Novel Api Tauhid ini merupakan novel sejarah kehidupan Syaikh Badiuzzaman Said Nursi yang tentunya juga diselingi dengan kisah cinta. Said Nursi adalah tokoh luar biasa yang dijuluki badiuzzaman yang berarti sang keajaiban zaman. Ia memiliki karya yang menjadi masterpiece, yaitu Rasailun Nur.
Pemikiran Badiuzzaman Said Nursi tentang tafsir al-Qur'an, tentang kaidah memahami hadis, tentang penyakit umat dan obatnya, tentang fikih dakwah, dan tentang peradaban Qur'ani, menjadi pembahasan para guru besar di berbagai universitas Islam.
BACA JUGA: Belajar Merelakan Melalui Novel Berjudul 'Angkasa dan 56 Hari'
Dalam kata pengantar buku ini, penulis mengungkap bahwa ia sangat mengagumi sosok Syaikh Said Nursi. Lantaran ia merupakan tokoh yang begitu disiplin menjaga diri dari syubhat. Sejak kecil hingga tuanya sangat teguh dalam menjaga pandangan mata dari yang tidak halal. Tokoh yang sangat penyayang kepada makhluk-makhluk Allah, bahkan kepada semut, kecoa, dan tikus sekalipun.
Ia juga tokoh yang sangat kokoh memegang agama Allah, dan sangat teguh memperjuangkan agama-Nya dengan cara yang penuh cinta dan damai. Tokoh yang kesabarannya bisa menjadi teladan bagi para pejuang kebenaran. 25 tahun ia hidup dari penjara ke penjara dan pengasingan, tetapi tetap menulis dan tetap berada di barisan paling depan untuk membela kalimat Tauhid.
BACA JUGA: Ulasan Buku Kala Agama Menjadi Bencana, Pentingnya Dialog Antar-agama
Sejarah kehidupan Badiuzzaman Said Nursi dikisahkan dengan begitu detail oleh Habiburrahman. Ia memasukkan kisah Said Nursi dalam perjumpaan Fahmi (seorang santri di Jawa yang cerdas, hafiz, sekaligus mahasiswa S2 Universitas Islam Madinah) dengan Aysel (wanita jelita keturunan Turki yang menetap di Eropa) juga Emel (gadis Turki yang salihah).
Perjuangan Said Nursi di bidang pendidikan sangat mengagumkan. Pada masa-masa awal, Said Nursi muda sudah memperlihatkan kehebatannya dengan menguasai berbagai macam ilmu. Bahkan saat menginjak umur 15 tahun, ia sudah hafal puluhan kitab referensi penting dan banyak mengalahkan ilmu yang dimiliki ulama-ulama yang lebih senior.
BACA JUGA: Ulasan Novel Girls: Kisah Dua Sahabat yang Terobsesi Menyaksikan Kematian
Ada kegelisahan dalam diri Said Nursi bahwa pendidikan saat itu kurang tepat, sebab lebih mengandalkan ilmu-ilmu umum yang lebih sekuler. Kegelisahan Said Nursi ini tertulis dalam buku ini, sebagaimana cuplikan berikut:
Badiuzzaman Said Nursi meminta kepada sultan agar memperhatikan pendidikan kawasan Anatolia bagian Timur. Said Nursi juga menyampaikan gagasan reformasi pendidikan. Inti dari reformasi pendidikan yang disampaikan oleh Said Nursi ada pada penyatuan tiga pilar pendidikan yang cocok bagi warga Turki Utsmani, yaitu medrese sebagai pilar pendidikan agama, mekteb sebagai pilar pendidikan umum, dan tekke sebagai lembaga sufi yang menjadi pilar penyucian rohani (hlm. 326).
Novel ini menghadirkan kembali semangat perjuangan, pengabdian kepada ilmu dan kepentingan umat, persahabatan, serta pemahaman antar peradaban. Kisah Said Nursi dalam novel ini tampak digarap dengan rinci, dan saat membacanya seolah kita hidup pada zaman kala itu.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Melahirkan Generasi Muda Nasionalis dalam Buku Indonesia Adalah Aku
-
Mengenal Puisi Sederhana Penuh Makna dalam Buku Perjamuan Khong Guan
-
Temukan Potensi Diri dan Kekuatan Pikiran dalam Buku Mind Power Skills
-
Ulasan Buku Memaknai Jihad, Mengenal Pemikiran Prof. Dr. KH. Quraish Shihab
-
Cinta Datang dari Ranum Buah Mangga dalam Buku Kata-Kata Senyap
Artikel Terkait
-
Di Antara Luka dan Pulih: Lika-Liku Luka, Sebuah Perjalanan Menjadi Manusia
-
Ulasan Novel Love, Mom: Surat Berisi Teka Teki Meninggalnya Sang Ibu
-
Novel Petualangan ke Tiga Negara: Perjalanan Edukasi yang Sarat Pengetahuan
-
Novel The Drowning Woman: Saat Sebuah Pertolongan Menjadi Pengkhianatan
-
The Wild Robot Escapes, Kisah Epik Tentang Rumah, Cinta, dan Kebebasan
Ulasan
-
Review Film Muslihat: Ada Setan di Panti Asuhan
-
The Help: Potret Kefanatikan Ras dan Kelas Sosial di Era Tahun 1960-an
-
The King of Kings Siap Tayang di Bioskop Indonesia Mulai 18 April
-
Review Film In the Lost Lands: Perjalanan Gelap Sang Penyihir dan Pemburu
-
Melahirkan Generasi Muda Nasionalis dalam Buku Indonesia Adalah Aku
Terkini
-
Belajar Pendidikan dan Pembangunan Jati Diri Masyarakat dari Taman Siswa
-
5 Rekomendasi Film Baru Sambut Akhir Pekan, Ada Pengepungan di Bukit Duri
-
Perantara Melalui Sang Dewantara: Akar Pendidikan dan Politik Bernama Adab
-
Mengenal Chika Takiishi, Antagonis Wind Breaker Terobsesi Kalahkan Umemiya
-
4 Tampilan OOTD ala Tzuyu TWICE, Makin Nyaman dan Stylish!