Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Fathorrozi 🖊️
Buku Kesetiaan Itu karya Hamsad Rangkuti (Dok. Pribadi/Fathorrozi)

Siapa yang tak mengenal penulis sepopuler Hamsad Rangkuti yang cerpen-cerpennya dimuat dalam berbagai harian dan majalah dalam dan luar negeri? Beberapa cerita pendeknya diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan Jerman, antara lain dimuat dalam New Voice in Southeast Asia Solidarity (1991), Manoa, a Pasific Journal of International Writing, University of Hawaii Press (1991), Beyond the Horizon, Short Stories from Contemporary Indonesia (1991), dan lain sebagainya.

Tidak hanya itu, penulis kelahiran Medan pada 7 Mei 1943 ini juga pernah memimpin Majalah Horison dan menjadi Pengurus DKJ (2000). Dan pada tahun 2003, melalui buku Bibir dalam Pispot, ia menerima penghargaan Khatulistiwa Award.

BACA JUGA: Ulasan Buku 'Sukses, Bahagia, dan Mulia dengan 5 Mutiara Kecerdasan Spiritual'

Dalam buku kumpulan cerpen Kesetiaan Itu, Hamsad Rangkuti berbicara soal kesetiaan pada hampir semua cerpen-cerpennya. Cerpen-cerpen tersebut berjudul Lukisan Perkawinan, Muntah, Dendam, Salam Lebaran, Sajak dan Tongkat, Wanita di Bawah Pohon, Gunting Pita, Upacara untuk Ibu, Perjalanan, Kado Perkawinan, Lumpuh, Kesetiaan Itu, Tembok Itu Hitam di Matanya, dan Permintaan yang Aneh.

Kali ini saya hendak mengulas cerpen dengan judul terakhir itu. Dikisahkan, seorang lelaki mencintai gadis atlet yang telah menjuarai tiga cabang olahraga, yaitu lempar lembing, memanah, dan menambah. Selanjutnya, lelaki tersebut melamar gadis itu dan menjadikannya istri.

BACA JUGA: Review Buku Inspiratif 'Aku Ingin Pulang Meski Sudah di Rumah'

Tiga bulan dari pernikahan keduanya, si istri yang bernama Sri itu tiba-tiba muntah-muntah karena hamil. Yang membuat degup jantung sang suami lebih kencang saat Sri mengemukakan bahwa ia sedang mengidam dengan melempar lembing ke kendi air yang ada di atas kepala sang suami.

Untung saja, Sri masih tetap seorang atlet sejati yang kemampuannya dalam melempar lembing tidak berkurang. Setelah anak pertama lahir, setahun setengah kemudian, Sri mengandung anak kedua. Saat itu ia mengatakan kepada sang suami bahwa ia mengidam hendak memanah satu cangkir air di dalam gelas plastik yang ditaruh di atas kepala sang suami. 

BACA JUGA: 5 Pelajaran yang Bisa Diambil dari Buku The Alpha Girls Guide

Di hari yang disepakati itu, Sri memanah secangkir air dalam gelas plastik di atas kepala suaminya dengan tepat. Ternyata dalam hal memanah Sri masih seterampil dulu. 

Masalah terus datang lagi saat sang suami menyadari bahwa jika masih punya anak lagi, untuk anak ketiga nanti ini, istrinya pasti mengidam dengan meminta untuk menembak benda kecil di atas kepalanya. Sebab, takut Sri tidak seterampil dulu, akhirnya sang suami pergi ke dokter untuk menjalani operasi agar tidak bisa membuahi ovum istrinya.

Di sinilah pesan kisah ini tersampaikan, bahwa kesetiaan itu ada batasnya.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Fathorrozi 🖊️