Mengarang memang sebuah aktivitas yang menyenangkan. Dengan mengarang, kita bisa menjadi apa saja. Mengarang itu aktivitas yang bebas dan merdeka. Dalam mengarang sebuah karangan kita bisa menjadi anak, orangtua, pembantu, majikan, pengemis, polisi, dokter, pilot, guru, kepala sekolah, siswa, presiden, bahkan bisa pula menjadi binatang piaraan seperti ayam, kambing, kucing dan semacamnya.
Di sekolah, guru pengajar yang seringkali memberi latihan mengarang adalah guru pelajaran Bahasa Indonesia. Mereka para siswa yang gemar sekali mengarang, sangat senang ketika mendapat tugas ini dari bapak guru. Dan ternyata, mengarang tidak hanya terdapat di bangku sekolah dasar, pada jenjang pendidikan berikutnya juga terdapat ilmu mengarang.
BACA JUGA: Penny Lane, Restoran Berkonsep Romawi Kuno yang Instagramable di Bali
Namun, ada pula siswa yang menganggap mengarang merupakan perihal yang membosankan dan tidak menyenangkan. Dengan begitu, ia tidak punya kemauan untuk menjadi pengarang yang sukses.
Dalam buku Membangun Kreativitas Mengarang yang ditulis oleh Umi Mahmudah ini, terdapat dua hal yang perlu diperhatikan jika kita ingin terjun ke dunia pengarang.
1. Cara Pandang terhadap Mengarang
Ketika kita mendapat tugas mengarang dari guru, namun kita menganggap mengarang itu sulit dan tidak menyenangkan, maka yang akan kita temukan dalam mengarang nanti adalah kesulitan-kesulitan dan hal-hal yang tidak menyenangkan itu. Sebab, cara pandang kita terhadap suatu hal akan mempengaruhi proses selanjutnya dalam mengarang.
Ketika kita berkata sulit, maka otak kita akan meresponsnya sehingga kita akan terus berpikir bahwa mengarang itu sebuah kesulitan. Hasilnya, kita akan menemukan banyak hambatan ketika sedang mengarang, karena otak kita sudah diatur untuk berpikir bahwa mengarang itu sulit.
BACA JUGA: Juni ini: Menguak Makna Puisi "Hujan Bulan Juni" karya Sapardi Djoko Damono
2. Tekad yang Kuat untuk Mengarang
Modal utama yang perlu kita miliki agar gemar mengarang adalah tekad atau kemauan yang kuat. Sebab, tanpa tekad, kerja keras kita tidak akan ada artinya. Kita juga tidak akan bisa konsentrasi dan semangat jika tidak mempunyai kemauan yang kuat dalam mengarang.
Dalam buku ini, penulis juga menguraikan agar tidak perlu pusing dengan anggapan yang mengatakan jika tidak bakat, maka tidak akan bisa mengarang. Ungkapan yang mengatakan bahwa bakat adalah segala-galanya adalah salah. Bakat hanya mempengaruhi kesuksesan sebesar 5% saja, selebihnya adalah kerja keras. Sedangkan kerja keras tidak akan jalan jika kita tidak memiliki tekad.
Dengan membaca buku ini, semangat kita untuk mengarang kembali berkobar. Bahwa untuk mengarang tidaklah perlu bakat. Namun, butuh optimis dan tekad. Semoga kita bisa menerapkannya.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
4 Rekomendasi Tablet Layar 12 Inci Paling Worth It untuk Kerja Harian, Produktivitas Naik 10 Kali
-
Vivo X200T Siap Meluncur Awal Tahun 2026, Ukuran Compact dan Performa Kencang
-
4 Rekomendasi HP Terbaik 2025 dengan Harga Rp 2 Jutaan, Chipset Kencang dan Baterai Awet
-
4 Perangkat HP Murah Bawa Chipset MediaTek Helio G99, Harga Mulai Rp 1 Jutaan
-
Advan Macha Resmi Rilis, HP dengan Chipset Dimensity 7060 Pertama di Indonesia
Artikel Terkait
-
Mengenal Manifestasi dan Cara Melakukannya, Cara Baru Mewujudkan Impian
-
5 Cara Efektif Memisahkan Urusan Pribadi dan Kantor, Beri Batas!
-
2 Cara Membuat Link WA Me, Siapa Saja Bisa Langsung Kirim Pesan Whatsapp ke Kamu Lewat Link di FB, IG, Twitter, dan Medsos Lainnya
-
Resep Daging Hewan Kurban Sapi Dibuat Balado saat Idul Adha, Rasanya Empuk, Maknyus Yummy Banget
-
Cara Laporkan Pinjol Ilegal
Ulasan
-
Review Novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas: Potret Realistis Kehidupan Mahasiswa Indonesia
-
Ulasan The Price of Confession: Duet Gelap Kim Go Eun dan Jeon Do Yeon
-
4 Tempat Padel di Bandung yang Instagramable, Nyaman, dan Cocok Buat Pemula
-
Di Balik Tahta Sulaiman: Menyusuri Batin Bilqis di Novel Waheeda El Humayra
-
Review Film The Stringer - The Man Who Took the Photo: Menelusuri Jejak Fakta