Novel Alien Itu Memilihku ini merupakan kisah nyata dari Indah Melati Setiawan dalam menghadapi penyakit langka, kanker tulang. Tumor di tulang ini merupakan fenomena yang sudah sangat tua. Jejak tumor jinak ditemukan pada tulang belulang nenek moyang manusia, Neanderthal yang berusia 120.000 tahun. Ada dugaan dari para ilmuan, manusia Neanderthal hidup di lingkungan yang kurang sehat, yaitu gua yang penuh asap.
Sebab penuh asap, jadi udara yang mereka hirup tidak bebas polusi, agak mirip sebenarnya dengan situasi masyarakat modern saat ini. Meski demikian, belum ada yang dapat memastikan apakah tumor pada tulang itu memang disebabkan oleh polusi.
Peneliti menemukan jejak kanker ganas pada tulang manusia berusia 3.200 tahun. Pemilik kerangka ini adalah seorang pria yang ketika meninggal usianya diperkirakan 25 sampai 35 tahun. Jejak kanker ditemukan telah menyebar ke berbagai area tulang, mulai di tulang selangka, tulang belikat, tulang leher, lengan, tulang rusuk, dan tulang pinggul.
Novel ini mengisahkan sosok aku atau Indah Melati Setiawan yang hidup bersama kanker. Sejak terkena kanker tulang itu Indah merasa ada alien yang tumbuh di dalam tubuhnya. Atau jika bukan, yang Indah rasakah adalah ada bagian tubuhnya yang berubah menjadi alien.
BACA JUGA: Daya Tarik Kopi Tubing, Tempat Nongkrong hingga Glamping Seru di Bogor
Indah mempunyai dua pilihan: menciut takut terhadap alien ini atau menatap matanya dengan berani lalu melawannya. Indah akhirnya memilih untuk berani dan mengisi waktu untuk mencari informasi tentang penyakit tersebut.
Selisih dua minggu dari siklus ganjil, Indah harus menjalani kemoterapi siklus genap. Obat yang dimasukkan ke dalam tubuhnya adalah Vincristine, Doxorubicin dan Cyclophosphamide. Ia sering bangun tengah malam dan merasa mual luar biasa. Pengaruh obat-obat yang dimasukkan tersebut terasa menyiksanya. Indah kerapkali berontak akibat reaksi obat-obat itu.
Para dokter dan peneliti yang sudah menciptakan obat kanker ini, apakah pernah memasukkannya ke dalam tubuh mereka sendiri? Apakah mereka tahu seberapa menyakitkan efek obat yang mereka racik, hingga seolah membakar habis tubuhku dari dalam dan membunuhku pelan-pelan?
Lalu untuk apa berjuang hidup dengan cara seperti itu? Toh semua orang akan mati. Mungkin lebih baik bagi aku memilih mati degan tenang, tanpa rasa sakit kemoterapi.
Penulis novel ini, Feby Indirani, piawai sekali dalam menuturkan kisah serta sangat mahir menyebutkan nama-nama obat.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Tag
Baca Juga
-
Ulasan Buku 'Di Tanah Lada': Pemenang II Sayembara Menulis Novel DKJ 2014
-
Berani Menceritakan Kembali Hasil Bacaan dalam Buku Festival Buku Favorit
-
Kisah Haru Para Pendidik Demi Mencerdaskan Generasi Bangsa dalam Guru Cinta
-
Nissa Sabyan dan Ayus Resmi Menikah Sejak Juli 2024, Mahar Emas 3 Gram dan Uang 200 Ribu
-
Ulasan Buku Ikan Selais dan Kuah Batu: Kisah Persahabatan Manusia dan Ikan
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel The Years of the Voiceless: Potret Kehidupan di Bawah Represi
-
Menguak Misteri Pembunuhan Sebuah Keluarga dalam Novel 'Pasien'
-
Ulasan Buku 'Di Tanah Lada': Pemenang II Sayembara Menulis Novel DKJ 2014
-
Belajar Berani Untuk Tidak Disukai Melalui Buku The Courage to be Dislike
-
Ulasan Novel If You Need Me, Cerita Cinta Palsu yang Jadi Nyata
Ulasan
-
Super Lengkap, Menjajal Menu di Angkasa Kopi Tiam Kota Jambi
-
Ulasan Novel The Years of the Voiceless: Potret Kehidupan di Bawah Represi
-
Review Film Officer Black Belt, Kisah Kim Woo Bin dalam Menangkap Penjahat
-
Review Film We Live in Time, Kisah Romansa yang Dibintangi Andrew Garfield
-
Menguak Misteri Pembunuhan Sebuah Keluarga dalam Novel 'Pasien'
Terkini
-
Ada 4 Pemain Timnas U-20 di AFF Cup, Jadi Ajang Pemanasan Piala Asia U-20?
-
Pindah ke Pabrikan KTM Musim Depan, Pedro Acosta Tak Alami Kesulitan Apapun
-
Gagal Raih Juara Dunia 2024, Seperti Apa Nasib Pecco Bagnaia Musim Depan?
-
Kolaborasi Tim Peserta Pilkada Polewali Mandar 2024 Melalui Gerakan Pre-Emtif dalam Pencegahan Politik Uang
-
Jung Woo-sung Konfirmasi Punya Anak dengan Model Moon Ga-bi