Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Ade Feri
Buku Homeland: My Father Dreams of Palestine (goodreads.com)

Senang sekali rasanya menemukan buku anak yang menggambarkan keragaman dan keindahan budaya dari berbagai belahan dunia. Salah satu buku yang tidak boleh dilewatkan adalah Homeland: My Father Dreams of Palestine karya Hannah Moushabeck. Sebagai penulis keturunan Palestina-Amerika, ia berhasil memotret ragam budaya dan sejarah Negara Palestina dengan cara yang menyenangkan.

Buku ini mengisahkan tentang sebuah keluarga keturunan Palestina yang hidup di negara lain. Keluarga itu memiliki tiga anak perempuan yang selalu suka mendengarkan cerita ayahnya ketika ia pulang kerja. Kadang kala, sang ayah menceritakan kisah lucu, dan sesekali ayah juga bercerita tentang tanah air mereka, yaitu Palestina. 

Saat masih kecil, setiap musim panas datang, ayah selalu mengunjungi rumah nenek dan kakeknya yang terletak di Kota Tua Yerusalem. Neneknya yang bernama Teta Maria selalu menyiapkan sarapan enak berupa ka'ek yang merupakan roti berbentuk cincin khas Palestina. Sedangkan kakeknya yang bernama Sido Abu Michel akan mengajaknya mengunjungi kafe keluarga. 

Saat di perjalanan menuju kafe, sang kakek yang juga seorang kepala komunitas sering berhenti di suatu tempat untuk menyapa seseorang. Oleh karena itu, Abu Michel menguasai banyak bahasa asing. Di sepanjang jalan itu pula, banyak ragam keindahan yang memanjakan mata. Banyak penjual makanan, pernak-pernik, hingga perhiasan yang berjejer di pinggir jalan.

Suasana kota tampak ramai dengan berbagai suara. Ada saat ketika suara muazin beradu dengan bel dari gereja. Terdengar juga suara para pedagang yang menawarkan dagangan mereka. Tidak ketinggalan juga riuh suara anak-anak yang berlatih tarian dabke dan menyanyikan lagu dari penyanyi Oum Kalthoum yang didengar dari radio.

Sido Abu Michel lalu mengajaknya untuk menuruni jalan. Di sebuah taman, ada banyak burung merpati yang bernaung di bawah pohon zaitun. Sayangnya, liburan kala itu menjadi momen terakhir ia bertemu dengan kakek dan mengunjungi Palestina. Kini yang tersisa hanya sebuah kunci rumah keluarga mereka di Yerusalem.

Setelah membaca buku ini, kesan yang timbul adalah perasaan senang, tenang, dan haru. Melalui kisah yang sederhana, kita bisa menyelami bentuk keragaman budaya sekaligus mengenal sejarah Palestina. Meskipun dikisahkan dari sudut pandang anak-anak, esensi buku ini terasa begitu dalam karena dibawakan dengan pendekatan emosional yang kuat.

Hal pasti yang akan pembaca dapatkan dari buku ini adalah gambaran dan wawasan tentang budaya Palestina yang biasa ditemui di keseharian. Mulai dari makanan khas, pakaian sehari-hari, kebiasaan masyarakat, hingga komoditas pertanian dan perdagangan yang menunjang kehidupan masyarakatnya. Dalam buku ini juga, penulis menyelipkan sistem kekerabatan yang dinarasikan menggunakan bahasa lokal, seperti penyebutan nenek sebagai teta dan kakek sebagai sido.

Barangkali beberapa di antara kita juga sudah familier tentang relasi penduduk Palestina dengan keberadaan pohon zaitun. Nah, buku ini juga memotret relasi tersebut dan mengenalkannya pada pembaca sebagai bagian dari komoditas perkebunan yang menjadi salah satu bahan makanan pokok dan barang perdagangan.

Selain itu, kita akan diperlihatkan visualisasi tentang kedamaian di Palestina. Lewat adegan ketika suara muazin berkumbang bersamaan dengan bel gereja yang berbunyi, kita bisa menyimpulkan bahwa Palestina menjadi rumah bagi berbagai kepercayaan. Mereka hidup berdampingan dan selalu menjunjung toleransi antarumat beragama. Selain itu, mereka juga akan memanfaatkan lagu, musi, dan tari sebagai media untuk berekspresi.

Membentuk visualisasi dari narasi dan gambar, penulis berhasil menciptakan potret kebudayaan Palestina yang mengagumkan. Narasi yang ditulis begitu tenang, detail, tetapi menyenangkan. Sementara, ilustrasi dibuat dengan gaya gambar dan pewarnaan yang soft sehingga terkesan nyaman untuk dipandang. Tidak ketinggalan dengan detail-detail yang memperlihatkan kekhasan suasana di jalan-jalan dan perumahan penduduk juga digambar dengan sangat baik.

Overall, membaca buku ini merupakan pengalaman yang menyenangkan. Buku ini bisa membawa pembaca melihat sisi lain kehidupan rakyat Palestina yang berbudaya dan penuh kedamaian. Apalagi di akhir buku, ada sejumlah trivia tentang makna dari istilah dalam bahasa lokal yang sempat disinggung penulis dalam narasi cerita.

Identitas buku

Judul: Homeland: My Father Dreams of Palestine

Penulis: Hannah Moushabeck

Ilustrator: Reem Madooh

Penerbit: Chronicle Books

Tahun terbit: 2023

Tebal buku: 40 halaman

Ade Feri