Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Novran Juliandri
Serial dokumenter In The Name of God: A Holy Betrayal (Instagram/Netflix)

Agama sejatinya menjadi tuntunan yang baik bagi setiap manusia. Setiap agama mengajarkan kedamaian, cinta dan kasih sayang antar manusia. Baik dengan orang-orang yang seiman maupun yang tidak seiman. Namun pada kenyataannya, agama menjadi tempat terkutuk dan mengerikan bagi sebagian orang. Agama yang memiliki citra yang baik, justru agama memberikan dampak negatif dan memiliki citra yang tidak baik. Agama tidak salah, namun manusia yang menganut agama atau suatu kepercayaanlah yang salah.

Manusia yang menganut kepercayaan atau agama menjadi begitu fanatis serta mengaktualisasikan ajaran agamanya dengan cara-cara kekerasan, sehingga bermunculan para penganut agama yang radikal dan terciptalah radikalisme agama. Radikalisme agama bukan barang baru, ia sudah banyak bermunculan di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Radikalisme agama tidak menunjukkan terhadap satu agama atau kepercayaan, ia bisa masuk ke seluruh agama manapun. Disclaimer, tulisan ini tidak menyerang agama tertentu, tulisan untuk mencela agama manapun, tetapi menjadi pembelajaran untuk semua umat beragama. Radikalisme agama juga terjadi di Korea Selatan, hal ini diceritakan dalam bentuk serial film dokumenter “In The Name of God: A Holy Betrayal.” 

Film tersebut tayang di platform Netflix dan mendapat banyak sorotan, sebab film ini mengangkat isu agama Kristen di Korea Selatan. Film ini cukup kontroversial, sebab ia menyoroti kasus-kasus dari empat pimpinan gereja yang membuat sekte-sekte menyimpang di Korea Selatan. Berikut kasus-kasus empat pendeta tersebut:

1.    Pelecehan Seksual yang Dilakukan Jeong Myeong-seok

Film dimulai dengan kasus Jeong Myeong-seok sebanyak tiga episode, Myeon-seok muda hanyalah seorang remaja yang rajin beribadah dan sering membaca Alkitab serta menjadi pendeta dengan ribuan jemaat. Namun seiring berjalannya waktu, ia mulai menjadi pendeta yang terkenal, dengan memiliki jemaat dari kalangan akademisi kampus seperti dosen dan mahasiswa. Ia mengajarkan ajaran agama Kristen begitu semangat, rasional, dan moderat, sehingga mudah diterima oleh anak-anak muda Korea Selatan.

Seiring berjalannya waktu, ia mulai banyak mendapatkan banyak pengikut dan menjadi seorang kultus dan membuat sekte JMS. Namun Myeong-seok tersandung berbagai kasus, mulai dari kekerasan terhadap pengikut serta keluarganya, pelecehan seksual, serta kekerasan terhadap jurnalis dan akademisi yang mengungkap kasus pelecehan seksualnya. Myeong-seok sudah menjadi langganan lapas di Korea Selatan, sudah bebas dengan jerat hukum pada Februari 2018, namun ia tetap melakukan kasus yang sama dan didakwa pada 3 Maret 2023.

2.    Kematian Park Soon-ja

Setelah kasus Jeong Myeong-seok dengan para pengikut sekte JMS-nya. Film beralih kepada kasus Park Soon-ja dan para jemaatnya yang tergabung sekte Five Oceans atau Lima Samudera sebanyak satu episode. Kasus ini begitu menggemparkan masyarakat Korea Selatan, karena Park Soon-ja beserta 31 pengikutnya ditemukan mati di atas loteng pabrik. Hal ini tentu menjadi tanda tanya bagi aparat penegak hukum di Korea Selatan, apakah mereka bunuh diri atau dibunuh.

Hingga saat ini kebenaran belum terungkap, banyak spekulasi yang beredar. Kasus Park Soon-ja juga banyak menyeret orang-orang penting di Korea Selatan, selain itu Park Soon-ja dikenal sebagai pebisnis dan pemimpin sekte Five Oceans

. Walaupun kematiannya ditetapkan sebagai bunuh diri karena ajaran sesat, namun ada beberapa pihak yang percaya kalau Park Soon-ja beserta 31 pengikutnya dibunuh oleh seseorang. Kasus Five Oceans atau Lima Samudera yang menjadi perusahaan kerajinan dan sekte tidak benar-benar terungkap, karena orang mengetahuinya sudah tiada.

3.    Kekerasan yang Dilakukan Kim Ki-soon

Setelah kasus Park Soon-ja, film berlanjut sebanyak dua episode yang menayangkan kisah Kim Ki-soon beserta sektenya yang Bernama Baby Garden atau Taman Bayi. Kim Ki-soon awalnya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa yang sangat religius. Namun dia berambisi untuk menjadi seorang pelayan Tuhan.

Singkat cerita, ia membentuk sebuah sekte bernama Baby Garden yang telah ada sejak 1980-an. Sekte ini semakin aneh, karena terkuak kasus kekerasan dan penganiayaan terhadap pengikutnya, bahkan kepada anak di bawah umur. Ia dituntut hanya empat tahun penjara dan bebas, setelah itu Kim Ki-soon tidak pernah lagi muncul ke publik.

4.    Pelecehan Seksual yang Dilakukan Lee Jae-rock

Lee Jae-rock, dikenal sebagai seorang pendeta yang dapat menyembuhkan banyak penyakit orang-orang yang datang padanya. Lee Jae-rock terkenal dengan memimpin sektenya di Manmin Central Church atau Gereja Pusat Manmin. Sama halnya dengan Jeong Myeong-seok, Lee Jae-rock juga tersandung kasus yang sama, yaitu kasus pelecehan seksual terhadap pengikutnya. Setelah putusan pengadilan, akhirnya Lee ditetapkan sebagai tersangka dan dinyatakan bersalah dengan hukuman 15 tahun penjara.

Film ini memang mengundang kontroversial, bahkan sutradaranya Cho Sung-hyun, banyak dituntut oleh pihak-pihak tersinggung dan merasa dirugikan oleh film dokumenter tersebut. Tapi menurut Cho Sung-hyun, ia membuat film tersebut untuk mengungkapkan fakta yang sebenarnya terjadi. 

Menurut saya, agama tidak bisa diglorifikasi kepada kekerasan, pelecehan, hingga pembunuhan yang menghilangkan nyawa seseorang. Setiap manusia memiliki Hak Asasi Manusianya, setiap manusia berhak untuk hidup layak dan merdeka atas pilihannya. Bahkan manusia, berhak untuk menganut kepercayaan atau agama manapun. Namun yang terpenting adalah jangan rusak agama untuk memuaskan hawa nafsu kita.

Novran Juliandri