Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | zahir zahir
Ilustrasi Pesawat Aiborne Early Warning and Control (wikipedia)

Beberapa waktu yang lalu Kementrian Keuangan telah menyetujui mekanisme pendanaan guna membeli pesawat Airborne Early Warning and Control (AEW&C) untuk TNI. Melansir dari situs janes.com, Kementerian Keuangan Indonesia menyetujui mekanisme pinjaman asing sebesar 800 juta USD guna membeli pesawat AEW&C beserta kelengkapannya. Hal ini tentunya merupakan kabar yang cukup positif mengingat Indonesia akan pertama kali mengoperasikan pesawat dengan jenis ini.

Pesawat Airborne Early Warning and Control (AEW&C) sejatinya merupakan pesawat pengawasan sekaligus kontrol manajemen dalam komunikasi militer. Pesawat ini berperan sebagai pesawat peringatan dini dalam menjaga teritori udara dan laut sebuah negara. Melansir dari situs indomiliter.com, biaya yang disetujui oleh Kementerian Keuangan tersebut harus mencakup minimal 2 unit pesawat beserta kelengkapannya. Hal ini membuat sebagian pengamat berpendapat mengenai jenis pesawat AEW&C apa saja yang dapat dibeli oleh militer Indonesia. Berikut 3 pesawat Airborne Early Warning and Control yang kemungkinan bisa dibeli oleh militer Indonesia.

1. SAAB 2000 Erieye

SAAB 200 Erieye (wikipedia)

Pessawat buatan negara Swedia ini merupakan pilihan teratas yang kemungkinan akan dibeli oleh TNI-AU. Pesawat ini berbasis pesawat jet VVIP sipil yakni SAAB 2000. Sistem radar yang digunakan yakni Erieye (GlobalEye) yang juga buatan SAAB dari Swedia. Radar tersebut merupakan radar AESA yang memiliki jarak pendeteksian sekitar 300-450 km dan mampu mencapai ketinggian deteksi hingga lebih dari 20.000 meter.

Pesawat SAAB 2000 sendiri mampu terbang dengan kecepatan hingga 600 km/jam dan memiliki jarak jelajah sekitar 2.800 km. Sistem radar Erieye sejatinya dapat diintegrasikan dengan pesawat lain yang sejenis seperti SAAB 340, Bombardier Global 6000 atau Embraer R-99. Untuk harga pesawat ini bisa mencapai sekitar 300-400 juta USD per unitnya beserta kelengakapan sistem pendukungnya. Tentunya dari segi harga yang disyaratkan oleh Kementrian Keuangan cukup sesuai dan pesawat jenis ini tergolong tidak terlalu susah dalam perawatan.

2. CASA/IPTN C-295 AEW&C

C-295 AEW&C (wikipedia)

Pesawat ini merupakan varian AEW&C dari pesawat sipil dan militer C-295 yang diproduksi oleh PT. DI dan CASA Spanyol yang kini diakusisi oleh Airbus Defence and Space. Tentunya pesawat ini cukup familiar bagi militer Indonesia karena merupakan salah satu pengguna terbanyak dari pesawat C-295 di dunia. Melansir dari situs Flight Global, versi AEW&C dari C-295 muncul pertama kali pada tahun 2011 dan masih dalam bentuk prototipe. Sempat menghilang kabar pengembangannya, kini nama pesawat ini naik kembali setelah berita rencana pengadaan pesawat AEW&C yang akan dilakukan oleh TNI.

Spesifikasi pesawat ini tentunya tidak jauh berbeda dari versi sipil C-295 yang telah dioperasikan oleh TNI. Pesawat ini mampu terbang dengan kecepatan 480 km/jam dan memiliki jarak jelajah hingga 4.000 km tergantung muatan yang dibawa. Akan tetapi, pengadaan pesawat ini tentunya dikhawatirkan dapat menimbulkan pro dan kontra. Hal tersebut dikarenakan sistem radar yang dibawa merupakan E/L W-2090 yang merupakan buatan Israel. Selain itu, pesawat ini belum teruji secara lapangan karena tidak ada negara lain yang mengoperasikannya hingga hari ini. Hal ini juga berdampak dari tidak diketahuinya harga pasti dari pesawat C-295 varian AEW&C tersebut.

3. Boeing 737 Wedgetail

Boeing 737 Wedgetail (wikipedia)

Sejak penyetujuan pengadaan pesawat Airborne Early Warning and Control yang dilakukan oleh TNI. Nama pesawat ini mulai mencuat kembali dalam daftar kemungkinan untuk diakusisi. Pesawat buatan pabrikan Boeing ini memang dikenal sebagai salah satu pesawat AEW&C tercanggih untuk saat ini. Pesawat yang mulai beroperasi sejak tahun 2012 ini telah digunakan oleh militer Amerika Serikat, Korea Selatan, Australia, Inggris dan Turki. Pesawat ini sendiri menggunakan badan dari pesawat sipil Boeing 737-700.

Sistem radarnya sendiri dipercaya merupakan radar generasi terbaru dengan jarak pelacakan hingga mencapai 800 km dan dengan ketinggian maksimum mencapai 30.000 meter. Tentunya kemampuan luar biasa dari pelacakan radar pesawat ini dianggap cocok untuk Indonesia yang memang memiliki wilayah yang cukup luas. Akan tetapi, harga pesawat ini cukup mahal jika melihat anggaran dan persyaratan yang diberikan oleh Kementerian Keuangan. Melansir dari situs Airforce Technology, 1 unit pesawat Boeing 737 Wedgetail dapat mencapai hargai sekitar 700 juta USD. Bahkan, dikabarkan harga tersebut hanya mencakup pesawat dan sistem radarnya saja tanpa kelengkapan pendukung lainnya.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

zahir zahir