Jika berbicara makanan berat yang khas dari Kota Malang, mayoritas orang mungkin akan menjawab tahu telur. Padahal, ada satu kuliner legendaris lain yang sering kali luput dari perhatian, yakni orem-orem.
Orem-orem merupakan sebuah makanan tradisional yang berasal dari Kota Malang. Kuliner yang telah ada sejak zaman penjajahan Jepang ini terbuat dari bahan dasar tempe yang dipotong kecil-kecil yang kemudian disiram dengan kuah santan yang berwarna kuning. Sebagai pelengkap, orem-orem biasanya juga disajikan dengan ketupat dan lontong.
Sekilas, penampilan dari orem-orem terlihat seperti soto, kari, atau opor ayam. Adapun yang membedakan adalah pada kuahnya yang tidak terlalu kental, bahkan terasa ringan namun memiliki rasa yang sangat gurih. Rasa gurih tersebut berasal dari santan yang dicampur dengan berbagai macam rempah-rempah dan kaldu ayam.
Biasanya, seporsi orem-orem juga dilengkapi dengan beragam lauk tambahan, seperti ayam kare, telur goreng, atau telur asin. Tak ketinggalan, taburan bawang goreng, sambal, serta kecap manis semakin menciptakan sensasi rasa gurih yang melegenda.
Orem-orem kebanyakan dipilih sebagai menu sarapan atau makan siang. Hal ini tak terlepas dari teksturnya yang lembut, namun cukup mengenyangkan sehingga cocok untuk menemani aktivitas yang cukup padat di pagi hingga siang hari.
Walaupun merupakan makanan yang legendaris, sayangnya orem-orem kini mulai jarang ditemui. Di Kota Malang sendiri, hanya ada beberapa tempat yang masih melestarikan kuliner yang dulunya muncul akibat penderiaan rakyat ini.
Salah satunya adalah warung Orem-Orem Arema yang terletak di Jalan Blitar No.14A, Kelurahan Sumbersari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur. Orem-Orem Arema ini dikenal cukup bersejarah karena sudah buka sejak tahun 1995 dan kini dikelola oleh generasi kedua.
Warung Orem-Orem Arema buka pada pukul 9 pagi hingga pukul 4 sore dan libur setiap hari Jumat. Adapun nama Arema berasal dari sebuah klub sepak bola yang menjadi kebanggaan masyarakat Kota Malang.
Warung Orem-Orem Arema hanya menyajikan satu menu, apalagi kalau bukan orem-orem. Menu sederhana tersebut ternyata sangat digemari, utamanya oleh wisatawan luar daerah.
Terlebih lagi, lokasinya yang sangat dekat dengan Universitas Negeri Malang juga menjadikannya sebagai spot kulineran bagi mahasiswa.
Status sebagai kuliner legendaris tidak membuat harga dari orem-orem menjadi mahal. Malah, orem-orem justru terkenal karena harganya yang murah meriah. Seporsi orem-orem original di warung Orem-Orem Arema hanya dihargai Rp8 ribu dengan tambahan lauk yang berkisar Rp3-4 ribu saja.
Baca Juga
-
'Berjudi' di Bukit Penanjakan, Spot Sunrise Terbaik dan Terburuk Gunung Bromo
-
Pemilu 2024 di Depan Mata, Yuk Simak Tutorial Mencoblos Pilihan Kita Agar "Sah"
-
Tak Perlu Ke Malaysia, Nasi Kandar yang Viral Itu Ternyata Ada Juga di Malang
-
Update Ranking Bulutangkis Dunia Februari 2024, Mana Wakil Indonesia?
-
Pendakian Gunung Tanggung Pasuruan, Nanjak Minimal View Maksimal
Artikel Terkait
-
Fakta-fakta Mahasiswa Asing FK UB Terseret Ombak di Malang: Satu Hilang, Satu Ditemukan
-
Kebangkitan Johan Alfarizi, Gempuran Gol Arema FC ke Tim Porprov Kota Malang, Sinyal Ubah Strategi Jelang Lawan Persik
-
8 Ide Peluang Usaha di Kota Purwokerto, Bakal Banjir Orderan
-
Intip Deretan Spot Kuliner di Jakarta Fair 2023
-
Sandiaga Uno Ajak Masyarakat Healing di Jazz Gunung Bromo 2023
Ulasan
-
Review Film Angkara Murka: Horor dan Kekuasaan di Balik Gelapnya Tambang
-
Ulasan Novel The Three Lives of Cate Kay: Antara Karier dan Keluarga
-
Film Komedi Kinda Pregnant, Kebohongan Kehamilan Menjadi Realita Emosional
-
6 Rekomendasi Wisata Air Terjun di Sumba, Ada yang Mirip Niagara
-
Review Film Lilo & Stitch: Live-Action yang Cuma Dibikin Ulang?
Terkini
-
Netflix Buka Suara Soal Yeji ITZY Gabung Alice in Borderland Season 3
-
4 Klub Unggas Sudah Berjaya di Tahun 2025, tapi Masih Ada Satu Lagi yang Harus Dinantikan!
-
Haechan akan Merilis Lagu The Reason I Like You, OST Second Shot At Love
-
Film Animasi KPop Demon Hunters Umumkan Jajaran Pengisi Suara dan Musik
-
Wacana BRI Liga 1 Tambah Kuota 11 Pemain Asing, Ini 3 Dampak Negatifnya