Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Sam Edy
Ilustrasi buku “Raup Rupiah dari Sampah Plastik” (Dokumentasi penulis/Sam Edy)

Bicara tentang sampah, di negeri ini masih banyak orang yang tak memiliki kepedulian untuk membuang sampah pada tempatnya. Bahkan ketika tengah berada di jalan raya pun, orang begitu seenaknya sendiri membuang sampah di jalanan.

Di tepi-tepi jalan besar, selokan-selokan, dan sungai-sungai tempat seharusnya air mengalir dengan lancar, justru banyak orang yang membuang sampah di sana. Maka jangan heran saat hujan turun dengan deras, sampah-sampah tersebut akan menyumbat aliran air sehingga menjadi pemicu datangnya banjir.

Mengelola sampah agar tidak menumpuk dan menggunung masih menjadi PR kita bersama. Tentang cara mengelola sampah dengan baik dan benar, kita bisa belajar dari beragam buku yang mengurai tentang cara menanggulangi sampah dengan cerdas dan kreatif.

Dalam buku “Raup Rupiah dari Sampah Plastik” karya Gracy S. Marpaung dan Widiaji, kita akan mengetahui tentang sampah-sampah yang ada kalanya bisa kita kelola sebagai kompos, ada kalanya didaur ulang menjadi barang dengan nilai seni dan daya jual yang lumayan tinggi.

Dalam kehidupan keseharian, kita seolah tak bisa terlepas dari yang namanya sampah plastik. Hal ini tidaklah mengherankan, karena segala sesuatu membutuhkan kantong untuk membawa barang-barang yang menjadi kebutuhan kita.

Misalnya, saat belanja di minimarket, belanjaan kita dibungkus dengan plastik, saat berbelanja aneka keperluan dapur di warung atau pasar, plastik juga menjadi sarana pembungkusnya. Saat membeli makanan dan minuman, plastik juga seolah tak mau pisah darinya. 

Yang menjadi persoalan adalah: jangan sampai sampah plastik tersebut kita buang secara sembarangan. Alangkah lebih baiknya kita kumpulkan di tempat terpisah dan berusahalah untuk meminimalisir penggunaan kantong plastik dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam buku ini dijelaskan bahwa sampah plastik dapat dikreasikan menjadi karya kerajinan bernilai jual tinggi tanpa melakukan peleburan terlebih dahulu. Pengolahan dilakukan dengan menggabungkan lembaran-lembaran plastik menjadi bahan dasar, baik dengan menjahitnya atau menempelkannya pada material lain.

Ada juga yang memotong-motong lembaran plastik menjadi lembaran kecil panjang, menganyamnya, baru mengolahnya menjadi produk yang fungsional. Lembaran-lembaran plastik ini dapat digunakan untuk membuat tas, dompet, tirai hias, kotak karton berhias, pembatas buku, bahkan sebagai sampul buku bermotif (hlm. 21).

Menariknya, dalam buku ini juga dilengkapi dengan gambar hasil kerajinan dari sampah plastik yang menurut saya sangat menarik, seperti tas punggung, tas belanja, gelang, dompet, dan lain sebagainya. Semua jenis kreasi unik dan bernilai jual tinggi ini dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi bagi para pembaca yang tertarik ingin menirunya. 

Terbitnya buku ini sangat bermanfaat bagi para pembaca dari berbagai kalangan. Saya berharap lewat buku ini para pembaca berupaya untuk mengurangi produksi sampah setiap harinya. Kalau perlu, berusahalah menjadikan sampah-sampah tersebut sebagai sesuatu yang memiliki manfaat bagi kehidupan kita. 

Sam Edy