal Dassault Rafale, Pesawat Tempur Baru yang akan Memperkuat TNI-AU

Tidak Diketahui Nasibnya

KRI Ratulangi dan kapal selam Whiskey-class milik Indonesia (indomiliter.com)

Meskipun dibeli untuk mendukung operasi Trikora, namun kapal ini ternyata tidak sempat mencicipi area konflik tersebut dikarenakan masalah Irian Barat selesai lebih cepat melalui meja perundingan.

Kapal ini baru turun berlaga saat menjadi bagian dari operasi Dwikora dalam konflik dengan Malaysia saat itu. Akan tetapi, misi terbesar yang pernah dilakukan kapal ini adalah saat menjadi kapal bantu logistik saat operasi Seroja di Timor Timur.

Saat peralihan geopolitik dari timur ke barat, kapal ini diketahui masih dapat dipertahankan dengan melakukan beragam kanibal suku cadang. Kapal KRI Ratulangi terakhir diketahui berdinas pada awal dekade 1980-an sebelum dipensiunkan.

Namun, tiadk diketahui nasib kapal ini setelah dipensiunkan. Ada yang mengatakan kapal ini dijadikan besi tua, adapula yang berpendapat dijadikan sasaran tembak oleh kapal tempur TNI-AL lainnya.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

zahir zahir